Ananda Najwa adalah pribadi yang istimewa, penuh semangat, keceriaan, dan kasih sayang. Setiap perilakunya meninggalkan jejak kebaikan yang tak akan lekang dimakan waktu. Meski raga telah tiada, cintanya masih hidup di setiap ingatan, di setiap doa yang dipanjatkan, dan di setiap air mata yang jatuh mengiringi kerinduan. Hati ini masih sering berbisik, seolah Ananda akan segera membuka pintu kamar, tersenyum manis, dan bercerita panjang lebar tentang hari-harinya. Namun kenyataan kembali menyentak, bahwa kini semua itu telah berganti menjadi kenangan yang abadi. Ya Allah, meski berat menerima, kami percaya Ananda kini berada dalam dekapan-Mu yang penuh rahmat. Berikanlah tempat terbaik untuk Najwa Lailatul Mu'jizah di sisi-Mu, lapangkanlah jalannya menuju surga, dan jadikanlah kenangan tentangnya sebagai penguat hati kami yang ditinggalkan. Ananda, meski engkau tak lagi di sini, cintamu takkan pernah padam. Kau tetap hidup dalam doa, dalam ingatan, dan dalam setiap denyut kerinduan yang tak pernah berhenti.
Kebaikan Najwa selalu melekat di hati siapa pun yang mengenalnya. Ia dikenal sebagai sosok yang lembut, santun, dan penuh kepedulian terhadap orang-orang di sekitarnya. Kepada sahabat, ia selalu memberi semangat; kepada keluarga, ia menjadi penghibur dan penyejuk. Senyumnya yang tulus sering kali menjadi obat bagi hati yang sedang gundah. Bahkan dalam kondisi tubuh yang lemah, ia tetap menebarkan kebaikan, seakan rasa sakit yang ditanggungnya bukan alasan untuk berhenti berbuat baik. Perjuangan kuliahnya pun menjadi cerita yang tak akan pernah terlupakan. Di tengah keterbatasan dan rasa sakit yang harus ia tanggung, Najwa tetap gigih menempuh pendidikan. Ia tak pernah menyerah untuk mengejar cita-cita, hadir di kelas, mengerjakan tugas, dan mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa lainnya. Semangatnya menjadi teladan, bahwa kondisi fisik bukanlah penghalang untuk terus berusaha. Yang membuat hati ini semakin terenyuh adalah bagaimana ia menghadapi sakitnya dengan kesabaran yang luar biasa. Setiap hari, empat kali ia harus melakukan proses CAPD---pagi, siang, sore, dan malam---baik di rumah maupun di kampus. Kadang bersama Uminya, kadang bersama Abinya, Najwa menjalaninya dengan tabah, tanpa keluh kesah yang berlebihan. Ia tahu betul bahwa setiap rasa sakit adalah bagian dari ujian yang Allah titipkan, dan ia memilih untuk menghadapinya dengan lapang dada.
Kekuatan hatinya menjadi cahaya bagi keluarga. Najwa mengajarkan arti kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan iman melalui perjuangannya sendiri. Meski tubuhnya lemah, jiwanya begitu kuat. Ia adalah contoh nyata bagaimana seorang hamba tetap teguh dalam ibadah, menuntut ilmu, dan berbakti kepada orang tua meski cobaan begitu berat. Semua kenangan ini kini menjadi warisan berharga, pengingat bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada kekuatan dan cinta yang Allah titipkan. Najwa adalah sosok yang begitu dekat dengan Al-Qur'an. Di sela-sela aktivitas kuliah dan pengobatannya, ia masih berusaha menjaga tilawah dan hafalannya. Ada ketenangan tersendiri setiap kali ia melantunkan ayat suci dengan suara lembutnya. Bagi keluarga, momen-momen itu menjadi cahaya yang kini sangat dirindukan---sebuah bukti bahwa meski raganya lemah, ruhnya selalu kuat dengan ikatan kepada Allah SWT.
Di kampus, banyak teman dan dosen yang mengenangnya sebagai pribadi rendah hati dan penuh semangat. Ia tidak pernah merasa berbeda meskipun harus membawa perlengkapan CAPD ke mana pun. Bahkan, dengan senyum khasnya, ia sering berkata bahwa dirinya baik-baik saja, agar orang lain tidak merasa khawatir. Keberanian Najwa menghadapi sakitnya membuat banyak orang terinspirasi untuk lebih bersyukur dan tidak mudah mengeluh. Di rumah, Najwa adalah anak yang penuh kasih sayang. Ia tidak hanya patuh kepada Umi dan Abi, tetapi juga sering kali memberi perhatian kecil yang bermakna besar. Najwa kerap menyapa dengan lembut, membantu sebisanya, dan menghadirkan keceriaan di tengah keluarga. Kini, setiap sudut rumah menyimpan cerita tentangnya---dari tawa kecilnya, semangat belajarnya, hingga keheningan saat ia menahan sakit. Semua itu menjadi kenangan manis sekaligus luka rindu yang tak akan pernah terobati.Â
Sebelum kepergiannya, Najwa sempat berpesan dengan kata-kata yang begitu menyentuh hati. Kepada Abi dan Umi, ia berulang kali meminta maaf. Dengan suara lirih namun penuh ketulusan, ia berkata, "Maaf ya Abi, Umi, karena Mbak Najwa sudah banyak menyita waktu Abi dan Umi. Harusnya Abi bisa bekerja, Umi bisa beristirahat, tapi semua waktu habis untuk Najwa." Ucapan itu membuat siapa pun yang mendengarnya tak kuasa menahan air mata, seolah Najwa telah mengetahui skenario Allah SWT atas hidupnya.
Kepada Abang Najib, Najwa menitipkan harapan agar ia menjadi pelindung keluarga dan selalu menjaga Abi dan Umi. "Abang harus kuat, ya. Jangan pernah bikin Abi sama Umi sedih. Kalau Najwa nggak ada, Abang yang harus jadi kebanggaan mereka," begitu katanya. Kata-kata sederhana itu kini menjadi pesan abadi yang selalu diingat, meneguhkan langkah sang abang untuk terus berjuang dan berbakti.
Sementara kepada adiknya, Najwa berpesan dengan penuh kasih sayang. Ia meminta agar selalu rajin belajar, rajin ibadah, dan tidak menyusahkan Abi dan Umi. "Adek harus nurut sama Abi sama Umi, jangan nakal, ya. Adek harus jadi anak yang sholehah," ucapnya dengan tatapan penuh cinta. Pesan itu seperti cahaya yang kini membimbing keluarga, menjadi pengingat bahwa meski Najwa telah tiada, suaranya masih hidup dalam setiap kenangan, dalam setiap nasihat yang ia tinggalkan.
Kini, setelah Najwa kembali ke pangkuan Allah SWT, setiap detik kenangan bersamanya menjadi harta yang paling berharga. Senyum, tawa, dan nasihatnya tak pernah benar-benar hilang; semuanya hidup di dalam hati keluarga. Meski raga Najwa sudah tiada, cintanya tetap hadir di setiap doa dan kerinduan yang tidak pernah padam.
Abi dan Umi, Abang, serta Adek tahu betul bahwa Najwa telah mengajarkan arti kesabaran, perjuangan, dan keikhlasan. Ia menjadi guru kehidupan yang meninggalkan pelajaran begitu dalam---bahwa hidup adalah perjuangan, dan cinta sejati adalah bakti kepada Allah SWT serta kasih sayang kepada sesama. Najwa telah selesai menunaikan amanahnya dengan indah, meski usianya terbilang singkat. Ya Allah, terimalah amal kebaikan Ananda Najwa Lailatul Mu'jizah. Lapangkan kuburnya, jadikan ia salah satu penghuni surga-Mu yang penuh cahaya, dan satukan kembali keluarga ini kelak di dalam ridha-Mu. Berikan kekuatan hati bagi Abi, Umi, Abang, dan Adek untuk ikhlas menerima takdir ini, dan jadikanlah kenangan Najwa sebagai penguat langkah untuk semakin dekat kepada-Mu.Â
Selamat beristirahat dalam damai, Ananda Najwa. Engkau tetaplah cahaya bagi keluarga, bintang yang akan selalu dikenang, dan doa yang tak pernah henti dipanjatkan. Kehilanganmu adalah luka yang dalam, namun keyakinan bahwa engkau kini berbahagia di sisi Allah menjadi penghibur yang menenangkan.