Mohon tunggu...
Muhammad Hikam
Muhammad Hikam Mohon Tunggu... Mahasiswa | Penulis

Halio semua perkenalkan nama saya Muhammad Hikam mahasiswa Universitas Negeri Semarang prodi Sistem Informasi. Hobi saya menulis dan membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apa Itu Big Data? Yuk Kenali Lebih Dalam!

11 Oktober 2025   15:40 Diperbarui: 11 Oktober 2025   15:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Big Data (sumber : Codepolitan)

Guys, kalian pasti sudah sering mendengar istilah Big Data, kan? Nah, Big Data adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan data dalam jumlah yang sangat besar, kompleks, dan terus bertambah dengan cepat dari berbagai sumber. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan teknologi dan metode khusus untuk menemukan pola, tren, serta wawasan yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang. Dalam artikel ini kita akan membahasnya secara lengkap.

Pengertian Big Data

Big Data merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan data dalam jumlah yang sangat besar, kompleks, dan terus bertambah dengan cepat dari berbagai sumber. Data ini memerlukan metode serta teknologi khusus untuk dianalisis dan diolah secara efektif. Dalam konteks dunia teknologi informasi dan bisnis modern, konsep Big Data memiliki peran yang sangat penting. Istilah ini tidak hanya mencakup data yang terstruktur, tetapi juga meliputi data semi terstruktur dan tidak terstruktur yang berasal dari beragam platform dan aktivitas digital.

Sejarah Perkembangan Big Data

Sebelum menjadi teknologi besar seperti sekarang, Big Data sebenarnya memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Istilah “Big Data” sendiri baru populer pada tahun 2005 ketika diperkenalkan oleh O’Reilly Media. Namun, penggunaan data untuk mengelola dan memahami aktivitas manusia sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Sekitar 7000 tahun yang lalu, masyarakat Mesopotamia telah menggunakan data untuk mencatat hasil panen dan jumlah ternak mereka.

Pada tahun 1663, seorang ilmuwan bernama John Graunt mulai mencatat dan menganalisis penyebab kematian di Kota London. Tujuannya adalah untuk mendapatkan wawasan (insight) dan membuat sistem peringatan dini terhadap wabah pes yang sering melanda saat itu. Hasil catatan tersebut diterbitkan dalam buku berjudul Natural and Political Observations Made upon the Bills of Mortality, yang memberikan informasi berharga tentang penyebab kematian di abad ke-17. Karena jasanya, John Graunt pun dikenal sebagai “Bapak Statistika.”

Lalu, bagaimana perkembangan Big Data dari abad ke-20 hingga saat ini? Mari kita bahas satu per satu.

1. Tahun 1937–1943

Proyek data besar pertama dimulai pada tahun 1937, ketika pemerintahan Franklin D. Roosevelt di Amerika Serikat melaksanakan Social Security Act. Untuk melacak kontribusi dari 26 juta warga dan 3 juta perusahaan, pemerintah bekerja sama dengan IBM untuk mengembangkan mesin pembaca kartu berlubang (punch card machine). Beberapa tahun kemudian, tepatnya 1943, Inggris menciptakan mesin pengolah data pertama untuk membantu memecahkan kode rahasia Nazi selama Perang Dunia II.

2. Tahun 1952–Awal 1990-an

Pada 1952, pemerintah Amerika Serikat mendirikan National Security Agency (NSA) yang merekrut lebih dari 12.000 ahli kriptografi guna memproses sinyal intelijen secara otomatis selama masa Perang Dingin (Cold War). Selanjutnya, pada 1965, pemerintah AS merencanakan pembangunan pusat data pertama yang dapat menyimpan jutaan catatan, termasuk 742 juta data pajak dan 175 juta sidik jari, yang disimpan di pita magnetik dalam satu lokasi. Meskipun proyek ini akhirnya dihentikan, konsep tersebut menjadi cikal bakal lahirnya pusat penyimpanan data elektronik.

Kemudian, pada 1989, Tim Berners-Lee memperkenalkan World Wide Web (WWW) yang menjadi awal mula dunia internet seperti yang kita kenal sekarang. Memasuki tahun 1990-an, volume data meningkat pesat seiring bertambahnya jumlah perangkat yang terhubung ke jaringan internet.

3. Tahun 2005–2009

Tahun 2005 menjadi titik penting karena Roger Mougalas dari O’Reilly Media memperkenalkan istilah Big Data, setahun setelah munculnya istilah Web 2.0. Big Data didefinisikan sebagai kumpulan data yang sangat besar dan kompleks sehingga tidak bisa diolah menggunakan alat analisis tradisional.

Pada tahun yang sama, Yahoo mengembangkan Hadoop, sistem open-source yang dibangun berdasarkan konsep Google MapReduce, dengan tujuan mengindeks seluruh konten World Wide Web. Hingga kini, Hadoop masih banyak digunakan dalam berbagai proyek pengolahan data besar. Selanjutnya, pada 2009, pemerintah India meluncurkan proyek besar untuk memindai iris mata, sidik jari, dan foto dari lebih dari 1,2 miliar penduduknya, menciptakan database biometrik terbesar di dunia.

4. Tahun 2010–Sekarang

Memasuki era modern, pertumbuhan data meningkat secara luar biasa. Pada 2010, Eric Schmidt (mantan CEO Google) menyatakan bahwa jumlah informasi yang dihasilkan manusia sejak awal peradaban hingga tahun 2003 setara dengan 5 exabyte, dan pada saat itu jumlah yang sama dapat dihasilkan hanya dalam dua hari saja.

Laporan McKinsey di tahun 2011 memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan mengalami kekurangan 140.000–190.000 ilmuwan data (data scientist) serta sekitar 1,5 juta tenaga profesional yang mampu mengolah data pada tahun 2018. Sejak saat itu, muncul banyak startup berbasis Big Data yang berfokus membantu perusahaan mengelola dan memanfaatkan data secara lebih efisien.

Hingga kini, Big Data terus berkembang dan menjadi salah satu pendorong utama dalam transformasi digital di berbagai sektor. Meski sudah banyak dimanfaatkan, revolusi Big Data diprediksi akan terus berlanjut di masa depan dengan inovasi dan teknologi baru yang semakin canggih.

Karakteristik Big Data

Big Data memiliki tiga elemen utama yang menjadi ciri khasnya, yaitu Volume, Velocity, dan Variety. Ketiga aspek ini sering dikenal dengan istilah “3V”, yang pertama kali diperkenalkan oleh Gartner pada tahun 2001.

1. Volume (Jumlah Data)

Sesuai dengan namanya, aspek volume menggambarkan besarnya jumlah data yang dikumpulkan dan dihasilkan setiap detik dari berbagai sumber. Data ini bisa berasal dari media sosial, transaksi online, perangkat sensor, hingga aktivitas digital sehari-hari. Jumlahnya yang sangat besar membuat pengolahan dan penyimpanannya membutuhkan teknologi khusus agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.

2. Velocity (Kecepatan Data)

Velocity merujuk pada kecepatan data dihasilkan dan diproses. Di era digital seperti sekarang, data sering kali muncul secara real-time. Misalnya dari transaksi online, notifikasi aplikasi, atau sensor kendaraan. Karena itu, data perlu segera diproses dan dianalisis secepat mungkin agar hasilnya relevan dan dapat langsung digunakan dalam pengambilan keputusan.

3. Variety (Keragaman Data)

Aspek variety menunjukkan bahwa data tidak selalu memiliki bentuk yang sama. Data bisa bersifat terstruktur, seperti tabel dan database; tidak terstruktur, seperti teks, gambar, audio, dan video; atau semi-terstruktur, seperti data dari sensor atau log sistem. Keragaman inilah yang membuat Big Data unik, karena memungkinkan analisis dari berbagai jenis informasi untuk menghasilkan wawasan yang lebih mendalam dan menyeluruh.

Dengan memahami ketiga karakteristik utama ini, kita bisa melihat mengapa Big Data menjadi begitu penting dan menantang sekaligus. Karena tidak hanya besar dalam jumlah, tetapi juga cepat berubah dan sangat beragam bentuknya.

Jenis-Jenis Big Data

Big Data tidak hanya besar dari segi volume, tetapi juga beragam dalam bentuk dan strukturnya. Secara umum, data dalam Big Data dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu data terstruktur, data tidak terstruktur, dan data semi-terstruktur. Berikut penjelasannya:

1. Structured Data (Data Terstruktur)

Jenis pertama adalah data terstruktur, yaitu data yang tersusun rapi dengan format yang sudah ditentukan sebelumnya. Data ini biasanya disimpan dalam database relasional, spreadsheet, atau tabel, sehingga mudah dicari, diolah, dan dianalisis.

Contoh dari data terstruktur antara lain data pelanggan dalam sistem CRM (Customer Relationship Management), catatan transaksi keuangan, atau data penjualan produk yang disimpan dalam format tabel. Karena formatnya yang konsisten, data ini sangat cocok untuk digunakan dalam analisis kuantitatif dan pelaporan bisnis.

2. Unstructured Data (Data Tidak Terstruktur)

Berbeda dengan jenis sebelumnya, data tidak terstruktur tidak memiliki format atau pola tertentu. Jenis data ini mencakup teks bebas, gambar, audio, video, email, hingga posting di media sosial. Karena bentuknya beragam dan tidak memiliki struktur tetap, proses pengolahan dan analisis data ini biasanya lebih kompleks.

Meskipun begitu, unstructured data memiliki nilai informasi yang besar. Contohnya, analisis sentimen dari komentar pengguna di media sosial dapat membantu perusahaan memahami opini publik terhadap produk atau layanan mereka.

3. Semi-Structured Data (Data Semi Terstruktur)

Jenis ketiga adalah data semi-terstruktur, yaitu data yang berada di antara data terstruktur dan tidak terstruktur. Data ini memiliki elemen tertentu yang terorganisir, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti skema data yang kaku.

Contoh paling umum dari semi-structured data adalah XML (Extensible Markup Language) dan JSON (JavaScript Object Notation) yang sering digunakan dalam pertukaran data antar sistem atau aplikasi web. Keunggulan dari jenis data ini adalah kemampuannya untuk menggabungkan fleksibilitas data tidak terstruktur dengan kemudahan pengelolaan data terstruktur, sehingga banyak digunakan dalam pengembangan aplikasi modern.

Dengan memahami ketiga jenis data ini, kita bisa melihat bagaimana Big Data mencakup berbagai bentuk informasi. Mulai dari angka yang tersusun rapi dalam tabel, hingga konten digital seperti gambar dan video yang membutuhkan analisis lebih mendalam.

Contoh Penerapan Big Data dalam Kehidupan Sehari-Hari

Big Data atau data besar kini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita, meskipun sering kali tidak kita sadari. Setiap hari, berbagai sistem yang kita gunakan, mulai dari media sosial hingga aplikasi belanja, sebenarnya sedang mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman yang lebih efisien, cepat, dan sesuai dengan kebutuhan kita. Big Data kini berperan di berbagai bidang seperti e-commerce, transportasi, hingga kesehatan. Berikut beberapa contoh penerapan Big Data dalam kehidupan sehari-hari:

1. Data Transaksi Pelanggan di E-Commerce

Dalam dunia belanja online, data pelanggan menjadi aset yang sangat berharga. Perusahaan besar seperti Amazon, Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak terus mengumpulkan data perilaku pengguna selama mereka berbelanja. Mulai dari produk yang dilihat dan dibeli, waktu transaksi, hingga metode pembayaran yang digunakan.

Dari data yang terkumpul, perusahaan dapat memahami preferensi pelanggan secara lebih mendalam. Misalnya, mereka bisa mengetahui produk apa yang sering dibeli bersamaan atau tren pembelian musiman yang muncul di waktu tertentu. Analisis ini juga membantu perusahaan dalam mengatur stok barang dengan lebih efisien, serta menyesuaikan strategi promosi agar tepat sasaran.

Dengan bantuan Big Data, platform e-commerce dapat memberikan rekomendasi produk yang lebih personal kepada pengguna, meningkatkan pengalaman berbelanja, dan tentunya mendorong penjualan.

2. Data Aktivitas di Media Sosial

Setiap hari, jutaan orang di seluruh dunia menggunakan Facebook, Instagram, TikTok, atau X (Twitter) untuk berbagi konten, berinteraksi, dan mencari hiburan. Semua aktivitas ini menghasilkan data dalam jumlah besar. Mulai dari unggahan, komentar, hingga klik pada iklan.

Perusahaan media sosial memanfaatkan Big Data untuk menganalisis tren dan perilaku pengguna. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menampilkan iklan yang relevan, menyesuaikan konten yang muncul di beranda, dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

Sebagai contoh, algoritma YouTube menggunakan data tontonan pengguna untuk merekomendasikan video lain yang serupa dengan minat mereka. Dengan cara ini, pengguna bisa menemukan lebih banyak konten yang disukai, sementara platform juga mempertahankan engagement penggunanya.

3. Data Pemantauan Lalu Lintas

Masalah kemacetan di kota besar menjadi salah satu alasan mengapa Big Data sangat berguna di bidang transportasi. Aplikasi seperti Google Maps, Waze, dan Apple Maps mengumpulkan data dari jutaan pengguna di seluruh dunia untuk memantau kondisi jalan secara real-time.

Dengan mengolah data dari kendaraan dan pengguna ponsel, aplikasi ini mampu memberikan informasi terkini mengenai kepadatan lalu lintas, kecelakaan, atau rute alternatif yang bisa ditempuh agar pengguna sampai tujuan lebih cepat.

Teknologi Big Data ini tidak hanya membantu pengguna individu, tapi juga bisa digunakan pemerintah daerah dalam merancang sistem transportasi yang lebih efisien dan memantau pola pergerakan kendaraan di wilayahnya.

4. Data Pemantauan Kesehatan

Bidang kesehatan juga menjadi salah satu sektor yang sangat terbantu oleh keberadaan Big Data. Berkat aplikasi dan perangkat wearable seperti Fitbit, Apple Watch, atau Google Fit, pengguna kini bisa melacak aktivitas fisik, detak jantung, pola tidur, hingga tingkat stres mereka secara mandiri.

Data yang dikumpulkan tidak hanya berguna bagi pengguna untuk memahami kondisi tubuhnya, tetapi juga dapat dianalisis oleh penyedia layanan kesehatan untuk memberikan saran yang lebih tepat.

Sebagai contoh, jika perangkat mendeteksi adanya pola detak jantung tidak normal, aplikasi dapat memberikan peringatan dini dan menyarankan pengguna untuk memeriksakan diri ke dokter. Dengan cara ini, Big Data berperan penting dalam mencegah risiko kesehatan dan mendorong gaya hidup yang lebih sehat.

Jadi, tanpa kita sadari, Big Data sebenarnya sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari seperti  membantu kita berbelanja lebih mudah, bepergian lebih efisien, dan menjaga kesehatan dengan lebih cerdas.

Manfaat Big Data

Big Data membawa banyak dampak positif bagi berbagai sektor, terutama dalam membantu organisasi dan perusahaan mengambil keputusan yang lebih cerdas serta meningkatkan efisiensi kerja. Berikut beberapa manfaat utama dari penerapan Big Data dalam dunia modern:

1. Meningkatkan Proses Pengambilan Keputusan

Big Data menjadi komponen penting bagi organisasi yang ingin bertransformasi menjadi perusahaan berbasis data (data-driven organization). Melalui pengelolaan dan analisis data dalam jumlah besar, perusahaan dapat menemukan pola, tren, dan wawasan (insight) yang mendukung pengambilan keputusan strategis dan operasional yang lebih akurat. Keputusan yang diambil pun tidak lagi berdasarkan asumsi, melainkan didukung oleh data nyata yang mencerminkan kondisi pasar atau perilaku pelanggan secara langsung.

2. Meningkatkan Pengalaman Pelanggan

Dengan menggabungkan data terstruktur (seperti riwayat transaksi) dan data tidak terstruktur (seperti ulasan atau komentar pelanggan), perusahaan bisa memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kebutuhan dan preferensi konsumen.
Analisis ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan personalisasi layanan. Misalnya dengan memberikan rekomendasi produk yang sesuai, menyusun strategi promosi yang lebih tepat, dan meningkatkan kepuasan pelanggan secara keseluruhan.

3. Meningkatkan Efisiensi Operasional

Teknologi dan alat analisis Big Data memungkinkan organisasi memproses informasi dalam waktu yang lebih singkat serta menemukan area yang bisa dioptimalkan. Dengan data yang akurat, perusahaan dapat mengetahui bagian mana yang menyebabkan pemborosan waktu atau biaya, kemudian melakukan penyesuaian agar operasi bisnis menjadi lebih efisien. Hasilnya, perusahaan bisa menghemat sumber daya sekaligus meningkatkan produktivitas.

4. Mendukung Kecerdasan Berkelanjutan (Continuous Intelligence)

Big Data memungkinkan integrasi antara data real-time dan analisis tingkat lanjut, sehingga organisasi bisa terus memantau perubahan yang terjadi dan langsung menyesuaikan strategi. Dengan sistem ini, perusahaan dapat secara berkelanjutan menemukan peluang baru, mengidentifikasi tren pasar lebih cepat, serta menjaga relevansi bisnis di tengah persaingan yang dinamis.

5. Meningkatkan Manajemen Risiko

Salah satu keunggulan besar dari Big Data adalah kemampuannya dalam mengidentifikasi dan memprediksi risiko sejak dini. Melalui analisis terhadap data dalam jumlah besar, perusahaan dapat menemukan potensi ancaman, melakukan evaluasi risiko secara lebih menyeluruh, dan menyusun strategi pencegahan yang lebih kuat. Dengan demikian, Big Data tidak hanya membantu dalam pengambilan keputusan, tetapi juga dalam meminimalkan kerugian dan meningkatkan keamanan operasional perusahaan.

Secara keseluruhan, Big Data memberikan fondasi penting bagi organisasi untuk menjadi lebih cerdas, adaptif, dan efisien. Dengan memanfaatkannya secara tepat, data yang semula hanya dianggap “informasi mentah” bisa diubah menjadi sumber nilai dan peluang besar bagi pertumbuhan masa depan.

Tantangan Big Data

Meskipun Big Data menawarkan banyak manfaat, penerapannya juga tidak terlepas dari berbagai tantangan yang perlu dihadapi. Organisasi maupun perusahaan harus mampu mengelola dan mengolah data dalam jumlah besar dengan cara yang efektif agar potensi Big Data dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Berikut beberapa tantangan utama dalam penerapan Big Data:

1. Kekurangan Tenaga Ahli dan Keterampilan di Bidang Data

Salah satu tantangan terbesar dalam dunia Big Data adalah minimnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus di bidang ini. Profesi seperti data scientist, data analyst, dan data engineer masih tergolong langka dan sangat diminati di industri teknologi.
Kurangnya tenaga ahli menyebabkan banyak organisasi kesulitan untuk mengoptimalkan potensi data yang dimiliki, karena analisis data memerlukan kemampuan teknis dan pemahaman mendalam terhadap teknologi analitik modern.

2. Pertumbuhan Data yang Sangat Cepat

Volume data terus meningkat setiap detik dari berbagai sumber seperti media sosial, transaksi digital, sensor IoT, hingga aplikasi bisnis. Pertumbuhan yang begitu cepat ini menimbulkan tantangan besar dalam hal penyimpanan, pengelolaan, dan pemrosesan data. Tanpa infrastruktur teknologi yang kuat seperti mencakup sistem penyimpanan, jaringan, serta keamanan, organisasi akan kesulitan untuk menangani dan menganalisis data secara efisien.

3. Kualitas Data yang Belum Optimal

Kualitas data menjadi faktor penting dalam menghasilkan keputusan yang akurat. Sayangnya, tidak semua data yang dikumpulkan memiliki kualitas baik. Banyak data mentah yang masih berantakan, tidak lengkap, atau bahkan tidak relevan, sehingga sulit untuk diproses dan dianalisis. Data yang buruk akan berdampak langsung pada hasil analisis, yang pada akhirnya bisa memengaruhi akurasi strategi bisnis dan pengambilan keputusan.

4. Tantangan Kepatuhan dan Regulasi

Big Data sering kali berisi informasi sensitif dan pribadi, sehingga pengelolaannya harus mematuhi berbagai aturan tentang privasi dan keamanan data.Perusahaan perlu memastikan bahwa seluruh proses pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti hukum perlindungan data pribadi serta kebijakan lokal tentang lokalisasi data (data localization). Kegagalan dalam mematuhi regulasi ini dapat menimbulkan konsekuensi hukum dan menurunkan kepercayaan publik.

5. Ancaman Keamanan Data

Karena berisi informasi penting tentang bisnis dan pelanggan, Big Data menjadi target yang menarik bagi para peretas dan penjahat siber. Kompleksitas dan keragaman data membuat penerapan kebijakan keamanan yang efektif menjadi lebih menantang.
Tanpa strategi keamanan yang matang, kebocoran atau penyalahgunaan data bisa terjadi dan menimbulkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi.

Secara keseluruhan, tantangan-tantangan tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan Big Data tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada sumber daya manusia, tata kelola, dan kebijakan keamanan yang baik. Dengan mengatasi hambatan-hambatan ini, organisasi dapat memanfaatkan Big Data secara lebih optimal untuk mendukung pertumbuhan dan inovasi.

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Big Data merupakan salah satu konsep yang sangat penting di berbagai bidang kehidupan modern. Tanpa adanya Big Data, proses analisis informasi, pengambilan keputusan, hingga pemahaman terhadap tren akan menjadi jauh lebih sulit. Oleh karena itu, di era digital yang serba cepat dan berbasis data ini, pemanfaatan Big Data menjadi kunci untuk menciptakan efisiensi, inovasi, serta keunggulan dalam berbagai sektor.

Referensi

Big Data: Pengertian, Karakteristik, dan Penerapannya (Daring). Tautan: https://share.google/HdmbOwyvhVBZn7x61 (Diakses 10 Oktober 2025)

Pemanfaatan Big Data dalam Kehidupan Sehari-hari (Daring). Tautan: https://share.google/dByVPRHyuf62c3ECW (Diakses 10 Oktober 2025)

Big Data dan Pengaruhnya terhadap Dunia Modern (Daring). Tautan: https://share.google/DtEBbblKBfOArUpFl (Diakses 10 Oktober 2025)

Analisis Jenis dan Manfaat Big Data (Daring). Tautan: https://share.google/ZJ1lBvTO5hCvrvUsU (Diakses 10 Oktober 2025)

Tantangan Implementasi Big Data di Era Digital (Daring). Tautan: https://share.google/vEJ5La6OYFZD9LxG1 (Diakses 10 Oktober 2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun