Mohon tunggu...
Muhammad Al Rasya
Muhammad Al Rasya Mohon Tunggu... Freelancer | Telling Stories Through Pictures

A Computer and Network Engineering Graduate who believes every experience.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menerima Kekosongan sebagai Bagian dari Proses Berpikir

18 Juni 2025   11:45 Diperbarui: 20 Juni 2025   16:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(man talk to woman, Sumber : Pexels)

Ketika Kamu sudah diminta berbicara, semua mata tertuju, dan mulutmu... diam. 

Bukan karena kamu tak peduli. Tapi karena kamu tak tahu harus berkata apa. Rasanya seperti pikiran kosong, seakan-akan tak ada ide sama sekali.

Namun benarkah itu 'kosong'? Atau hanya terlalu banyak hal dalam kepala yang belum menemukan bentuk?

(office situation, Sumber: Pinterest)
(office situation, Sumber: Pinterest)

Di masa di mana spontanitas sering dijadikan tolak ukur kecerdasan, diam seperti menjadi musuh. Kita hidup dalam budaya yang memuja respons cepat, keputusan instan, opini yang segera terlontar. Maka mereka yang butuh waktu lebih lama, yang merenung dulu sebelum bicara sering dianggap lamban, bahkan tak tahu apa-apa

(Malcolm Gladwell, Sumber : Inc.com
(Malcolm Gladwell, Sumber : Inc.com

Padahal, Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink justru membuka tabir menarik: bahwa intuisi adalah kekuatan yang diam-diam bekerja di balik layar kesadaran. Proses bawah sadar kita, atau yang ia sebut sebagai adaptive unconscious, seringkali lebih cerdas dari apa yang bisa kita jelaskan secara logis.

Tapi sayangnya, tidak semua intuisi bisa langsung dikemas dalam bentuk kalimat saat itu juga. Ada yang butuh waktu. Ada yang butuh ruang.

(quiet place, Sumber : Pexels)
(quiet place, Sumber : Pexels)

Kosong itu bukan hampa, tapi hening.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun