2. Penguatan Tenaga Kerja Lokal
Latih dan tempatkan tenaga kerja lokal di posisi strategis. Jangan hanya dijadikan buruh kasar. Sekolah vokasi, pelatihan industri, dan insentif untuk pekerja lokal perlu ditingkatkan.
3. Penegakan Hukum Lingkungan dan Sosial
Lingkungan hidup dan hak masyarakat lokal tidak boleh dikorbankan demi angka pertumbuhan ekonomi. Regulasi lingkungan dan hak buruh harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh.
4. Kedaulatan Negara atas SDA
Revisi kembali model kerja sama pengelolaan SDA agar keuntungan tidak hanya mengalir ke luar negeri. Negara harus lebih berani dalam menjaga kepentingan nasional.
Morowali sebagai Cermin Pembangunan Nasional
Kisah Morowali bukanlah cerita tunggal. Ia menjadi cermin bagi model pembangunan nasional kita yang selama ini masih mengejar pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan banyak aspek lain: keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan kedaulatan rakyat.
Sudah saatnya Indonesia tidak hanya menjadi "tempat tambang" bagi dunia, tapi juga menjadi pemilik penuh atas kekayaannya. Kita harus belajar dari pengalaman Morowali agar pembangunan masa depan tidak lagi menimbulkan luka sosial dan ketimpangan baru.
Akhir Kata
Di tengah arus globalisasi dan persaingan dunia yang semakin ketat, Indonesia punya dua pilihan: menjadi bangsa yang berdiri di atas kakinya sendiri atau terus menjadi pelayan bagi modal asing. Proyek smelter nikel di Morowali adalah ujian besar bagi arah pembangunan kita ke depan.
Apakah kita akan membiarkan kekayaan alam kita kembali dijarah dengan dalih pembangunan? Ataukah kita akan berani mengambil alih kendali dan memastikan bahwa setiap tetes nikel yang diolah benar-benar untuk kesejahteraan rakyat, bukan segelintir elite?
Jawabannya ada pada kebijakan kita hari ini. Jika negara tidak segera mengoreksi arah, maka masa depan Morowali bisa jadi masa depan Indonesia: kaya sumber daya, tapi miskin kendali.
Penulis: Muhammad Fari Alfarisqi & Fadli Marzuki Rangkuti
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI