Mohon tunggu...
Muhammad FarizThantawy
Muhammad FarizThantawy Mohon Tunggu... Lainnya - S1 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

S1 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam sebagai Agama yang Rahmat di Tengah Pluralisme Agama

12 November 2020   13:02 Diperbarui: 12 November 2020   13:11 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi pluralisme antar umat beragama, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan menjunjung tinggi persamaan hak atas agama lain. Berbicara tentang pluralisme dalam agama islam berarti sebuah aturan Tuhan (Sunnatullah) yang tidak akan berubah juga tidak mungkin dilawan dan diingkari. Hal ini menggambarkan bahwa islam betapa sangat menghargai pluralisme karena islam merupakan agama yang dengan tegas mengakui hak-hak penganut agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-masing dengan kedamaian.

Islam pada dasarnya adalah agama yang rahmah. Agama ini menganjurkan kita untuk menyebarluaskan kedamaiaan, salah satunya ketika kita bertemu dengan sesama muslim maupun non muslim wajib mengucapkan salam. Itu merupakan kewajban bagi kaum muslim yang artinya mendoakan keselamatan seseorang, dan wajib pula hukumnya untuk menjawab salam tersebut dengan lengkap bagi umat muslim.

Ada banyak sekali arti dari Islam. Namun benang merah yang menyimpulkannya artinya "menyerahkan diri". Orang yang bermusuhan itu tidak menyerahkan dirinya tapi berusaha untuk membalas. Islam itu pada dasarnya menyerahkan diri yang pada konteksnya menyerahkan diri kepada Allah Swt dalam arti bersedia menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya (amar ma'ruf nahi munkar).

Jika dilihat lebih jauh islam itu bisa juga dikatakan hal lain seperti "hidup itu ibarat take and gift" yaitu sebanyak yang anda terima mestinya sebanyak itu pula yang anda berikan. Nah kita mestinya terhadap Allah Swt begitu juga, namun kita tidak mampu membalas semua kebaikan Allah Swt. Maka apa yang kita lakukan, kita datang kepada-Nya lalu kita serahkan diri kita sepenuh hati untuk patuh dan taat pada perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.

Berbicara tentang sifat Allah Swt. Sifat Allah yang paling dominan adalah "Rahmat" seperti firman Allah swt "Bahwa rahmatku mengalahkan kemurkaan-Ku". Sebesar apapun dosa manusia didunia ini ketika dia mau bertaubat maka pintu rahmat Allah juga terbuka luas baginya. Dan semua makhluk didunia ini pada akhirnya mendapat rahmat dari Allah Swt ketika mereka bertaubat.

Kemudian ada ungkapan ulama mesir  "al islamun mahjubun bil muslimin" artinya kehebatan dan keindahan islam justru tertutup oleh perilaku umat islam sendiri. Islam itu dibangun atas dasar rahmat dan kedamaian, namun ada yang mengaku islam tapi bersikap keras (radikal), melampui batas terhadap orang-orang yang tidak sejalan dengannya. Islam itu sendiri sebenarnya menghendaki umatnya untuk saling membangun dunia ini, berlomba-lomba untuk belajar agar masyarakatnya berilmu. Kita seringkali melakukan hal-hal yang bersifat kolektif seperti kita sering sholat namun tidak sholat secara berjamaah padahal kita tahu bahwa berjamaah itu lebih baik, kebanyakan umat islam berduyun-duyun melaksanakan ibadah ritual seperti ibadah haji dan lainnya, padahal ada banyak ibadah-ibadah sosial yang justru lebih penting dan banyak pahalanya dibanding ibadah personal. Inilah yang menghambat rahmat itu datang dan dari sinilah munculnya radikalisme tersebut padahal bisa diatasi tanpa harus dengan kekerasan.

Sebernya Islam itu tidak suka melakukan kekerasan tapi reputasinya banyak dirusak oleh orang-orang yang melakukan kekerasan atas nama islam. Maka itu , kita harus berusaha menjelaskan hakikat islam dan substansinya yaitu menghendaki kedamaian. Allah Swt menunjukkan kita berbagai cara bagaimana meraih kedamaian itu. Semua cara-cara itu dilakukan dengan kedamaiaan pula. Kedamaian itu mutlak dan kedamaian itu berawal dari hati kita, kita tidak bisa memberikan kedamaian kepada seseorang jikalau hati kita saja tidak damai. Dan jika ada yang melakukan kekerasan yang tidak dibenarkan maka dipastikan itu bukan cara islam.

Bahkan sejak dulu nabi datang kepada umatnya pada prinspinya untuk mengajarkan kedamaian dan mendidik untuk menghindari peperangan. Jadi pada awalnya nabi diutus untuk menghapus segala peperangan dan pertikaian yang terjadi dan mengajarkan kedamaian kepada umatnya. Sebenarnya kita lebih mencintai kedamaian  dibanding peperangan selama kedamaian itu adil, walaupun dalam firman Allah dijelaskan bahwa peperangan itu dibolehkan. Namun dalam konteksnya islam itu sendiri sebenarnya tidak menyukai peperangan kecuali terpaksa artinya kedamaian yang adil itu terusik. Tapi perlu diingat juga bahwa tidak melulu peperangan itu mengangkat senjata. Perang itu bisa seperti kita perang melawan narkoba, kita perang melawan tindak kejahatan, perang melawan kemiskinan dan yang lainnya. Namun apabila terjadi peperangan setelahnya maka hal itu merupakan penyimpangan terhadap tuntunan ajaran islam.

Kemudian timbul pertanyaan mengapa tuhan tidak menggiring/membuat manusia menjadi satu agama, mengapa memnbiarkan manusia bingung memilih?. Jawabannya karena Allah menghormati manusia sebagai khalifa dimuka bumi ini. Allah bisa saja membuat semua manusia menjadi satu agama yang berarti mencabut kebebasan memilih namun Allah tidak menghendaki hal tersebut karena Allah menghormati manusia dan diberikan akal dan pikiran untuk memilih pilihannya masing-masing. Maka hal inilah yang menciptakan pluralisme agama karena perbedan-perbedaan itu. Dan kita harus menghormati itu dengan menerapkan toleransi beragama agar terciptanya kedamaiaan.

Terhadap sesama muslim, toleransi itu harus lahir dengan bertitik tolak bahwa kita semua sama dalam prinsip ajaran-ajaran agama, seperti kita sama-sama mengakui Allah Swt itu Esa, mengakui hari kiamat, mengakui nabi Muhammad Saw adalah nabi terakhir, dsb. Terhadap Agama lain kita harus menghormati mereka dalam melaksanakan ajaran-ajarannya dan tidak menghakimi bahwa agam kita paling benar. Biarlah Allah (Tuhan) yang akan mengadili itu semua nanti di akhirat. Tugas kita adalah berakhlak dengan baik sesuai dengan perintah agama islam. Seperti pepatah "Manusia boleh jadi saudara kita seagama, kalaupun tidak bisa jadi saudara kita sekemanusiaan". Jadi berprinsiplah seperti itu, karena setiap manusia sama-sama ingin diperlakukan terhormat. Jika ini terwujud maka hal inilah yang menciptakan kedamaian itu. dan islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin dan senantiasa dalam ajaran dan prinspinya selalu berpegang teguh pada kedamaian dan ukhuwah. Terimakasih~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun