"Pada akhirnya kita tidak akan tahu dengan siapa kita akan memulai rumah tangga bersama"
2 tahun lalu hal-hal seperti pernikahan atau menjalani hidup bersama, hanyalah guyonan belaka, dan kami tidak pernah terfikir akan menghadapi sebuah perjodohan yg kurasa sedikit aneh, Yuni yang merupakan kakakku dan Iqbal yg merupakan guru les nya.
Sudah lima tahun sejak Yuni kuliah di Amerika dan untuk hari ini, untuk pertama kalinya aku melihatnya lagi, tepat hari ini 5 tahun yg lalu kami bersedih atas kepergian Yuni ke Amerika, dan di sekarang tak terasa ia sudah wisuda dan siap untuk bekerja di salah satu perusahaan negeri ternama.
Sedangkan Iqbal walaupun ia masih fokus dalam ranah pendidikan, tapi sekarang itu mulai meningkat, iqbal sekarang merupakan seorang dosen di salah satu universitas Islam di Ciputat, dan dia mengajar akhlak tasawuf.
Aku pergi ke teras rumah di sana sudah ramai sanak saudara membawa makanan dan bingkisan untuk menyambut kedatangannya Yuni, aku menyalami satu persatu,Â
"Duh duh duh, liat siapa anak yg masih melajang ini, kapan kau fikir bibimu ini bisa mengendong keponakannya" ucapa bibi Rina yang sedang duduk di tepi teras.
"Duh Bi jangan sekarang, aku sedang tak mau membahas itu, dan lagi pula kakakku kan akan menikah, gendong saja anak kakakku" ucap wajahku sedikit lusu
"Aku tau sebenarnya kau masih belum ikhlas melihat kakakmu bersama orang lain, namun itulah hidup, kau harus mampu mengikhlaskan seseorang demi kebahagiaan dia" ucap bibi ku tentram
Aku hanya bisa mengiyakan, sambil beranjak masuk ke dalam rumah.
Dan kulihat di balkon rumah Iqbal sedang menghisap sebatang rokok sambil menikmati pemandangan hutan belakang rumah, perlahan aku mendatanginya
"Kau pasti Iqbal kan, kau ingat aku bal??" Tanyaku padanya
Sontak dia sedikit tertawa seraya berkata
"Kau pikir aku kakek pikun, iltrntubaku tidak akan melupakanmu Ridho" ucapnya sambil merangkul ku
Dia mengambil sebungkus rokok dari kantongnya dan menawarkannya kepadaku
"Sebat..?"
"Tidak bal, aku sudah berhenti"Â
Kemudian kami pun kembali mengobrol sperti biasa, mengingat masa lalu, membuat kami merasa kembali ke masa masa indah tersebut,
Dimana Iqbal aku dan kakakku Dunya hanya sebatas murid dan guru, yg begitu dekat, karena rasa ingin tahu akan pengetahuan.
Perlahan aku merasa Iqbal adalah orang yang baik dan perlahan rasa cemas ku terhadap kakakku dengannya pun hilang.
" Ya.. aku tahu sebenarnya kau masih sulit menerima sebagai orang baru di keluarga, tapi percaya aku akan melakukan yang terbaik"
Aku tersenyum, tak apa, mungkin kakakku sudah berjumpa dengan seorang yang memang pantas untuknya, dan mungkin inilah yang terbaik, kadang memang kita harus mengikhlaskan sesuatu agar semua dapat berjalan sebaik mungkin.