Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Semua Serba Mahal, Masihkah Kita Bisa Menikmati Ramadan dengan Tenang?

14 Maret 2025   16:00 Diperbarui: 14 Maret 2025   13:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu keindahan Ramadan adalah semangat berbagi. Di tengah kesulitan ekonomi, kita mungkin berpikir bahwa berbagi menjadi hal yang sulit dilakukan. 

Bagaimana mungkin membantu orang lain jika untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja terasa berat? Namun, berbagi tidak selalu harus dalam bentuk materi atau uang. 

Sering kali, kita lupa bahwa sekadar memberi perhatian, mendukung orang lain dengan doa, atau membantu dengan tenaga dan waktu juga merupakan bentuk sedekah yang bernilai besar. 

Bahkan, senyum yang tulus kepada sesama pun dianggap sebagai amal baik dalam Islam. Di saat banyak orang mengalami kesulitan, berbagi bisa dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dan sesuai kemampuan. 

Misalnya, jika tidak bisa memberikan makanan dalam jumlah besar, kita bisa berbagi dengan porsi kecil, sekadar membagikan kurma atau air putih kepada orang yang membutuhkan. 

Jika tidak bisa bersedekah dalam bentuk uang, mungkin kita bisa menawarkan bantuan lain, seperti membantu tetangga yang kesulitan atau sekadar menemani mereka yang membutuhkan dukungan emosional.

Menemukan Ketenangan di Tengah Keterbatasan

Jadi, masihkah kita bisa menikmati Ramadan dengan tenang saat semua serba mahal? Jawabannya bergantung pada bagaimana kita melihat situasi ini. 

Jika kita terus terjebak dalam kecemasan dan membandingkan Ramadan tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya yang mungkin lebih lapang, maka kesulitan ekonomi akan terasa semakin membebani. 

Namun, jika kita memilih untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk kembali kepada esensi Ramadan yang sesungguhnya kesederhanaan, kesabaran, dan rasa syukur maka kita masih bisa menemukan ketenangan meskipun dalam keterbatasan.

Ramadan bukan tentang seberapa banyak makanan yang tersaji, seberapa mewah pakaian yang dikenakan, atau seberapa banyak yang bisa dibeli. Ramadan adalah tentang bagaimana kita mengendalikan diri, meningkatkan ketakwaan, dan lebih peduli terhadap sesama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun