Beranggapan bahwa ras kulit putih merupakan ras terkuat di Bumi dan anggapan bahwa bangsa Barat merupakan bangsa yang modern lalu menganggap bangsa lain merupakan bangsa yang terbelakang mungkin dapat masuk pada daftar alasan mengapa Amerika terobsesi untuk mengintervensi negara lain. Amerika menginginkan adanya pertukaran informasi sehingga budaya yang mereka anggap "maju" dapat disalurkan kepada negara tersebut.Â
Transfer budaya ini tidak dapat dianggap remeh. Ketika suatu negara gagal menyaring budaya luar yang masuk ke dalam, kemungkinan yang terjadi adalah mereka tidak akan dapat mempertahankan identitas mereka. Krisis identitas ini menyebabkan suatu negara akan dengan mudah dipengaruhi oleh negara lain dan lagi-lagi suatu negara akan dapat mengambil keuntungan atas hal tersebut.Â
Namun, sebenarnya, menganggap bahwa suatu bangsa lebih terbelakang dari bangsa lain apalagi tanpa justifikasi yang jelas merupakan suatu tindakan tercela dan tidak mendasar untuk dijadikan alasan suatu negara dapat mengintervensi negara lain.
Lagi-lagi, menurut penulis, ini merupakan suatu keadaan konyol karena di satu sisi Amerika melakukan self proclaimed bahwa mereka adalah negara adidaya penguasa ekonomi dunia tetapi kita sama-sama tahu bahwa kuatnya ekonomi Amerika tidak lepas dari carut-marut intervensi Amerika ke negara lain. Alasan logis terkait hal ini adalah bahwa Amerika merupakan negara yang hampir tidak memiliki keadaan alam yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Jadi, Amerika akan melakukan usaha intervensi di negara-negara yang secara geografis potensial untuk dieksploitasi.
Intervensi Amerika juga menjadi bukti bahwa yang kita anggap Amerika merupakan suatu negara yang sangat berpengaruh pada tatanan sistem internasional juga sangat bergantung pada bagaimana Amerika melakukan hubungan dengan negara lain, salah satunya adalah dengan intervensi.