Mohon tunggu...
Muhammad rakha azis
Muhammad rakha azis Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa unpam prodi manajemen pendidikan islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Era Modern

18 Juni 2025   23:46 Diperbarui: 18 Juni 2025   23:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Supervisi pendidikan merupakan salah satu aspek fundamental dalam dunia pendidikan yang berfungsi sebagai sarana untuk membina, membimbing, dan meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dalam rangka mencapai mutu pembelajaran yang optimal. Dalam era modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, tuntutan terhadap profesionalisme guru semakin tinggi. Oleh karena itu, fungsi supervisi tidak lagi sekadar kegiatan administratif, tetapi telah berkembang menjadi proses kolaboratif yang menempatkan guru sebagai mitra profesional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

Dalam paradigma pendidikan kontemporer, supervisi dipandang sebagai strategi pembinaan yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang dinamis, demokratis, dan inovatif. Perubahan ini menuntut adanya transformasi dalam pendekatan supervisi yang lebih humanistik dan dialogis. Supervisor tidak hanya bertindak sebagai evaluator, tetapi juga sebagai fasilitator, konsultan, bahkan coach yang mendampingi guru dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Peran ini menuntut kemampuan reflektif dan pemahaman mendalam terhadap konteks pembelajaran, karakter peserta didik, dan kebutuhan perkembangan profesional guru.

Teori-teori supervisi yang dikembangkan oleh para ahli pendidikan turut memperkuat pentingnya perubahan pendekatan dalam praktik supervisi. Salah satunya adalah teori supervisi klinis yang dikemukakan oleh Goldhammer, yang menekankan pada pentingnya observasi kelas secara langsung, analisis data hasil pengamatan, serta dialog reflektif antara supervisor dan guru. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses mengajar, sekaligus menemukan solusi yang realistis dan kontekstual untuk peningkatan pembelajaran.

Pendekatan lain yang patut dipertimbangkan adalah pendekatan kolaboratif, yang memberikan ruang bagi guru untuk berperan aktif dalam proses supervisi. Dalam pendekatan ini, guru diajak untuk menjadi subjek yang memiliki kendali atas proses perbaikan pembelajaran, bukan sekadar objek yang dinilai. Supervisi kolaboratif membangun rasa saling percaya dan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, sehingga proses pembinaan menjadi lebih bermakna dan efektif. Sejalan dengan hal ini, pendekatan artistik dalam supervisi---sebagaimana dijelaskan oleh Elliot Eisner---memandang supervisi sebagai seni dalam memahami keunikan setiap proses mengajar, yang tidak bisa dilihat secara kaku dan teknis semata.

Transformasi supervisi pendidikan juga menuntut adanya perubahan dalam sikap dan kompetensi supervisor. Supervisor harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik, empati yang tinggi, serta kemampuan dalam memberikan umpan balik yang bersifat membangun dan memotivasi. Hal ini penting agar proses supervisi tidak menimbulkan ketegangan, melainkan menciptakan ruang dialog yang sehat antara supervisor dan guru. Selain itu, supervisor juga dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, agar mampu mengikuti perkembangan praktik pembelajaran dan kebijakan pendidikan terbaru.

Namun, dalam pelaksanaannya, supervisi pendidikan di sekolah masih menghadapi sejumlah kendala yang cukup kompleks. Banyak kepala sekolah dan pengawas yang mengalami keterbatasan waktu dan tenaga, akibat beban administratif yang berlebihan. Tidak jarang pula, guru merasa kurang nyaman atau bahkan enggan mengikuti proses supervisi karena adanya persepsi negatif bahwa supervisi adalah bentuk penilaian atau kontrol. Tantangan lainnya adalah masih adanya supervisor yang menjalankan tugasnya secara formalitas, tanpa pendekatan yang memadai atau strategi supervisi yang relevan dengan konteks pembelajaran.

Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut, perlu adanya kebijakan yang mendukung penguatan sistem supervisi secara sistematis dan menyeluruh. Pemerintah melalui kementerian pendidikan harus menyediakan pelatihan profesional yang berkelanjutan bagi supervisor, baik dalam aspek teknis supervisi maupun keterampilan interpersonal. Sekolah juga perlu membangun budaya kerja yang kolaboratif dan terbuka, di mana guru tidak merasa diawasi, melainkan didampingi dalam proses peningkatan kualitas mengajar. Penggunaan teknologi pendidikan seperti video pembelajaran, aplikasi refleksi daring, serta platform komunikasi digital dapat menjadi solusi praktis untuk menyiasati keterbatasan waktu dan mempermudah proses dokumentasi supervisi.

Di sisi lain, guru sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran juga harus memiliki sikap terbuka terhadap supervisi. Guru profesional adalah guru yang memiliki semangat untuk terus belajar, merefleksi praktik mengajarnya, serta terbuka terhadap masukan dari pihak lain. Ketika supervisi dijalankan dengan semangat saling belajar dan berbagi, maka akan tercipta iklim kerja yang sehat dan produktif di sekolah.

Transformasi supervisi pendidikan menjadi sangat penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman. Di tengah tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi, supervisi yang berkualitas menjadi penopang dalam membentuk guru-guru yang inovatif, reflektif, dan profesional. Sekolah pun dapat berfungsi optimal sebagai tempat pertumbuhan profesionalisme tenaga pendidik sekaligus sebagai ruang belajar yang kondusif bagi peserta didik.

Dengan demikian, supervisi pendidikan bukan sekadar kegiatan rutin tahunan, tetapi menjadi bagian dari proses pembelajaran berkelanjutan bagi seluruh warga sekolah. Komitmen yang kuat dari kepala sekolah, pengawas, dan guru merupakan modal utama untuk menciptakan supervisi yang transformatif. Ketika supervisi diposisikan sebagai wahana pengembangan kapasitas dan kualitas, maka pendidikan akan menjadi lebih bermakna, relevan, dan berdaya guna dalam membentuk generasi masa depan yang unggul dan berkarakter.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun