Mohon tunggu...
Muhammad FishalPutra
Muhammad FishalPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2019. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia. saya menyukai dan memiliki minat pada sastra, pendidikan, dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dekapan Polianthes Tuberosa

9 Januari 2023   18:52 Diperbarui: 9 Januari 2023   18:56 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dekapan Polianthes tuberosa

            Kali ini seperti biasa sang surya terbit di ufuk timur tepat pada hitungan prosonya. Meskipun berbeda waktunya tiap tahun, entah mungkin karena di lelah atau mungkin dia berbagi kebahagiaan di awal dengan mahluk lain. Pagi ini tepat pukul setengah lima aku terbangun.

            Menurutku pagi selalu menyenangkan, dimana sebagian orang terbangun baik dalam kondisi tersenyum atau dalam kondisi yang kurang baik. Akan tetapi, pagi tetaplah pagi. Suatu tanda bahwa kita sebagai manusia telah melewati sehari yang berlalu begitu saja. Kita sekali lagi sudah melewati masa-masa yang penuh dengan rasa lelah susah resah atau mungkin kita melewati waktu dengan bahagia dengan segala warna cerah yang terlewat.

            Pagi ini seperti biasa, merapikan tempat tidur lantas mengambil sedikit air untuk mengusap wajah dan melaksanakan rutinitas semestinya. Namun hari ini sedikit special karena sudah tersadar tujuh belas tahun berlalu dari pertama kali aku muncul dengan tangisan sampai sekarang sudah biasa dengan tangisan. Hari ini tepat pada tanggal ini juga mungkin pertama kalinya aku membawa kebahagiaan pada dunia.


"Setidaknya harus ada satu kebahagiaan untuk diriku sendiri dan orang lain untuk hari ini," Gumamku seraya mengambil air untuk membuat minuman hangat.

            Sembari menunggu air rebusan itu mendidih, akupun membaca novel karya tere liye yang berjudul "Tentang kamu". Jika menurut kalian novel ini tentang perasaan atau romansa anak muda maka kalian harus membaca buku ini. Aku tak mau menceritakannya karena hari ini bukan cerita Sri Ningsih tapi ini cerita tentang Elaya.

            Perkenalkan namaku Elaya. Teman sekolah biasa memanggil aya, seorang perempuan berumur 17 tahun tepat hari ini yang sekarang sedang menempuh pendidikan sekolah atas di suatu kota paling utara pulau jawa. Mungkin jika kusebut nama katanya kalian akan merasa asing bahkan tak tau dimana letak pastinya. Sudah cukup perkenalan dirinya hihihih kita lanjut hari spesial kali ini. Setelah membaca satu bab novel dan mengetahui air rebusan sudah mendidih akupun segera mengambil kotak energen yang kubeli dua hari lampau. Jika kalian bertanya kenapa aku tidak memasak nasi saja tentu jawabannya adalah karena aku "malas" karena pagi hari terlalu banyak hal yang harus diselesaikan. Merapikan buku, menata tempat tidur, menyiram tanaman, menyapu lantai, membersihkan rumah.

"aaaaaa kenapa sih setiap pagi pasti semuanya berantakan," Gerutuku.

            Jika kalian bertanya kenapa tidak makan bersama orang tua maka jawabannya adalah aku hidup seorang diri. Ya begitu banyak cerita yang pernah terjadi tapi tidak apa. Sudahlah ini bukan cerita sedih, kita lanjutkan saja persiapan untuk hari ini. Setelah selesai 'makan energen' dan membersihkan diri sudah rapi. Tentu hari ini akan sedikit spesial. Karena hari ini merupakan hari yang mungkin cukup memberikan kebahagiaan bagi para kaum perempuan sedunia. Dimana pada hari ini putra-putri mereka mungkin menyisihkan ego mereka untuk melakukan sesuatu yang berat sekali mereka lakukan di hari biasa. Jika kita menitik ke sejarah kenapa sih hari ini diperingati sebagai hari itu? Entah akupun juga tidak tahu menahu. Akan tetapi menurut buku dan artikel yang kubaca Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan hari ini sebagai penghargaan bagi jasa para ibu yang turut dalam memajukan kecerdasan bangsa. Xixixiix entahlah mungkin seperti itu. Jadi untuk kali ini para ibu dari siswa dipanggil untuk mengikuti agenda bersama. Para siswa diminta untuk memakai pakaian bebas asal sopan dan membawa sekuntum bunga. Tentu aku tidak mau kalah dengan membawa bunga yang paling bundaku suka. Kali ini aku membawa sekuntum besar bunga Polianthes tuberosa.

            06.30

            Tepat setelah semua persiapanku selesai akupun segera menuju ke sekolah, dengan memakai sepeda favoritku melaju cukup kencang ke sekolah yang mungkin jaraknya tidak terlalu jauh. Dengan bersepeda saja bisa kutempuh dalam waktu sepuluh menit. Jadi tidak mungkin aku terlambat dengan kekuatanku yang mantan atlit lari ini. Eh sepertinya tidak ada korelasi antara lari denga bersepeda ya? Tapi gapapa mungkin kita bisa lihat dalam stamina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun