Mohon tunggu...
M. Cahyo Rahmat
M. Cahyo Rahmat Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kelahiran Palembang 16 Januari 1997 Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

People Power Jadi Simbol Perlawanan?

21 Mei 2019   01:38 Diperbarui: 21 Mei 2019   02:00 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun kepolisian harusnya menyertakan bukti yang terdapat pada Pasal 108. Dalam pasal ini tertulis orang yang melawan pemerintah dengan menggunakan senjata. Seharusnya barang bukti makar tersebut salah satunya adalah persenjataan.

Dalam menanggapi semua hal ini, Amien Rais yang mencetuskan people power berkomitmen untuk mengganti kata tersebut dengan pergerakan kedaulatan rakyat. Meski Amien mencoba untuk menghapus kata people power, tapi semua orang telah kadung menerima people power sebagai agenda pergerakan massa.

Sementara itu, pemerintah saat ini mungkin belum memperhitungkan tindakan yang dianggap represif tersebut dapat memiliki dampak besar ke depan. Seperti diketahui, sikap represif pemerintah di berbagai belahan dunia selalu memiliki dampak yang besar kepada negara tersebut kelak.

Sebut saja contohnya negara-negara Eropa pada abad kegelapan. Otoritas gereja pada saat itu memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Mereka melakukan berbagai represif terhadap rakyat, khususnya terkait ilmu pengetahuan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Sikap represif terhadap pengetahuan tersebut mendapat tantangan oleh teori Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei yang menyatakan pusat tata surya adalah matahari bukan bumi seperti yang diklaim oleh agama. Sejak itu perang terhadap doktrin agama mulai digalakkan. Dua ungkapan yang terkenal ketika itu adalah renaissance dan aufklarung.

Sejarah juga menulis hampir semua pemerintah yang melakukan tindakan represif kepada rakyat akan mendapat perlawanan. Sikap melawan ini yang menjadi cikal bakal revolusi suatu negara. Ini telah terjadi di berbagai negara di dunia.


Dalam konteks Indonesia, pada masa pemerintahan Orde Baru menjadi contoh nyata dari sikap represif pemerintah ini. Kebebasan bersuara dibungkam, media diawasi, segala bentuk gerakan yang bisa mengancam pemerintahan ditekan.

Rezim saat ini memang tak  memiliki kadar otoriter yang serupa dengan Orde Baru dan narasi politik people power tidak bisa sekuat itu untuk menggerakkan seluruh rakyat seperti yang terjadi pada 1998. Tapi, kasus represif pemerintah ini bisa merubah makna dari people power.

Jika sekarang hanya sebatas pergerakan massa menentang kecurangan pemilu, kelak mungkin saja people power berubah menjadi komoditas atau brand yang bisa dipakai oleh semua orang.

Seperti diketahui, pergeseran makna dalam kajian linguistik menjelaskan bahwa setiap kata memiliki risiko untuk berubah. Pergeseran ini tidak hanya terjadi dalam kasus penerjemahan bahasa. Namun terdampak oleh perubahan situasi politik yang terjadi.

Sarah Thomason dilansir dari Linguistic Society of America menulis bahwa perubahan bahasa pasti mengarah pada variasi. Dalam obrolan komunitas ini seringkali bervariasi antara nilai baik dan buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun