Mohon tunggu...
Muhammad Ihya Tirta Raushan
Muhammad Ihya Tirta Raushan Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN JOGJA/24107030063

Mahasiswa biasa suka makan nasi uduk penyetan dan pecinta wanita matcha

Selanjutnya

Tutup

Music

Sihir Lomba Sihir: Bukan Hanya Musik, Tapi Representasi Budaya Gen Z Yang Autentik

21 Mei 2025   01:40 Diperbarui: 21 Mei 2025   01:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hiruk pikuk industri musik Indonesia yang terus beradaptasi, nama Lomba Sihir muncul sebagai anomali sekaligus fenomena. Band yang lahir dari "dapur" kolektif di balik sukses solo Hindia ini, secara mengejutkan, berhasil menancapkan taringnya di hati para pendengar, khususnya generasi Z. Jika menilik linimasa media sosial, nama Lomba Sihir seringkali disandingkan dengan meme, kutipan lirik yang viral, hingga pembahasan mendalam tentang makna lagu-lagu mereka.

Apa sebenarnya mantra yang digunakan Lomba Sihir hingga begitu dekat dan relevan dengan Gen Z?

1. Lirik yang "Ngomongin Lo Banget": Kejujuran Pahit dan Tawa Ironis

Salah satu kekuatan utama Lomba Sihir adalah liriknya. Bukan lirik puitis yang indah namun abstrak, melainkan lirik yang lugas, ceplas-ceplos, dan seringkali relatable dengan keresahan kaum muda urban. Ambil contoh lagu "Semua Orang Pernah Sakit Hati" atau "Mungkin Takut Perubahan". Lirik-lirik ini bukan sekadar bercerita, tapi seolah menjadi cermin dari pengalaman pribadi Gen Z: dilema pasca-kuliah, quarter-life crisis, tekanan hidup di kota besar, kecemasan akan masa depan, hingga humor satir terhadap fenomena sosial.

Gen Z, yang dibesarkan dalam era digital dengan informasi melimpah, cenderung mencari keaslian dan kejujuran. Mereka bosan dengan narasi yang sempurna atau over-polished. Lomba Sihir menawarkan kejujuran pahit yang dibalut ironi dan kadang humor gelap, membuat mereka merasa "didengar" dan "dipahami". Ini menciptakan koneksi emosional yang kuat, karena lirik-lirik tersebut terasa seperti obrolan dari teman sebaya.

2. Musikalitas yang Adaptif dan Tidak Monoton: Sintesis Ragam Genre

Anggota Lomba Sihir adalah musisi-musisi yang secara individu memiliki musikalitas tinggi dan referensi musik yang luas. Dari Baskara Putra (Hindia/Feast), Natasha Udu, Rayhan Noor, Tristan Juliano, hingga Enrico Octaviano, masing-masing membawa sentuhan unik pada setiap lagu. Hasilnya, musik Lomba Sihir sulit dikotak-kotakkan dalam satu genre.

Mereka bebas bereksplorasi dari pop alternatif, indie rock, sentuhan elektronik, funk, hingga eksperimen suara yang menarik. Bagi Gen Z yang terpapar berbagai genre musik dari seluruh dunia melalui platform streaming, keberagaman ini adalah nilai plus. Mereka menghargai band yang berani keluar dari pakem dan menawarkan pengalaman audio yang segar. Tidak ada formula baku, setiap lagu bisa memiliki identitas suaranya sendiri, menjaga pendengar tetap tertarik.

3. Representasi Identitas dan Kolektivitas: Bukan Sekadar Vokalis Utama

Dinamika internal Lomba Sihir juga menarik perhatian Gen Z. Tidak seperti band tradisional yang fokus pada satu vokalis utama, Lomba Sihir menonjolkan vokal bergantian antara Baskara Putra, Natasha Udu, Rayhan Noor, dan Tristan Juliano. Setiap anggota memiliki momennya sendiri untuk bersinar dan memberikan warna.

Hal ini merefleksikan nilai-nilai kolektivitas dan inklusivitas yang dianut banyak Gen Z. Mereka melihat Lomba Sihir sebagai sebuah kesatuan di mana setiap kontribusi dihargai. Representasi suara perempuan melalui Natasha Udu juga menjadi poin penting, menunjukkan keberagaman dan kesetaraan dalam sebuah grup musik. Ini bukan sekadar band, melainkan semacam mini-komunitas yang solid.

4. Narasi Visual dan Estetika yang Relevan

Di era digital, visual adalah segalanya. Lomba Sihir memahami hal ini dengan baik. Video klip mereka seringkali penuh dengan simbolisme, narasi yang kuat, dan estetika yang selaras dengan tema lagu. Mulai dari video lirik yang kreatif hingga visual yang kadang absurd namun memancing pemikiran, mereka berhasil memperkuat pesan lagu melalui medium visual. Hal ini sangat cocok dengan cara Gen Z mengonsumsi konten: multimodular dan visual-sentris.

5. Koneksi Personal Melalui Media Sosial

Tidak hanya lewat musik, Lomba Sihir juga aktif berinteraksi dengan penggemar melalui media sosial. Anggota-anggota mereka seringkali berbagi pandangan, berinteraksi langsung, atau bahkan merespon meme yang dibuat penggemar. Kedekatan ini menghilangkan sekat antara musisi dan pendengar, menciptakan rasa kepemilikan dan kedekatan yang personal. Gen Z menghargai transparansi dan otentisitas ini.

PopHariIini.Id
PopHariIini.Id

Lomba Sihir: Lebih dari Sekadar Musik, Sebuah Fenomena Budaya

Lomba Sihir tidak hanya menawarkan lagu-lagu yang enak didengar, tetapi juga sebuah narasi yang kuat tentang bagaimana rasanya menjadi muda di Indonesia saat ini. Mereka adalah suara bagi Gen Z yang sedang mencari identitas, berjuang dengan ekspektasi, dan merayakan kejujuran di tengah kegaduhan. Dengan lirik yang mengena, musikalitas yang tak terduga, dinamika kolektif yang menarik, dan koneksi digital yang kuat, Lomba Sihir berhasil menyihir hati generasi digital, membuktikan bahwa musik terbaik adalah yang mampu berbicara langsung pada jiwa pendengarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun