Melawan Kemalasan dan Memetik Hikmah dari Kuliah Ilmu Dakwah
Pagi yang Berat di Hari Rabu, 18 Juni 2025
Pagi itu, saya terbangun dari tidur dengan perasaan malas yang cukup berat. Hari Rabu selalu menjadi hari yang paling melelahkan bagi saya karena jadwal perkuliahan yang padat dari pagi hingga sore tanpa banyak waktu istirahat. Sarapan pagi pun sering terlewatkan. Meski begitu, saya berusaha bangun untuk menunaikan sholat Subuh agar tidak terlambat memulai aktivitas. Setelah sholat, saya hanya minum air putih dan membuka HP sebentar untuk menyegarkan pikiran sebelum mandi dan bersiap berangkat kuliah.
Kemalasan seperti bayangan yang selalu hadir setiap hari Rabu, mengganggu semangat saya untuk berangkat. Namun, saya teringat tiga alasan utama yang mendorong saya tetap melangkah. Pertama, pengorbanan orang tua yang membiayai dan menitipkan saya menuntut ilmu agar masa depan saya cerah dan bisa membanggakan mereka. Kedua, suasana kampus dan teman-teman yang membuat saya merasa nyaman dan termotivasi. Ketiga, kesadaran bahwa masa depan saya bergantung pada usaha saya hari ini. Jika hari ini saya menyerah pada kemalasan, bagaimana saya bisa menatap masa depan dengan yakin?
Memaknai Kuliah Ilmu Dakwah yang Mengisi Hari
Pada hari itu, kuliah Ilmu Dakwah menjadi pengingat kuat tentang pentingnya niat, metode, dan keikhlasan dalam menyampaikan pesan Islam. Materi yang dibahas tidak hanya teori, tetapi juga praktek nyata bagaimana seorang da'i harus beradaptasi dengan konteks sosial dan karakter mad'u (audiens).
Dosen mengingatkan bahwa dakwah bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan seni membangun komunikasi yang efektif dan menyentuh hati. Dari sini, saya memahami bahwa ilmu dakwah mengajarkan kita untuk tidak sekadar berbicara, tapi juga mendengarkan, memahami latar belakang, dan menggunakan pendekatan yang sesuai agar pesan tersampaikan dengan baik.
Pembahasan juga menyinggung pentingnya dakwah bil hal (perbuatan), yakni melalui keteladanan. Ini menegaskan bahwa apa yang kita lakukan sehari-hari jauh lebih kuat pesannya dibanding kata-kata semata. Kuliah hari itu mengajak saya untuk refleksi pribadi: apakah saya sudah menjadi contoh yang baik dalam lingkungan saya? Bagaimana saya bisa menerapkan ilmu yang dipelajari agar tidak hanya berhenti di kelas?
Ayat dan Hadis sebagai Landasan
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 125:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..." (QS. An-Nahl: 125)