Mohon tunggu...
Muh. Hanafi
Muh. Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Abdi Negara

Pengawas Madrasah Tingkat MA, Fasda Numerasi dan AlQur'an Hadist, Fasilitator IKM, Instruktur Visitasi Pelatihan Tindak Lanjut Hasil AKMI 2023, Penggerak Moderasi Beragama, Karya yang telah dipublikasikan : 1 buah Buku Referensi "Keajaiban Think Pair And Share pada Pembelajaran Al-Qur'an Hadist", 2 buah Jurnal pada At-Taklim STAI An-Nadwah KTL dan PEJ FTK UIN STS Jambi. Hope winner on cross cultural religious literacy competition "Developing Student Activity Program" Institut Leimena Jakarta Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masih Perlukah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?

29 November 2022   22:24 Diperbarui: 28 Desember 2022   13:42 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi RPP (Sumber gambar : https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/rpp-kurikulum-merdeka-kelas-4-sd/)

Jika kita kaitkan dengan istilah Pembelajaran berdiferensiasi  dalam kurikulum Merdeka saat ini, akankah perlu kita menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau disingkat dengan RPP. Menurut (https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_berdiferensiasi) Pembelajaran berdeferensiasi adalah proses atau filosofi untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif. Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.

Artinya seorang guru di kelas tugasnya adalah memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Jika kita kaitkan dua hal di atas, akankah perlu Rencana pembelajara, secara administrasi mungkin perlu, tetapi jika yang kita hadapi jumlah siswa maksimum 28 orang siswa, berarti diperlukan teknik perencanaan 28 cara baik itu tekhnik, model dan metode pembelajaran, mengapa demikian, karena semua siswa unik, punya kelebihan dan kemampuan masing-masing. 

Dan tentu saja perlu 28 tindakan yang harus dilakukan oleh guru...maka guru disini perlu terus mentransformasi diri untuk melakukan perbaikan dalam pengajarannya di kelas. Setiap hari dihadapkan pada masalah-masalah pembelajaran, guru akan semakin mumpumi dan berkwalitas dalam pengajarannya..karena selalu menemukan masalah dan langsung mencari solusi dari masalah itu...

Nah perlukan RPP disini...ini yang menjadi tanda tanya...seringkali kita menyusun RPP hanya pada fokus satu model, satu metode, satu tekhnik, atau seringkali kita timbulkan semua tekhnik pembelajaran pada penyusunannya, sementara yang kita hadapi beragam siswa dan beragam cara menghadapinya, yang sangat lemah atau siswa inklusi misalnya dengan cara yang lain, yang lemah dalam pembelajaran misalnya memberikan catatan-catatan singkat. Yang cepat menangkap pelajaran, diberikan pengayaan. 

Jadi disini diperlukan guru yang benar-benar profesional.. dan lagi-lagi masih perlukah RPP...kalo hanya sekedar administrasi saja...bagaimana jika diberikan saja keleluasaan guru untuk berinovasi dalam pengajarannya...terserah guru maunya apa dan seperti apa....beri guru kebebasan, dan mentransformasikan dirinya....bagaimana menurut anda....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun