Kumcer Plus Komik Yang Menyeramkan
[caption id="attachment_347801" align="alignnone" width="367" caption="Cover cermin"][/caption]
Judul : Cermin (Aku Melihatmu Apa Kau Melihatku)
Penulis : Triani Retno A.
Komikus : Aditya Novianto
Penerbit : Anak Kita, Jakarta
Editor : Ratna Kusumastuti
Tahun Terbit : Pertama, 2014
Jumlah Halaman : 128 halaman
ISBN : 978-602-286-017-2
Peresensi : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Koordinator Klub Buku Booklicious.
Kisah-kisah horor masih menarik animo pasar (pembaca). Buktinya, dalam industri perbukuan, buku-buku bertema horor- juga termasuk tentang orang indigo masih banyak diterbitkan. Lihat saja di rak-rak buku toko buku terdekat. Di antaranya adalah buku yang berjudul Cermin; Aku Melihatmu Apa Kau Melihatku? yang diterbitkan oleh Penerbit Anak Kita.
Cermin adalah kumpulan cerpen bertema horor untuk anak seumuran SMP. Karena hampir semua tokoh dalam novel ini adalah anak SMP. Selain itu kumcer horor ini menjadi tidak biasa, karena di dalamnya ada tambahan komik sesuai dengan cerita. Kumpulan cerpen karya Triani Retno A dan komik adalah karya Aditya Novianto.
Dalam buku ini adalah tujuh cerpen horor yang semuanya dengan sudut pandang orang pertama. Dalam cerpen pertama yang berjudul Dilarang Memotret Di Sini, mengisahkan tentang Fayya yang mengikuti studi tour bersama teman-teman seangkatannya kelas delapan SMP 215 Bandung. Dalam studi tour ini ada 4 kendaraan yang mengantarkan mereka 3 ke museum.
Pada museum terakhir ada larangan pada para pengunjung untuk tidak berfoto di dalam museum. Tetapi, namanya anak seumuran SMP, masih awal-awal remaja membuat mereka sering tidak mendengarkan nasihat juga larangan.
Ada beberapa anak yang suka selfie ria membawa tongsis dan tetap tidak mengindahkan larangan tidak boleh berfoto. Bagaimana akhirnya? Ternyata hasil fotonya tidak hanya mereka yang berfoto namun ada makhluk astral yang juga numpang eksis. Bahkan, Fayya yang merekam penjelasan dari guide museum, hasilnya tidak jelas. Yang ada malah suara bom, suara senapan. orang teriak kesakitan seperti terjadi perang.
Cerpen ini berhikmah bahwa dalam setiap larangan tentu ada alasannya. Karenanya, setidaknya kita mengindahkan peraturan itu dengan tidak melakukan apa yang dilarang. Fayya dalam cerpen ini, mengingatkan saya terhadap tokoh dalam novel Triani Retno yang lain, It’s Not a Dream! Entah ini ada semacam korelasi atau memang sengaja nama dimiripkan oleh penulis tetapi cerita berbeda. Tapi memang, penulis memiliki hak untuk menulis sesuka dia.
Cerita lain ada yang mengisahkan tentang berita dalam sebuah koran yang akhirnya akan terjadi sungguhan di hari keempat, yang berjudul Promo. Berkisah tentang keluarga yang sering pindah-pindah rumah, karena kepala rumah tangga (bapak) tokoh utama sering dipindah kerja. Pada suatu rumah yang mereka tempati, setiap hari ada koran gratis yang sampai ke rumah mereka.
Setelah diamati ternyata, berita yang ada di koran tersebut selalu terjadi di dunia nyata pada hari keempat. Seperti, perampokan dan pembunuhan sadis di toko emas. Meski telah membaca berita itu 3 hari sebelumnya, Feli tidak mengira ternyata kejadian dalam berita itu belum terjadi dan malah terjadi pada hari keempat setelah koran dan berita tersebut terbit.
Setelah kejadian tersebut, ada makhluk yang mengatakan “Aku sudah memberitahumu.” Maksudnya, sudah memberitahu apa yang akan terjadi lewat koran gratis tersebut.
Memang manusia hidup bersinggungan dengan jin meski di alam berbeda. Adanya kumcer ini salah satunya bisa mengingatkan hal tersebut pada pembaca. Meski cerpen-cerpen dalam kumcer ini memang menyeramkan dan membuat bulu kuduk berdiri. Dengan pembaca yang dibidik adalah remaja, semoga kumcer ini tidak hanya menakutkan namun juga membuat ‘berani’ terhadap hal ghaib. Dengan pemahaman, bahwa mereka tidak akan mengganggu kecuali diganggu.
Selain itu sebagai saran bagi penulis, bahwa jin dalam Islam bukan arwah gentayangan karena manusia mati, ya sudah mati tidak ada arwah gentayang. Seperti yang ada dalam cerpen- Dilarang Memotret Di Sini dan jin juga bukan makhluk yang serba tahu hal ghaib seperti yang ada dalam cerpen Promo. Meski ini cukup semakin membuat seram cerita yang dibuat. Namun akan mengaburkan, makna jin yang ada dalam kepercayaan pembaca (Muslim). Nah, dengan membuat kisah horor yang memang benar-benar jin (bukan arwah gentayangan) akan menjadi tugas kreatif yang menantang bagi penulis. Bagaimana menyajikan kisah horor dari jin asli yang menyeramkan, bahkan kalau bisa lebih seram.
Meski ada kekurangan dalam kumcer ini, namun segala upaya proses kreatif penulis dalam menulis buku ini patut diapresiasi pembaca. Buku ini tetap menyimpan hikmah dalam setiap kisah seperti yang saya sebutkan di atas. Buku ini sangat cocok bagi Anda yang sangat suka dengan buku-buku atau film bertema horor. Karena Triani mampu meramu kisah-kisah di dalamnya dengan menyeramkan. Untuk cerpen lainnya, termasuk yang berjudul Cermin yang menjadi judul kucer ini silakan Anda baca sendiri dan nikmati keseramannya :)