Mohon tunggu...
Muhammad Al Rasya
Muhammad Al Rasya Mohon Tunggu... Freelancer | Telling Stories Through Pictures

A Computer and Network Engineering Graduate who believes every experience.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Haruskah Aku Menjadi Orang Lain Untuk Diterima?

22 Juni 2025   17:01 Diperbarui: 22 Juni 2025   17:01 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gray Scale Photography of Three Boys Facing Fence, Sumber : Pexels)

Kadang kita merasa punya banyak teman, tapi tetap saja hati ini terasa sepi. Bukan karena kita benar-benar sendirian, tapi karena hubungan itu terasa kosong. Mereka hadir saat butuh bantuan, tapi menghilang saat tawa tak lagi dibutuhkan. Kita mulai bertanya, "Apa aku harus jadi orang lain supaya mereka mau tetap di dekatku?"

(Time Lapse Photography of People Walking on Pedestrian Path by Mike Chai, Sumber : Pexels)
(Time Lapse Photography of People Walking on Pedestrian Path by Mike Chai, Sumber : Pexels)

Di dunia yang penuh dengan pencitraan dan ekspektasi, jadi diri sendiri kadang terasa seperti kelemahan. Kita diajarkan untuk menyesuaikan diri tertawa saat tak lucu, setuju meski tak sepakat, mengikuti arus agar tidak ditinggal. Tapi saat kita mulai kehilangan jati diri hanya demi diterima, apakah itu masih bisa disebut 'pertemanan'?

Teman yang nyata tidak hanya datang saat ada tugas kelompok atau kerjaan kantor. Mereka hadir Ketika kamu gagal, saat kamu diam, saat kamu jujur tentang luka dan rasa lelahmu. Mereka tidak meminta Kita untuk menjadi 'lebih seru' atau 'lebih berguna'. Mereka menyukai kita karena siapa diri kita bukan karena apa yang bisa kita berikan.

Jika kalian merasa harus pura-pura supaya tetap punya teman, mungkin saatnya bertanya: apakah ini pertemanan atau sekadar hubungan transaksional?

Percaya, jadi diri sendiri memang tidak selalu membuatmu punya banyak teman. Tapi mereka yang tetap tinggal itulah teman yang sesungguhnya.

Maka, sebelum kamu berusaha menjadi "versi lain" dari diri kamu demi diterima, tanyakan pada diri kalian sendiri: Apakah aku ini ingin disukai karena jati diri, atau karena topeng yang kupakai? Apa aku benar-benar bahagia saat berada di antara mereka, atau hanya takut ditinggalkan? Jika aku tak bisa menjadi diriku sendiri, apakah itu benar-benar pertemanan atau hanya peran yang kumainkan?

Jangan takut menghadapi jawaban-jawaban itu---karena di balik kejujuran yang mungkin terasa sepi, ada awal dari hubungan yang lebih tulus dan utuh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun