Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Budaya Kerja Lembur: Produktif atau Eksploitasi?

13 Februari 2025   21:58 Diperbarui: 13 Februari 2025   21:55 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja lembur (sumber gambar: kompas.com)

Produktivitas vs. Kesehatan Mental

Studi menunjukkan bahwa jam kerja yang terlalu panjang justru menurunkan produktivitas. Ketika karyawan terus-menerus bekerja lembur, tingkat kelelahan meningkat, daya konsentrasi menurun, dan risiko kesalahan dalam pekerjaan bertambah.

Alih-alih menyelesaikan tugas dengan lebih efisien, mereka justru menjadi lebih lambat dan kurang efektif dalam berpikir serta mengambil keputusan.

Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa jam kerja yang panjang berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Pekerja yang sering lembur lebih rentan mengalami stres, kecemasan, gangguan tidur, hingga kelelahan kronis. 

Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan burnout keadaan di mana seseorang kehilangan motivasi dan semangat kerja akibat tekanan yang berlebihan.

Menariknya, beberapa negara dengan jam kerja lebih pendek justru mencatat tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Misalnya, di negara-negara Skandinavia seperti Denmark dan Norwegia, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat dijaga. 

Hasilnya, pekerja lebih bahagia, lebih fokus saat bekerja, dan mampu menyelesaikan tugas dengan lebih efisien dalam waktu yang lebih singkat.

Lembur yang Sehat atau Eksploitasi?

Lembur bisa menjadi solusi dalam kondisi tertentu, misalnya saat ada proyek mendesak atau periode bisnis yang sibuk. Dalam situasi seperti ini, tambahan jam kerja memang diperlukan untuk memenuhi target dan memastikan kelancaran operasional. 

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika lembur bukan lagi sekadar solusi sementara, melainkan berubah menjadi kebiasaan yang terus-menerus terjadi. Ketika lembur menjadi norma, bukan pengecualian, maka ada indikasi bahwa perusahaan mungkin memiliki manajemen kerja yang kurang efektif. 

Beban kerja yang tidak seimbang, target yang terlalu tinggi, atau kekurangan tenaga kerja sering kali menjadi penyebab utama mengapa karyawan terpaksa bekerja di luar jam kerja. Jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini tidak hanya merugikan pekerja secara fisik dan mental, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun