Mohon tunggu...
Muhammad Arrayyaan M
Muhammad Arrayyaan M Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pelajar Indonesia program studi Energi Terbarukan di Universität Stuttgart, Jerman. Selalu belajar agar bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

New Normal, Tikungan di Sirkuit Balap

31 Mei 2020   08:26 Diperbarui: 31 Mei 2020   09:11 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sirkuit Paul Richard, Prancis. Sumber: formula1.com

Mari kita analogikan Indonesia sebagai salah satu mobil F1 pada olahraga balap F1. Tujuan dari suatu olahraga balap tentunya agar menjadi yang terdepan. Pilihan bagi tiap peserta lomba hanyalah membalap atau dibalap. Sirkuit balap telah didesain sedemikian rupa sehingga memiliki banyak tikungan, di mana salip-menyalip antar pembalap sangat sering terjadi.

Jika kita memahami analogi di atas, maka dapat dipahami bahwa ketidakstabilan dunia disebabkan pandemi ini adalah layaknya sebuah tikungan tajam di arena balap dan new normal adalah bagian dari tikungan itu, di mana performa pembalap sangat krusial dalam menentukan di posisi mana ia akan berada setelah melewati tikungan berakhir. 

Dengan teknik manuver yang baik dan mobil yang gesit, pembalap yang pandai melihat peluang yang awalnya berada di belakang dapat menyalip beberapa pembalap yang ada di depannya. Sebaliknya jika seorang pembalap lengah dan melakukan kesalahan pada sebuah tikungan, maka dia bisa tertinggal jauh.

New Normal dipandang sebagai norma atau gaya hidup baru yang diterapkan dalam rangka mengurangi penyebaran covid-19. Setelah beberapa bulan menjalani isolasi dan pembatasan sosial, banyak negara yang mulai melonggarkan kebijakan lockdownnya. New Zealand dinyatakan negara dengan nol kasus setelah berhasil memulangkan pasien terakhir pada 23 Mei lalu, Jerman sudah mulai membuka sekolah, restoran, dan tempat umum dengan ketentuan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Menurut World Health Organisation (WHO) suatu negara barulah bisa melonggarkan kebijakan lockdown dan melaksanakan new normal ketika telah berhasil mengendalikan angka penularan covid-19 didukung dengan sistem kesehatan yang memadai. 

Dalam penerapan new normal, masyarakat diharapkan untuk senantiasa lebih menjaga kebersihan, menjaga jarak dengan orang lain, dan mengenakan masker ketika berada di kerumunan orang. Hal ini merupakan kultur yang sebelumnya tidak terlalu lazim di masyarakat.

Kita bisa mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs) yang disetujui oleh 195 negara dengan tujuan mengurangi kesenjangan sosial dan melindungi lingkungan. Dari 17 poin yang ditetapkan dalam SDGs diantaranya ialah akses air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau, kota dan komunitas yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab, serta penanganan perubahan iklim, di mana target-target ini akan berdampak positif terhadap terjaganya lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Indonesia dalam hal ini harus pandai melihat peluang. Sebelum benar-benar mengadopsi new normal, kita hendaknya menyusun norma new normal yang lebih canggih daripada sekedar prosedur kesehatan pencegahan covid-19. Di sinilah peluang Indonesia untuk menyalip di tikungan. 

Dalam transisi ini masyarakat yang sedang berakselerasi menyesuaikan perubahan gaya hidup sebaiknya diberi arahan norma yang jelas agar mereka bisa sekaligus menerapkan gaya hidup yang berbasis kepedulian sosial dan ramah lingkungan.

Contoh yang bisa kita terapkan diantaranya adalah lebih hemat dalam menggunakan air untuk mencuci tangan, mandi, dan keperluan lainnya. Untuk mengurangi sampah, kita juga bisa mengenakan masker kain yang dapat dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari daripada mengenakan masker sekali pakai. Keluarga yang lebih sering bersama di rumah juga bisa mencoba membuat kegiatan bersama keluarga seperti mengolah sampah organik menjadi pupuk.

Selain melindungi lingkungan, aspek lain yang harus dijaga ialah konektivitas. Work from Home (WFH) telah menjadi rutinitas belakangan ini di berbagai kantor dan institusi pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun