Mohon tunggu...
Muhammad Arrasyid
Muhammad Arrasyid Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar di SMKN 37 JAKARTA kelas XI Akomodasi Perhotelan 1

Lebih baik isi waktu luang mu dengan daripada dihabiskan dengan kegiatan yang tidak bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Angkuh yang Kemudian Sadar

12 November 2020   19:54 Diperbarui: 12 November 2020   20:05 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dika adalah seorang anak yang kaya raya dan sangat manja, namun di kelasnya Dika adalah seorang ketua kelas. Entah mengapa, dari dulu dia berwatak angkuh dan suka menghina teman-temannya di kelas. Sifatnya yang seperti itu akhirnya membuat aku teman-teman benci kepadanya. Bahkan Dika sering sekali menghina teman-temannya yang rendah di depan guru. Hal ini membuat guru-guru berkali-kali juga menasehati Dika.
Namun, Dika juga mempunyai suatu geng di kelasnya.
Geng itu bernama “DIKA’S GENG IS THE BEST” dan berjumlah 5 orang.
Salah satu teman Dika di geng yang mampu mengerti & sering menasehati Dika, namanya Fikri. Dan 4 teman lainnya adalah Reza, Ardi, Alfin dan Rosyidi.

Pagi-pagi sekali Dika bersama geng nya datang ke sekolah terlebih dulu. “Eh, hari ni siapa yang waktunya piket?”
“Gua, Heru, Vina sama Elvi.” Ucap Fikri.
“Terus, anggota piket yang lainnya mana? Ih, kelas kita tuh very dirty tau!!! Pada gak punya kesadaran apa???”
“Gak tau Dik, belum berangkat paling.” Sambung Fikri.
“Ya udah, loe piket aja sendiri sana. Don’t forget, disapu yang bersih ya… And next sampahnya dipilah antara Organik dan AN-Organik. Kan sekolah Adiwiyata. Oke, You understand???”
Fikri menanggukkan kepala atas omongan Dika. Walaupun hatinya panas mendengar omongan Dika yang bisanya hanya menyuruh, namun Fikri tetap melaksanakan tugas piketnya.

Beberapa menit kemudian, Aku dan Faizal pun datang. “Eh orang-orang miskin, loe bantuin piket tuh Fikri, kasihan dia piket sendiri. Jangan lupa, nyapu nya yang bersih ya… hahaha.”
Ledekan Dika tersebut membuat aku & Faizal marah, serta tanpa bicara. Bergegas Aku dan Faizal masuk ke kelas dan langsung membantu Fikri piket. “Fik, teman-teman yang piket belum pada datang ya?” Tanya ku.
“Belum Nil. Ehm… loe sama Faizal gak usah bantu gua nyapu. Tugas loe rapikan aja meja sama kursinya. Tugas Faizal ngelap kaca aja. Entar, tugas yang lain biar teman-teman yang piket hari ini yang ngerjakan.”
“Gak usah Fik, gua ikhlas kok bantuin loe. Eh, tuh Vina sama Elvi datang.”
“Vina, Elvi, kalian piket. Entar dimarahi ketua kelas loh.!” Sindir Fikri.
Hal itu, membuat Dika marah dan masuk ke kelas sambil meledek-ledek Fikri. Dika dan Fikri akhirnya saling ejek-ejekan. Fikri tidak terima dengan sikap Dika yang sering menghina teman-temannya. Akhirnya, perkelahian pun terjadi, dan Faizal mencoba melerai. “Udah Dik, Fik… kalian jangan kelahi donk. Gak baik tau. Tugas kita di sekolah belajar, bukan kelahi.”
“Tapi Dika duluan Zal yang ngerendahin kita. Kita semua sebagai temen-temen Dika bener-bener gak terima atas perlakuan Dika belakangan ini semenjak jadi ketua kelas.” Fikri mulai emosi.
“Iya Zal. Kita bertiga pun sebagai teman di geng Dika juga gak terima kalau setiap hari harus direndahin. So, we are very sad that this continues like Dika.” Sambung Rosyidi dengan gaya bahasa inggrisnya.
Hal itu membuat Dika tertunduk malu. Dia mulai sedikit sadar atas perlakuannya selama ini terhadap teman-temannya. Dika juga mulai mengerti bahwa selama ini teman-temannya sangat sayang kepadanya. Dika pun ingin meminta maaf kepada semua teman-teman yang sudah pernah diledeknya. Lalu, Dika melontarkan sebuah kata MAAF dan berjanji tidak akan mengulangnya lagi. Dika tahu, bahwa selama ini dia sudah banyak bebuat dosa kepada semua orang.
Dalam hati Dika, ia berdoa: “Ya Allah, hambaMu ini penuh dengan dosa, hamba sudah banyak berbuat salah di hadapan semua orang. Maafkan hamba Ya Allah.”
“Teman-teman, aku ingin bertaubat. Aku sudah banyak bersalah kepada kalian semua. Aku khilaf. Anila, Faizal, dan teman-teman, salahku begitu banyak ke kalian semua. Lupakan dan maafkan aku ya, aku benar-benar menyesal. Please forgive me.”
Ku lihat air mata Dika berlinang dan mulai membasahi pipinya.
“Baguslah kalau kamu sadar Dik, jangan ulangi lagi ya…” Ucap Elvi.
“Iya Dik, kita semua udah maafin loe kok. Sudahlah, bagaimanapun juga kamu tetap teman kita, tetap seorang ketua kelas. Jadilah pemimpin yang berwibawa untuk kelas kita & semua orang.” Sambung Ardi, salah satu teman di geng Dika.
“Iya teman-teman, gua minta maaf ya sekali lagi, gua sadar sekarang. Gua harus ngaca dulu sebelum gua menghina orang. Gua khilaf. Fik, gua minta maaf. Zal, gua juga minta maaf atas perkataan gua tadi yang mungkin nyakitin hati loe. Kita semua teman.”
Ucapan Dika tadi membuat hati teman-temannya senang dan lega. Aku, Fikri dan Faizal pun juga sudah memaafkan Dika. Kita semua pun telah kembali berteman. Mulai saat ini, Dika dan teman-teman mulai menyadari, bahwa sebelum menghina orang lain, haruslah berkaca dan melihat diri sendiri dulu. Karena belum tentu yang kita hina itu lebih rendah daripada apa yang kita fikirkan. Ya, menghina orang lain merupakan akhlak MAZMUMAH dan perbuatan yang dibenci oleh Allah swt.

Beginilah akhir dari kisah Dika Sang Ketua kelas yang tadinya sombong dan suka merendahkan, sekarang mulai sadar diri bahwa menghina itu bukan AKHLAKUL KARIMAH    


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun