Mohon tunggu...
Muhammad Fadhli
Muhammad Fadhli Mohon Tunggu... Musisi - Wartawan Musik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Apa Ustaz KH. Fadzlan Minta Maaf pada Masyarakat Adat Papua?

4 April 2018   01:20 Diperbarui: 4 April 2018   02:07 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal: Permohonan Maaf

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Dengan hormat,

Mencermati perkembangan media sosial belakangan ini, berkaitan dengan kesalahpahaman terhadap isi ceramah saya pada sebuah kajian di Jakarta beberapa tahun yang lalu, yang sengaja diviralkan lewat sebuah potongan video pendek, yang kemudian menimbulkan gangguan pada tatatan kehidupan yang telah terjalin dan terjaga dalam kebersamaan kehidupan adat istiadat di masyarakat.

Serta dalam rangka menjunjung tinggi suasana ketertiban dan keamanan yang kondusif, yang telah memberi ruang kebebasan beribadah kepada seluruh umat beragama di tengah masyarakat di negeri ini, juga dalam rangka memelihara dan menjaga keutuhan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdaulat.

Bersama ini sava: Ustaz Muhammad Zaaf Fadzlan Rabbany Garamatan, putra adat asli Papua, kelahiran Kampung Patipi Pulau (Nusa), Distrik Teluk Patipi, di bawah Petuanan Raja Patipi, Kab. Fakfak, Papua Barat, sebagai bagian dari keluarga besar masyarakat adat Papua, menyampaikan:

Permohonan Maaf kepada seluruh masyarakat adat Papua, atas kesalahpahaman dalam memahami isi kandungan video ceramah saya, yang telah diviralkan oleh pihak/oknum yang tidak bertanggunjawab. Yang secara sengaja atau tidak, telah menimbulkan ketersinggungan serta bibit perpecahan di antara elemen umat beragama.

Dimana selama ini kerukunan antara umat beragama di seluruh Papua, telah tertata dan terjaga dengan baik dari leluhur, bahkan telah menjadi ketauladan dalam memelihara pranata sosial dengan falsafah adat "Satu Tungku Tiga Batu".

Lewat tuntunan adat "Satu Tungku Tiga Batu" tersebut, saya mengajak saudara-saudariku. semua komponen masyarakat adat Papua, mari kita berdiri di tanah ini untuk saling isi-mengisi dan nasehat- menasehati. Sekaligus saling menyempurnakan berbagai kekurangan yang ada di masyarakat, demi kemajuan masyarakat Papua secara luas, guna memberi perubahan terhadap masyarakat Papua yang lebih berperadaban, yang selama ini masih dipandang dan dipersepsikan sebagai masyarakat primitif yang tertinggal dan terbelakang.

Mari sama-sama kita berdiri berdampingan, dengan gagasan, pikiran, dan karya nyata, dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tingkah, untuk saling asih, asah, asuh, dari rasa kita sendiri, agar tercipta perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun