Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tertawalah dan Berhumorlah Apabila Engkau Manusia

5 Agustus 2022   19:56 Diperbarui: 5 Agustus 2022   20:26 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak semua permasalahan di kehidupan ini harus diratapi terus menerus dengan kesedihan dan kemumetan. Adakalanya anda perlu tertawa untuk menghilangkan segala kejenuhan. Ketika hidup anda mau baik, maka sekali-kali anda harus tertawa.

Tertawa itu merupakan hal yang baik. Tertawa itu adalah sesuatu yang bagus, bahkan bisa menjadi obat. Apalagi kita adalah makhluk yang bernama manusia. Mustahil di dalam kehidupan di dunia, sesorang tidak pernah ketawa. Pasti seluruh manusia di muka bumi ini pernah tertawa. Pernah bercanda. Pernah berhumor. Pernah ditertawakan. Yha begitulah hakikatnya manusia.

Kalau Socrates pernah bilang manusia itu ada ketika ia berpikir, lain lagi dengan perkataannya Henri Bergson. Penulis Buku Filosofi Tertawa itu mengatakan, bahwa manusia itu ada bukan hanya ketika ia berpikir saja, namun ketika manusia itu bisa tertawa dengan lepas. 

Karena menurutnya, sebagaimana hal nya dengan akal, tertawa merupakan indikator lain ketika membedakan antara manusia dan hewan.

Mungkin rasa-rasanya anda tidak akan sadar bahwa diri anda itu sebenarnya lucu dan mempunyai kelucuan. Walaupun anda tidak melawak. 

Misalnya saja, ketika anda melakukan sebuah ritme aktivitas sehari-hari dengan terlalu serius dan kaku, anda terlalu berambisi dengan pekerjaan anda sehingga anda terlihat seperti robot, maka secara tidak sadar, hal itu merupakan sebuah kelucuan.

Begitulah yang namanya manusia. Terkadang anda sampai bisa menertawakan diri anda sendiri, menertawakan kehidupan yang kadang-kadang tidak adil untukmu. Sebab, yha begitulah karakter sejati manusia seperti yang dikatakan Bergson. Manusia itu punya fitrah kelucuan.

Ketika kita membahas ini lebih dalam, tertawa itu sangat erat sekali hubungannya dengan akal. Alasannya, sebab humor itu bisa tercipta ketika kita memprosesnya lewat akal. Ketika kita menonton video lucu atau sedang bercanda dengan teman-teman, maka yang menyebabkan kita tertawa itu adalah karena akal lah yang menangkap hal itu semua. Intelektualitas kita bermain ketika sedang melucu atau menonton video lucu.

Namun cobalah ketika kita sedang meledek dan mengisengkan teman; masih dalam standar kewajaran, tapi respon temen kita itu menangkapnya dengan perasaan, maka yang terjadi selanjutnya membuat temen kita menjadi emosi dan tersinggung dengan kita, bukannya ikut tertawa. Hal seperti itu terlihat kaku sekali hidup nya. Mungkin tipe orang yang seperti itu bisa digolongkan dengan istilah baperan.

Jadi orang perasa itu memang merupakan hak bagi semua orang. Tiap-tiap orang memiliki kadar ketersingunggan yang berbeda-beda. Akan tetapi, apa gak capek di dalam hidup, kita menggunakan perasaan terus untuk menangkap semua hal yang terjadi dan datang kepada diri kita?

Sekali-kali kita perlu untuk mematikan hati kita sekejap, agar kita bisa tertawa. Supaya kita bisa berguyon dengan teman-teman kita. Kalau ada yang bilang guyonan atau humor itu merupakan hal yang sia-sia belaka, mereka keliru. Lha kenapa bisa dibilang keliru? Yha karena Nabi Muhammad SAW saja pernah dan sering berguyon kok Bersama sahabat-sahabat nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun