Mohon tunggu...
Muhammad SyaifulArief
Muhammad SyaifulArief Mohon Tunggu... Guru - Roosibun writer

رب سكوت ابلغومن كلام

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menapaki Semar di Yogyakarta

23 September 2022   21:25 Diperbarui: 23 September 2022   21:31 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setapak menyusur jalan trotoar, berfoto bersama pohon beringin yang tidak ada di negeri subtropis. Mochtar lubis menyebutnya si takhayul baru keluar dari hostel, keherenan ingin berpose dengan kulit putih, justru mereka berpotret bersama akar belukar yang tak bernyawa. siapapun pasti ingin rihlah melewati rute Candi Borobudur, Monumen Yogya Kembali, Tebing Breksi, Pantai Parangtritis, Malioboro Street satu paket. Mereka melihat pemandangan asing di depan tempat istirahatnya, dua patung tidak berpakaian dengan perut buncit, pribumi sana menyebutnya semar.

Kaki demi kaki melewati indahnya konstruksi klasik yang masih kokoh. Lesu lemas lapar, mereka singgah membeli martabak, satu frasa ''martabak semar''yang tidak dapat dipisahkan. Bak sultan melihat semar gold langsung beli, Berjejer menyilau mata, langkah kaki mereka ini hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan ruhani. Kemuliaan orang jawa tidak terletak disana, kalau pak Jokowi bilang ''kita orang timur yang penuh dengan kesantunan''

Persebaran konco mereka banyak, hingga menjadi studen di Institusi Seni Indonesia Yogyakarta. ISIY memiliki media bernama Semar (Surat Elektronik Media Rekam). Semar didirikan tahun 21 Oktober 1993 dengan wewenang melaksanakan pendidikan strata satu fotografi dan televisi. 

Kalau sudah menyeni itu jangan sampai larut. 12 semester kebanyakan mengabdi hingga lupa diri beralih menjadi proofreading di Radiobook. Studen jurusan teknik ITS Surabaya yang kini menjadi mentornya ikut menyeni juga.

Rasanya tidak rihlah kalau tidak membeli oleh-oleh batik. Khas batik semar yang didirikan 1947 oleh Somadi dan Niniek Elia Kasigit. Mereka bercerita awalnya bernama Bodronoyo wujud dari kebijaksanaan dan ketulusan dalam melayani masyarakat. 

Semar di yakini sebagai perwujudan bagi pertumbuhan dan kemakmuran yg ugahari. Nama yg mengartikan apapun dan mengilhami masyarakat dengan tradisi batik jawa. Batik inilah yang mengajarkan keragaman tidak membeda-bedakan identitas kita dari golongan manapun.

Banyak perusahaan, bus travel, bahkan angkringan disandingkan satu frasa dengan semar. Mereka dari pelosok yang setiap harinya mendapat doktrin pembaruan tidak percaya si Takhayul. Angkringan semar bahkan diatas pintu masuknya terpampang keris dengan gagang semar, ada wayang semar juga. Lantas bertanya-tanya siapa semar ini, kenapa banyak semar-semar yang bertebaran?

Kalau melihat di Ganjuran ada masjid wakaf bernama Kalimosodo, sebagai penafsiran syahadat oleh Sunan Kalijaga yang didasari oleh cerita induk dari pewayangan Mahabarata. Abad ke-15 raja terakhir Majapahit yakni raja Prabu Brawijaya V masuk agama Islam atas bimbingan sunan kalijaga dengan prinsip Agama Ageming Aji. Ibarat pohon besar yang sudah mengakar sulit untuk dicabut, maka Islam hadir berakulturasi menyebut dirinya Islam Kejawen. Sunan kalijaga menggunakan semar memasukan sisi keislaman begitu mudah, karena roh dan semangat ajaranya sama sebenarnya. Yang beda fisik dan lahiriah penyembahanya.

Orang jawa menggambarkan semar itu tuhan dengan segala sifatnya. Semacam personifikasinya mengenai tuhan. Disebut anak kecil tidak-orang tua tidak, antara nangis dan ketawa tidak itulah semar. Semar digunakan di Jawa kuno, Hindu, Islam. 

Syaikh siti jenar dibeberapa suluk, menemui semar (Dang Hyang) untuk membedah Jawa. Walisongo generasi pertama Syaikh Muhammad Bakir Al-Farisi , orang jawa mengenalnya Syaikh syubakir. Wali pertama yang mati-matian membedah tanah Islam dan harus pamit pada Dang Hyang semar.

DahHyang itu leluhur yang suci, maka ada istilah SangHyang, RahHyang. Ketika kamu mengabdi pada sang suci maka Sembahyang. Langgar itu plesetan dari sanggar dan tokohnya DahHyang Semar. Karena filsafatnya ketuhanan semar, inilah orang jawa dimasuki tradisi apapun bisa masuk, diantaranya: Islam, Budha, Hindu, Kristen, Tantrisme. Itulah filosofi ketuhanan gaya Semar. Serat sidomoro, cerita yang melahirkan tradisi ruwatan. Semar disana muncul yg momong sadewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun