[caption caption="Kebersamaan yang terus dipupuk dalam ritual Lewak Tapo"][/caption]
Lewak Tapo; Tradisi Khas Orang Lamaholot Adonara, Flores Timur-NTT
(Nilai positif yang bisa diambil dari ritual Lewak Tapo; sebagai ritual mencari kebenaran atas kematian yang tak wajar. Menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan arwah para leluhur. Memupuk semangat toleransi antarumat beragama di Adonara)
Negeri tercinta ini, tak hanya kaya-raya dengan sumber daya alam, tapi juga kaya-raya dengan sumber daya adat istiadat dan tradisi, yang bila dikelola dengan benar, akan menjadi daya tarik wisatawan dan tentu saja akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat yang memiliki wisata budaya.
Maka sungguh miris dan sangat disayangkan bila kekayaan budaya yang dimiliki, tak menjadi perhatian pemerintah sebagai pelaksana konstitusi yang diamanahi tanggung jawab untuk menyejahterakan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya. Meski demikian, tanggung jawab itu tak mesti harus dilakukan pemerintah. Kita sebagai masyarakat hendaknya turut serta memiliki tanggung jawab sebagai anak bangsa untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya luhur para leluhur kita.
Pada kesempatan ini, penulis ingin berbagi pengetahuan kepada khalayak bahwa betapa di timur negeri yang bernama Indonesia ini, ada komunitas masyarakat Lamaholot yang memiliki tradisi yang unik di mana tradisi ini merupakan penanda bahwa adat dan budaya lokal tak serta merta tergerus dan hilang oleh ganasnya gelombang modernisasi.
[caption caption="Acara makan bersama setelah ritual Lewak Tapo"]

Selain itu, ritual Lewak Tapo ini juga merupakan upaya yang dilakukan untuk menjalin komunikasi harmonis antara manusia dengan Lera wulan-Tanah Ekan, yaitu Tuhan yang Mahakuasa, sebagai pencipta langit dan bumi dan ina ama koda kewokot sebagai roh leluhur yang tetap dihormati meski telah meninggal atau pergi ke alam lain.
Ritual Lewak Tapo sekaligus bertujuan membersihkan bobot dosa yang dilakukan orang yang meninggal secara tak wajar tersebut ataupun keluarganya yang menyebabkannya meninggal dunia, dengan harapan tidak akan terulang kembali di kemudian hari.
Menurut pandangan umum orang Lamaholot yaitu etnis yang mendiami daratan timur pulau Flores, Solor, Adonara, Lembata, dan kepulauan Alor, pengingkaran terhadap koda/kata-kata wasiat (kebenaran) menyebabkan seseorang mudah mati atau mati muda. Dalam tradisi orang Lamaholot, Koda hampir mirip seperti norma, yakni larangan atau perintah yang ditujukan agar terciptanya keharmonisan antarmanusia, manusia dengan lingkungan, dan yang terpenting manusia dengan sang khalik pencipta.
Orang Lamaholot, khususnya yang menjalankan tradisi ritual Lewak Tapo berkeyakinan, bila seseorang yang mempunyai bobot dosa yang banyak akan ditimpakan hukuman oleh Lera Wulan-Tanah Ekan (Tuhan) berupa kematian yang tidak wajar. Dari keyakinan inilah yang kemudian melahirkan tradisi ritual Lewak Tapo.
Untuk lebih mengetahui apa saja yang dilakukan selama pelaksanaan prosesi Lewak Tapo, berikut penulis sedikit menjelaskan makna dari simbol-simbol yang digunakan dalam ritual Lewak Tapo yang meliputi;
1. Tapo (Buah kelapa)
Buah kelapa disimbolkan sebagai kepala manusia. Karena kepala adalah pusat pengendali aktivitas manusia, kepala juga sebagai pengendali perilaku baik ataupun buruk. Perilaku buruk tersebut yang mengakibatkan seseorang mengalami kematian yang tidak wajar, yang tidak lain adalah kendali dari kepala. Lewat buah kelapa diyakini akan terungkap kesalahan-kesalahannya sehingga bisa dilakukan pemulihan agar tidak terjadi kembali di kemudian hari atas keluarga yang ditinggalkan.
2. Wua-malu (Pinang-Sirih)
Umumnya, dalam berbagai ritual, buah sirih dan pinang digunakan sebagai simbol menyapa atau untuk menghormati para roh leluhur. Buah sirih-pinang juga digunakan dalam adat dan tradisi orang Lamaholot untuk menyambut para tamu kehormatan yang berkunjung ke suatu kampung Orang Lamaholot. Sirih pinang yang disuguhkan kepada tamu berbentuk seperti rokok untuk dikunyah/dimakan. Sirih pinang juga disimbolkan sebagai jenis kelamin. Pinang (wanita) dan sirih (pria). Makna simbolik dari sirih-pinang dalam ritual Lewak Tapo ini terdiri dari dua dimensi yakni:
a. Dimensi sosial
Sebagai sarana pengikat kebersamaan bagi semua orang yang terlibat dalam upacara Lewak Tapo. Hal ini dilakukan karena mereka yang terlibat dengan ikhlas ikut membantu menyukseskan acara ritual ini.
b. Dimensi religius
Sebagai saran penyatu antara manusia dengan leluhur dan Lera wulan-Tanah Ekan. Ini dilakukan agar mendapatkan restu selama dalam pelaksanaan acara ritual Lewak Tapo.
3. Tuak
Minuman khas ritual Lewak Tapo ini juga memiliki dua makna, yakni:
a. Makna religius
Tuak adalah sarana untuk menyatakan segala sesuatu yang dilaksanakan dalam ritual Lewak Tapo. Bermakna agar senantiasa berada dalam naungan dan restu arwah para leluhur. Untuk itu leluhur sangat diutamakan dalam proses ritual ini.
b. Makna sosial
Tuak adalah sarana penguat sumpah antara mereka yang meminumnya. Ini mengisyaratkan ikatan sosial pada yang meminumnya saat bersama dalam ritual.
4. Belegan (Gumpalan kapas)
Belegan adalah gumpalan kapas putih dengan jumlah yang ditentukan oleh molan (dukun). Tujuannya adalah mengungkapkan dan membersihkan bobot-bobot dosa yang dilakukan sang mayit agar yang meninggal tidak menghambat jalannya upacara ini.
Tradisi Lewak Tapo mengandung makna persatuan sebagai hubungan antara manusia dan leluhur. Dari pemaknaan akan persatuan dengan leluhur ini, kemudian membangun suatu nilai religius tersendiri bagi masyarakat Lamaholot. Orang Lamaholot berkeyakinan, para arwah leluhur dan Tuhan berperan penting dalam ketenteraman, keharmonisan, dan keselamatan hidup manusia. (Sumber)
[caption caption="Bersama bahu-membahu saling membantu menyukseskan ritual Lewak Tapo"]

Bagi warga yang turut serta menyukseskan ritual ini biasanya mereka akan membantu dengan membawa bahan makanan untuk dimakan bersama seperti beras, jagung titi dan ayam. Di sini tergambar filosofi, tulun tali/talin (saling melengkapi kebutuhan) dari para pengunjung untuk menambah persediaan keluarga yang melaksanakan ritual. Kebersamaan saling melengkapi ini, dalam istilah orang Lamaholot disebut dengan, keti manuk tou beto, kaan denge koda-kirin yang berarti bersama mengantarkan doa kepada yang meninggal dan keluarga yang ditinggalkan.
Lebih daripada itu, tradisi ritual Lewak Tapo juga bertujuan melindungi generasi berikutnya dari kemungkinan melakukan kesalahan yang bisa menimbulkan kematian yang tidak wajar. Dari prosesi ritual Lewak Tapo ini menyiratakan kesadaran kita, bahwa sebagai manusia, kita tidak berdaya di hadapan sang pencipta.
Setelah pelaksanaan ritual Lewak Tapo, diadakan acara makan bersama. Acara ini melibatkan semua masyarakat kampung bahkan kampung tetangga yang ikut berpartisipasi menyukseskan ritual adat ini. Untuk yang bertugas memasak, masing-masing telah ditentukan petugasnya.
Masakan khas yang disajikan pada acara makan bersama adalah lauk manuk tapo sewut, yaitu daging ayam kuah santan kelapa. Makanan ini nantinya akan dibagikan kepada semua orang yang hadir pada acara ritual Lewak Tapo. Makanan yang disediakan dalam ritual ini cuma nasi, kari daging ayam kuah santan kelapa. Di sini tidak ada sayur atau lauk lainnya.
Uniknya, dalam acara makan bersama ini, semua makanan dan minuman tidak disajikan dengan menggunakan piring atau sendok buatan pabrik. Untuk memupuk kebersamaan dan kekeluargaan, baik yang muslim maupun yang kristiani, semuanya duduk bersama dan menikmati masakan yang disajikan di atas hamparan daun pisang atau dalam piring anyaman daun lontar. Begitu juga dengan minuman disajikan menggunakan neak, yaitu batok kelapa yang telah dihaluskan guna menadah air untuk diminum bersama.
Umumnya ritual Lewak Tapo ini dikenal di sebahagian daerah Adonara, yaitu Hinga, Lambunga dan witi-hama. Ritual ini juga dijadikan ajang memupuk kebersamaan dan toleransi antarumat beragama, yakni antara umat muslim dan kristiani di Adonara.
[caption caption="realitas sejati kebersamaan"]

Salam Persaudaraan dari Negeri timu matan lera gere (negeri tempat terbitnya matahari) Lamaholot, untuk Indonesia yang kaya akan adat dan budaya luhur para leluhur...
Adonara, Tanah Nara Nuha Nebon....
----------===========--------------------
Sumber foto: Kontributor Ama Zizoutokan Kay Gute
Sumber tambahan: https://ganjuragan.wordpress.com/2010/11/28/seni-bahasa-ritual-flores-timur/Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI