Mohon tunggu...
Muhammad Abdhu Setyawan
Muhammad Abdhu Setyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter Islam dalam Perspektif Psikologi

10 Desember 2019   02:21 Diperbarui: 10 Desember 2019   09:45 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PSIKOLOGI TINGKAT KESADARAN SIGMUND FREUD

Jika kita akrab dengan ilmu psikologi, kita semua pasti mengenal Sigmund Freud, ahli psikologi yang terkenal pada era-nya dengan teori tingkat kesadaran yang dikemukakannya. Tingkat kesadaran manusia menurut Freud dibagi menjadi 3, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). 

Dalam keadaan sadar (consious), setiap aktivitas mental seperti pikiran, persepsi, perasaan dimana manusia itu bisa merasakan maupun mengontrolnya. Contohnya, ketika kita sedang meminum susu cokelat di malam hari, kita sadar dan bisa berfikir bahwa yang sedang kita lakukan adalah demikian.

Kemudian saat susu cokelat itu habis, lalu kita tidur dan bermimpi. Saat kita bermimpi, kita sempat tidak sadar, namun kita bisa sadar ketika bangun tidur nanti, itulah yang dinamakan prasadar (preconsious).

Pagi pun tiba, saat kita bangun dari tidur, kita merasa haus dan segera meminum segelas air putih karena naluri kita ketika haus akan mencari sesuatu yang bisa untuk diminum. Nah itu lah yang dinamakan tak-sadar (unconscious).

Disini saya tidak akan membahas ketiga kesadaran itu namun hanya pada yang tak-sadar (unconscious). Tingkat tak-sadar (unconscious) merupakan tingkat kesadaran yang paling banyak menyetir kita, mengontrol semua perilaku kita dibanding tingkat sadar dan pra-sadar. Kita tentu tidak sadar karena itu masuk pada bagian alam bawah sadar dan terjadi begitu saja akibat dari pengalaman masa lalu, naluri, insting, dan lain - lain. 

Bagaimana kita sebagai ummat muslim memiliki sebuah unconsious yang sesuai dengan ajaran islam sehingga dalam setiap kehidupan kita secara otomatis disetir oleh islam itu sendiri ? Semua itu pastinya berawal dari pendidikan karakter sejak kecil yang menentukan kepribadian setiap manusia. 

TINGKAT KESADARAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER ISLAM

Pendidikan sejak dini adalah sebuah kunci penting dalam membentuk karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar men-transfer pengetahuan namun men-transfer nilai dari pendidikan itu sendiri.  Jika karakter individu yang bersifat unconsious itu didasari nilai-nilai islam sebagai pondasi/dasar utama maka akan lahir jiwa karakter yang kuat dan menjadi generasi yang baik kedepannya. 

Tujuan utama pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk kepribadian peserta didik sehingga memiliki etika, dan rasa berbudaya yang baik serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan bisa dilakukan dimana saja, tidak hanya di sekolah atau madrasah, akan tetapi juga di rumah (keluarga), maupun di masyarakat. Untuk menyegarkan kembali konsep pendidikan yang akan mampu membentuk karakter dan membangun akhlak mulia.

PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI AKIDAH

Karakter juga dapat diartikan sebagai kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. karakter identik dengan akhlak, moral, dan etika. Maka dalam persfektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan suatu hasil dari proses penerapan syariat (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh kondisi akidah yang kokoh dan bersandar pada Al- Qur'an dan As-Sunnah (Hadits).

Menurut Imam al-Ghazali, akhlak adalah keadaan sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan". Disitulah letak sebuah tingkat kesadaran unconsious yang saya maksud, yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia dimana tidak perlu pemikiran untuk melakukan sebuah perbuatan karena sudah terotomatisasi melalui alam bawah sadar. 

Secara etimologi, Khuluq memiliki akar kata yang sama dengan khalaqa yang berarti "menciptakan" (to create) dan "membentuk" (to shape) atau memberi bentuk (to give from). Artinya akhlak yang tertanam dalam diri seseorang adalah diciptakan dan dibentuk, sehingga akan menjadi sebuah bentuk (perilaku) yang terlihat pada sebuah tindakan - tindakan sehari - hari. 

Untuk mengerti pembahasan tentang akhlak, kita tentu tidak akan terlepas dari yang disebut dengan aqidah. Aqidah islam sendiri adalah bagaimana seseorang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam pembahasan aqidah, ada salah satu yang saya ingin fokuskan, yaitu tentang Iman. 

PEMBENTUKAN IMAN MELALUI ILMU AKIDAH

Melalui iman, tentu bisa menciptakan sifat dan akhlak mulia yang itu berpengaruh kepada tingkat ketidaksadaran manusia sehingga setiap perbuatan manusia menjadi baik secara otomatis tanpa perlu berfikir karena melalui fundamental jiwa yang benar. 

Di dalam islam, iman tidak hanya percaya saja. Kita tau iblis yang pernah menjadi pemimpin para malaikat tentu percaya bahwa Allah SWT itu adalah tuhannya. Namun iblis menolak perintah Allah SWT sehingga dibuang dari surga. Dari cerita itu kita tau iman itu tidak hanya sekedar percaya dan mengucapkannya. Tetapi mengamalkannya adalah bagian dari iman itu sendiri.  

Pendidikan karakter muslim melalui ilmu akidah tentu diawali dari usia dini, yakni  saat terpenting untuk penanaman pondasi akidah karena saat itu fitrah anak masih bersih. 

Lubang pada sebuah batu berasal dari tetesan air yang terjadi dalam waktu yang lama, begitulah pendidikan anak seharusnya dibentuk saat belia sehingga membentuknya pada masa depan. Setiap anak lahir atas fitrah, peran dari orang tua maupun pendidik yang menentukan bagaimana kondisi anak dimasa yang akan datang.

Ketika akidah telah tertancap kuat di sanubari anak, ia kan menjadi sosok orang beriman yang berkepribadian kuat, baik sikap dan perbuatannya karena selalu merasa dalam pengawasan Allah, serta meminimalisasi anak melakukan perbuatan buruk, seperti berkata kotor, menipu, dan lainnya. Karena itu akan tertanam dalam diri anak melalui alam bawah sadarnya. 

AKHLAK RASULULLAH SEBAGAI PEDOMAN

Meneladani akhlak Rasulullah SAW adalah jalan yang tepat karena rasul tidak memiliki sifat tercela. Misal saya ambil contoh, akhlak yang terkenal dari Rasulullah adalah kejujuran. Disinilah peran orang tua memberikan contoh yang baik seperti apa yang dilakukan Rasulullah dulu ketika masih hidup. Orang tua harus memberikan contoh  kepada anaknya bagaimana menyikapi sesuatu dan menjelaskan mengapa harus memiliki sifat yang jujur. Memberi contoh adalah kewajiban karena pendidikan karakter yang terbaik adalah memberikan contoh, bukan memerintah. Saat anak melihat sifat orangtuanya, maka anak akan mengikuti segala sifat yang diturunkan kepadanya. Ketika anak sudah dewasa nanti, itu akan menjadi sebuah kesadaran yang unconsious yang didapat dari orangtua sebagai akibat dari pengalaman masa lalu si anak terhadap perilaku orangtua. 

Dari kejujuran yang ditanamkan melalui orangtua, maka anak akan secara tidak sadar akan selalu melakukan perbuatan yang menjauhkan dirinya dari ketidakjujuran. Contohnya ketika akan ujian di sekolah, anak akan secara otomatis menolak ajakan temannya untuk menyontek saat ujian. Sehingga jauh hari sebelum ujian, anak akan mempersiapkannya dengan tidak bolos saat mengikuti mata pelajaran, mengerjakan PR, mereview mata pelajaran dan belajar dengan sungguh-sungguh. Dari satu aspek yakni kejujuran yang ditanamkan dalam sanubari anak, akan terhubung dengan perilaku lain yang nantinya akan selalu berpihak pada kebenaran secara otomatis. 

Ketika anak memiliki sebuah tingkat kesadaran uncosious yang baik seperti akhlak Rasulullah tersebut, maka setiap perbuatan yang dilakukan anak akan otomatis menjauhi segala perbuatan yang bathil bahkan syubhat (abu-abu) dan akan terbawa hingga mereka dewasa nanti. Itulah bagaimana pendidikan karakter dalam islam jika dilihat dari kacamata psikologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun