Mohon tunggu...
MUHAMMAD FARRELL BRYLLIANT
MUHAMMAD FARRELL BRYLLIANT Mohon Tunggu... MAHASISWA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT-PROGRAM STUDI GEOGRAFI-ANGKATAN 2023

Hobi:Bermain bola, Badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Identifikasi Jenis Bencana dan Upaya Mitigasi Bencana di Kelurahan Kebun Bunga

5 Maret 2025   13:02 Diperbarui: 5 Maret 2025   13:02 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Kota Banjarmasin terdapat salah satu kelurahan yaitu Kelurahan Kebun Bunga yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin dan termasuk daerah permukiman warga rentan mengalami jenis bencana seperti kebakaran akibat kemarau atau kelalaian manusia dan banjir yang sering melanda saat musim hujan di kelurahan tersebut. Kelurahan Kebun Bunga yang memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6,298 jiwa dan perempuan sebanyak 5,923 jiwa atau total penduduk yakni 12,221 jiwa pada tahun 2023 merupakan daerah yang rentan terhadap beberapa jenis bencana, setelah melakukan idenfikasi bencana dengan melakukan wawancara terhadap beberapa warga sekitar didapatkan bahwa bencana yang kadang-kadang datang adalah banjir apabila musim hujan tiba. Pemaparan pandangan oleh penduduk sekitar menyebutkan bahwa kelurahan tersebut cukup sering dilanda bencana baik karena faktor manusia atau pun alam. Karena itu diperlukan untuk mengidentifikasi apa saja jenis bencana bencana-bencana yang umumnya melanda di kelurahan tersebut.

Hasil kuesioner dengan mewawancarai beberapa responden di Kelurahan Kebun Bunga dilakukan pada saat Kamis, 27 Februari 2025 dengan total 5 responden yang memiliki pandangannya masing-masing terhadap identifikasi bencana alam di kelurahannya dengan opininya sebagaimana berikut:

  • Elviana (44 tahun). Menurutnya, banjir adalah bencana yang pernah terjadi di permukiman kelurahannya. Bencana yang hadir umunya terjadi di sekitar permukiman yang berada di pinggiran aliran sungai dan disusul karena buruknya daya tampung drainase yang ada. Karena bencana yang terjadi tersebut ujarnya melanda saat musim hujan, maka mereka harus mempersiapkan penanganan pra bencana yakni persediaan makanan yang cukup.
  • Budi Adi Karya (43 tahun). Keluhan akan bencana juga terjadi dari beliau karena faktor permukiman kelurahan mereka yang sangat padat dan rapat terhadap rumah-rumah dan diperparah oleh akses jalan yang cukup menghalangi drainase air untuk meresap air ketika musim hujan melanda. Ujarnya memang banjir yang menjadi permasalahan utama mereka mengingat daerahnya yang rendah terhadap permukaan air sungai sehingga banjir dapat dengan mudah menenggelamkan sebagian jalan permukiman mereka.
  • Yazid Fahmi (50 tahun). Ungkapan beliau terhadap bencana, umumnya memang banjir yang kemudian kebakaran lahan. Bencana tersebut menurutnya terjadi di waktu-waktu yang mendukung terjadinya bencana seperti saat musim hujan dan kemarau panjang. Karena bencana tersebut terjadi kapan saja, maka kepala daerah setempat seperti RT/RW berinisiatif kerja sama dengan pemadam kebakaran sekitar untuk membuat posko penangangan bencana agar proses pengaduan dan pencegahan ketika meluapnya bencana alam dapat lebih terjangkau teratasinya.
  • Hj. Norlea (67 tahun). Beliau yang merupakan lulusan perguruan tinggi juga menerangkan masalah bencana alam di tempat tinggalnya. Katanya peran kepedulian masyarakat yang bijak dan kolaborasi pemerintah bersama dengan kepala daerah setempat menjadi tolak ukur suatu permukiman penduduk dapat mengatasi permasalahan bencana yang ada. Selama kesadaran terhadap pedulinya menjaga lingkungan selalu ada, maka saat itu juga satu per satu bentuk kerugian yang dihasilkan oleh bencana dapat dicegah dengan penangangan bencana yang terencanakan.
  • Rizki (22 tahun). Permasalahan terhadap bencana akibat faktor manusia yang dibarengi faktor alam, mengingat kejadian bencana seperti banjir tidak serta merta karena musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi namun juga kecerobohan manusia yang selalu merugikan lingkungan sekitar dengan sembarangan membuang sampah terutama di aliran sungai hingga perusakan tanggul drainase yang disengaja. Menurutnya pemerintah di Kota Banjarmasin sudah berupaya dengan baik menangani masalah ini dengan selalu bersosialisasi kepada masyarakat dan menganggarakan dana bencana yang sepadan ke setiap potensi bencana yang terjadi di masa mendatang.

Dari kelima responden yang diberikan tanggapannya terkait bencana, beberapa bencana yang paling sering terjadi adalah banjir. Bencana tersebut menjadi permasalahan yang selalu dihadapi setiap tahunnya karena faktor penyebabnya berupa aliran air yang tinggi  dan tidak tertampungnya saluran atau sungai yang ada sehingga aliran air tersebut meluap ke daratan yang lebih rendah sebagai dampak curah hujan yang tinggi (Rosyada, et al., 2020). Banjir biasa terjadi di seluruh Indonesia, termasuk Kota Banjarmasin di Provinsi Kalimantan Selatan. Banjir di Kota Banjarmasin disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Menurut data BPBD Kota Banjarmasin, curah hujan tertinggi pada tahun 2023 adalah 271,6, yang terjadi pada bulan Februari. Pada tahun 2022, curah hujan turun menjadi 232,4, yang terjadi pada bulan maret, dan curah hujan paling rendah pada tahun 2023 adalah 180,8, yang terjadi pada bulan Februari. Karena letak geografisnya, Banjarmasin sangat rentan terhadap banjir. Kota Banjarmasin mengalami banjir dua hingga tiga kali setahun. Luas banjir Kota Banjarmasin mencapai 3.500 hektar, atau sekitar 10% dari luas kota.

Adapun upaya yang dilakukan Oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin untuk menangani hambatan yang terdapat dalam strategi pengurangan risiko bencana banjir yaitu dengan meningkatkan kelas ketahanan, kesiapsiagaan dan kekuatan daerah dalam menghadapi banjir maka hal utama yang harus dilakukan adalah memperbaiki kelembagaan kebencanaan itu.

Secara keseluruhan, kesadaran tentang kesiapsiagaan dan mitigasi bencana perlu ditingkatkan, terutama di Kelurahan Kebun Bunga. Masyarakat juga harus memahami jenis ancaman bencana yang ada di sekitar mereka. Penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan tata laksana, dan kerja sama penanganan banjir dan rob dengan masyarakat, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan lembaga internasional harus dilakukan untuk mengurangi dan mempersiapkan kerusakan. Karena itu, masyarakat dapat berpartisipasi dalam bentuk pemikiran, tenaga, keterampilan, barang, dan uang. Partisipasi ini dapat dilakukan sebelum bencana, selama bencana, dan setelah bencana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun