Mohon tunggu...
Muhamad Aqil Maulana
Muhamad Aqil Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Terimakasih sudah mampir dan selamat membaca ^_^

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ini 3 Penyebab Anak Kecil Menjadi Tengil ke Yang Lebih Tua

8 Juni 2023   08:00 Diperbarui: 8 Juni 2023   08:13 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak tengil (Jeremy McKnight via Unsplash.com)

Halo sahabat Kompasianer! Pernah ketemu dengan anak tengil? Bagaimana perasaanmu? Anak tengil sering kali membuat kita merasa jengkel dan menjadi enggan untuk bertemu dengannya. Setuju?

Misal, kamu berusia dua puluh tahunan dan ada anak kecil usia sekitar lima tahunan. Anak tersebut memanggilmu tanpa ada "kak" atau "bang". Apakah kamu merasa biasa saja atau justru jengkel?  Ya hal tersebut balik lagi ke budaya masing-masing. Namun, mayoritas pasti akan jengkel.

Sebenarnya, apa sih yang membuat anak tengil? Yuk simak lebih lanjut:

1. Contoh dari Orang Tua
Anak tengil bisa keturunan dan contoh dari orang tuanya. Orang tua yang tengil juga akan menghasilkan anak tengil. Di ruang lingkup saya, ada anak kecil yang memanggil orang umur dua puluh tahunan dengan sebutan nama langsung. Jelas, orang tersebut pun merasa jengkel.

Usut punya usut, orang tua dari anak tengil tersebut tidak mencontohkan sesuatu hal yang baik. Omongan dan perkataan dari orang tuanya seakan-akan tidak ada batasan. Bahkan, orang tua tersebut berbicara dengan bahasa "gua elu" kepada anak-anaknya. Alhasil, ia berhasil menciptakan anak tengil.

2. Lingkungan yang Tidak Baik
Anak tengil juga terlahir dalam lingkungan yang tidak baik. Lingkungan tersebut terus-terusan menciptakan anak tengil yang lain. Dalam kasus yang tadi, orang tua dari anak tengil tersebut juga tidak memiliki batasan kepada anak-anaknya yang lain.

Alhasil, anak-anaknya yang lain pun juga menjadi anak tengil. Bahkan, di antara kakak beradik yang usianya berbeda jauh pun tetap menggunakan bahasa "gua elu".

Anak usia lima tahun tersebut pun tidak ditegur sama sekali ketika menggunakan bahasa "gua elu" atau ketika ia memanggil orang umur dua puluh tahunan dengan menggunakan nama langsung.

3. Budaya buruk yang turun-temurun
Budaya indonesia itu memang beragam dan sangat unik. Namun, budaya-budaya yang dapat menurunkan tingkat sopan santun itu tidak perlu dipertahankan.

Dari kasus tersebut pula, orang tua anak tengil tersebut lebih tua daripada orang tua yang anaknya umur dua puluh tahunan. Budaya lama tersebut beranggapan bahwa anak yang lebih tua itu harus memanggil kakak ke anak yang lebih muda, meskipun usianya beda jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun