Mohon tunggu...
Muhammad Alif
Muhammad Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Seseorang yang menyukai petualangan dan membuat konten.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masa Depan Ekowisata di Indonesia dan Teknologi untuk Pengembangan Ekonomi

3 Desember 2022   10:07 Diperbarui: 3 Desember 2022   10:14 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekowisata merupakan jenis pariwisata yang tidak hanya mengutamakan keberlanjutan lingkungan atau sosial-budaya, tetapi juga keberlanjutan ekonomi dengan mengandung unsur edukasi di dalam aktivitas pariwisatanya. Menurut Lascurian, H. C. (1983) dalam Adom, D. (2019), ekowisata berupa kegiatan kunjungan ke kawasan undistrubed dan/atau protected area dengan tujuan utama sebagai pendidikan. Secara umum, ekowisata berlangsung di alam, di antaranya berupa protected areas, private land, atau communal land (Himberg, 2006). Meski begitu, pengembangan ekowisata tidak harus melulu dilakukan secara konvensional menggunakan cara tradisional atau primitif tetapi juga diperlukan inovasi-inovasi yang mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan wisatawan. Salah satu langkahnya yaitu melalui pengintegrasian antara ekowisata dengan teknologi yang mana hal ini masih tergolong kurang di Indonesia.

Sementara itu, hal yang tidak jauh beda dari ekowisata dengan bentuk pariwisata lain pada umumnya adalah wisatawan yang menjadi "nyawa" dari suatu destinasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa meski ekowisata sangat mengedepankan keberlanjutan lingkungan, kebutuhan ekonomi sangat perlu untuk dipenuhi agar destinasi tersebut dapat tetap "hidup". Mengingat konservasi merupakan hal yang tidak murah. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan destinasi yang tepat agar wisatawan selalu datang dan datang kembali, salah satunya dengan memastikan tingkat kepuasan yang baik melalui pemenuhan kebutuhan mereka.

Mengambil studi kasus pengembangan ekowisata di Wana Wisata Tanjung Harapan, Lampung dimana pengunjung yang mendominasi merupakan remaja sampai dewasa dengan rentang umur mulai dari 15-27 tahun sebesar 81,20% (Ahmad dkk., 2020). Berdasarkan hasil survei di destinasi tersebut, ditemukan bahwa kepuasan wisatawan terhadap fasilitas listrik menjadi salah satu aspek yang dianggap kurang. Listrik tersebut sangat dibutuhkan bagi wisatawan yang bermalam atau sekadar mengisi daya smartphone ketika berwisata di Wana Wista Tanjung Harapan. Berdasarkan kondisi ini, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung merupakan generasi Z. Hal tersebut menjadi masuk akal ketika fasilitas listrik dianggap kurang baik meski destinasi yang dimaksud berbasis alam. Generasi Z merupakan generasi yang memang terlahir di dunia digital dan tidak bisa terlepas dari teknologi terutama smartphone bahkan ketika berkunjung ke destinasi berbasis alam seperti ekowisata.

Mengingat ekowisata yang terdapat unsur edukasi di dalamnya, karenanya, ketika suatu ekowisata dengan mayoritas pengunjungnya adalah generasi Z, pemenuhan kebutuhan fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung merupakan hal yang sangat penting. Generasi Z memiliki karakter belajar yang ingin terlibat aktif dalam pembelajaran (Mosca dkk., 2019). Di satu sisi, menurut Shatto dan Erwin (2016) dalam Mosca dkk. (2019), Generasi Z sangat bergantung pada teknologi mobile sehingga metode pembelajaran diantaranya disarankan untuk mendorong kolaborasi dengan teknologi dan menggunakan teknologi mobile apabila memungkinkan. Apabila kebutuhan wisatawan semacam ini dapat terpenuhi di suatu destinasi ekowisata, maka peluang kedatangan wisatawan akan semakin besar dan dapat memberikan dampak positif terutama ekonomi bagi destinasi tersebut.

Selain kaitannya dengan unsur edukasi, era revolusi industri 4.0 memungkinkan berbagai bidang dapat ditingkatkan melalui teknologi bahkan pariwisata dalam hal ini ekowisata sekali pun. Pemanfaatan teknologi dapat membantu peningkatan nilai ekonomi melalui promosi di internet seperti melalui media sosial, website, atau e-commerce. Akan tetapi, pemanfaatan teknologi semacam ini sering kali terkendala sumber daya manusianya. Terutama dalam ekowisata berbasis masyarakat, dimana masyarakat banyak yang berasal dari area rural yang kurang terpapar perkembangan teknologi. Selain kurangnya paparan teknologi, akses ke teknologi-teknologi terbaru juga menjadi sering kali menjadi kesulitan tersendiri. Misalnya pada pengembangan ekowisata di era revolusi industri 4.0 Menurut Sukarnoto dkk. (2020) pada penelitiannya di Desa Patunan, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, dukungan baik dari masyarakat dan pemerintah daerah hingga pusat masih sangat diperlukan.

Ketika pemanfaatan teknologi berupa promosi di internet tersebut berhasil diimplementasikan, maka akan lebih banyak calon wisatawan yang mengetahui suatu destinasi ekowisata dan seiring dengan hal tersebut, wisatawan akan senantiasa berdatangan sehingga dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Nilai ekonomi tersebut dapat menyejahterakan masyarakat di destinasi. Apabila kebutuhan ekonomi cukup terpenuhi, besar kemungkinan bahwa penjagaan keberlanjutan lingkungan dan sosial akan lebih baik karena terpenuhinya dana konservasi yang dibutuhkan. Keberhasilan pemanfaatan teknologi dan dampak positif yang dirasakan dapat dilihat pada studi kasus pada ekowisata Pulau Tunda menurut Ulumi & Syafar (2021) yang mana pengelolaan ekowisata oleh komunitas dengan bertumpu pada teknologi digital memberikan manfaata secara luas terutama secara sosial ekonomi dengan tetap menjaga alam dan lingkungannya melalui pemanfaatan website yang membantu promosi potensi ekowisata sebagai daya tarik pulau Tunda bagi wisatawan.

Pengembangan teknologi juga dapat menjadi penunjang dalam lima cara peningkatan pendapatan melalui ekowisata berdasarkan Sherman & Dixon (1991) dalam Fennel (2007) yaitu user fees, donations, taxation, royalties, dan concession fees. Kemudahan pembayaran dengan bantuan teknologi semacam QRIS dapat meningkatkan kemauan wisatawan untuk membayar baik user fees atau meningkatkan donasi. Kemudahan pembayaran dipadukan dengan promosi yang tepat juga dapat meningkatkan okupansi dari sebuah akomodasi seperti hotel atau peningkatan jumlah penerbangan ke destinasi ekowisata, sehingga taxation akan meningkat. Selanjutnya, royalties dapat ditingkatkan melalui pemasaran souvenir melalui media sosial atau e-commerce. Dengan banyaknya transaksi yang terjadi, pemerintah dapat mengambil keuntungan dari concession fees yang dibebankan kepada sektor privat yang menjual jasa atau barang pariwisata tersebut.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa teknologi sangat bermanfaat bagi perkembangan suatu destinasi ekowisata terutama pada nilai ekonominya. Tidak hanya itu, teknologi juga dapat berperan terhadap keberlanjutan lingkungan bahkan sosial-budaya. Sejalan dengan hal tersebut, di masa depan, ketika ekowisata di Indonesia akan banyak terintegrasi dengan teknologi, pengelolaan antara integrasi teknologi dan ekowisata perlu untuk dikelola dengan baik dan seimbang. Pengelolaan yang buruk dapat berakibat hilangnya esensi dari ekowisata itu sendiri. Dalam pelaksaannya juga diperlukan peran dari berbagai pihak untuk menghindari ekowisata yang hanya dijadikan sebagai label promosi atau marketing suatu destinasi. Sangat perlu untuk melihat dengan saksama apakah teknologi yang diintegrasikan dapat berjalan beriringan dengan peran serta masyarakat sehingga tidak terjadi ketimpangan kekuasaan yang dapat berakibat monopoli atau kapitalisme.

 

Daftar Rujukan:

Adom, D. (2019). The place and voice of local people, culture, and traditions: A catalyst for ecotourism development in rural communities in Ghana. Scientific African, 6. https://doi.org/10.1016/j.sciaf.2019.e00184.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun