Usulan penetapan SEGAR diajukan oleh gubernur kepada Menteri KKP dengan menyertakan profil wilayah, peta lokasi, data kelembagaan, dan analisis pasar. Setelah diverifikasi secara administratif dan teknis, wilayah tersebut dapat ditetapkan sebagai kawasan SEGAR oleh KKP.
Di Indramayu, khususnya di Desa Krangkeng, Program SEGAR telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sejak dibangunnya 7 washing plant dan gudang melalui dana PEN, produktivitas tambak meningkat dari 60 ton/hektare menjadi 130 ton/hektare. Harga garam petambak pun naik signifikan dari kisaran Rp 500/kg menjadi Rp 1.800–1.900/kg. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi produksi, pengolahan, dan kelembagaan mampu memperkuat daya saing garam rakyat.
Garam bukan hanya soal rasa dalam masakan, tapi juga bagian dari ketahanan pangan dan industri nasional. Melalui regulasi yang progresif, strategi berbasis teknologi dan pemberdayaan rakyat, serta program terintegrasi seperti SEGAR, Indonesia menatap masa depan swasembada garam dengan optimisme. Jika semua pihak, dari pemerintah, akademisi, petambak, hingga pelaku industri bersinergi, maka target 2025 dan 2027 bukanlah sekadar angan, melainkan sebuah kenyataan yang bisa dicapai bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI