Dakwah dalam Islam tidak hanya sekadar menyampaikan pesan keagamaan, tetapi juga merupakan proses sosial yang melibatkan pendekatan yang tepat, pemahaman konteks, dan kemampuan komunikasi. Dalam dunia dakwah kontemporer, para dai dituntut untuk lebih adaptif, komunikatif, dan sistematis dalam menyampaikan ajaran agama. Salah satu tokoh yang menarik untuk dikaji dalam konteks ini adalah Gus Bahru Zamzami, seorang pendakwah muda yang dikenal dengan pendekatannya yang ramah, membumi, dan berakar pada tradisi pesantren.
Paradigma Sistem Dakwah: Sebuah Pendekatan Terstruktur
Paradigma sistem dalam dakwah berarti melihat dakwah sebagai sebuah proses yang terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan dan membentuk suatu kesatuan: pendakwah (da'i), pesan dakwah, metode, media, audiens, serta lingkungan sosial. Dalam pendekatan ini, keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh isi pesan, tetapi juga oleh bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima.
Gus Bahru Zamzami tampak menyadari hal ini. Dalam berbagai ceramahnya, ia tidak hanya fokus pada penyampaian materi agama, tetapi juga memperhatikan karakteristik audiens, konteks sosial, dan media komunikasi yang digunakan. Ceramahnya terasa hidup, komunikatif, dan sering kali dibalut dengan humor khas santri, yang membuat pesan-pesannya lebih mudah diterima, terutama oleh generasi muda.
Studi Kasus: Ceramah Gus Bahru Zamzami di Tengah Masyarakat Urban
Dalam salah satu ceramah yang viral di media sosial, Gus Bahru menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga akhlak dan adab di era digital. Ia menggunakan bahasa yang lugas namun santun, menyisipkan kisah-kisah klasik dari kitab kuning, dan mengaitkannya dengan fenomena media sosial saat ini. Ini menunjukkan kemampuannya dalam mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan tantangan kontemporer, sebuah ciri khas dari paradigma sistem dakwah.
Gus Bahru juga memperhatikan karakteristik audiensnya. Ketika berbicara kepada kalangan muda, ia memilih pendekatan yang dialogis dan menyenangkan. Sebaliknya, saat berceramah di lingkungan pesantren atau majelis taklim, ia lebih formal dan mendalam dalam membahas dalil-dalil keagamaan. Ini adalah wujud konkret penerapan sistem dakwah yang adaptif dan berorientasi audiens.
Integrasi Media Sosial dalam Sistem Dakwah
Salah satu kekuatan Gus Bahru Zamzami adalah kemampuannya memanfaatkan media sosial sebagai alat dakwah digital. Video ceramahnya tersebar luas di YouTube, Instagram, dan TikTok, dengan potongan ceramah pendek yang mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini mencerminkan pemahaman akan pentingnya media dalam sistem dakwah modern.
Media sosial tidak hanya menjadi sarana penyebaran, tetapi juga ruang interaksi antara da'i dan jamaah. Paradigma sistem dakwah menuntut pendakwah untuk tidak hanya menyampaikan, tetapi juga mendengarkan, menanggapi, dan membangun komunitas. Dalam hal ini, Gus Bahru menunjukkan bahwa dakwah bukan sekadar monolog, tetapi dialog yang hidup antara agama dan realitas sosial.
Kesimpulan: Gus Bahru sebagai Wujud Dakwah Sistemik yang Relevan
Gus Bahru Zamzami menjadi contoh konkret bagaimana paradigma sistem dalam dakwah dapat diterapkan secara efektif. Dengan menyelaraskan isi pesan, metode penyampaian, media yang digunakan, serta pemahaman terhadap audiens dan konteks sosial, ceramah-ceramahnya mampu menggugah, mendidik, sekaligus menghibur.
Di era digital yang penuh tantangan, dakwah tidak cukup hanya dengan semangat, tetapi perlu juga pendekatan sistemik yang cerdas dan berakar. Ceramah Gus Bahru adalah bukti bahwa dakwah yang terstruktur, kontekstual, dan komunikatif adalah kunci keberhasilan menyampaikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI