Mohon tunggu...
Yuka Harguna
Yuka Harguna Mohon Tunggu... FEB Universitas Padjadjaran dan Researcher

Pemuda yang suka membaca, menulis, ekonomi, isu sosial, dan internet. Pemuda yang suka berkecimpung dengan data.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Purbaya Menambah Bensin Terhadap Motor Ekonomi Indonesia, Lalu Bagaimana?

16 September 2025   20:39 Diperbarui: 16 September 2025   20:46 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kebijakan ini, dalam kerangka IS-LM, adalah sebuah langkah ekspansi fiskal dan moneter yang terkoordinasi untuk mendorong ekonomi keluar dari kondisi di bawah potensinya tanpa memicu inflasi yang signifikan.

Kurva IS-LM terlihat akan menyesuaikan kembali tingkat suku bunga di jangka menengah atau jangka panjang dari program penyaluran 200 triliun oleh Kemenkeu ini. Namun, terkait potensi inflasi, kemungkinan terjadinya adalah ketika kita sudah memasukan unsur fleksibilitas harga dan kapasitas produksi ekonomi. Jika permintaan agregat (total belanja di ekonomi) yang didorong oleh kebijakan ini tumbuh lebih cepat daripada kapasitas produksi (kemampuan ekonomi menghasilkan barang dan jasa), maka akan terjadi inflasi. Ketika harga-harga (P) naik, nilai riil dari jumlah uang beredar (M/P) akan menurun. Maka setelah kurva IS kembali bergeser ke kanan, selanjutnya adalah kurva LM kembali bergeser ke kiri, yang secara otomatis akan menaikkan suku bunga untuk menyeimbangkan pasar uang kembali. Selain itu, kewenangan terkait suku bunga ada di Bank Indonesia sebagai pemilik mandat utama pelaksana kebijakan moneter dan penjaga stabilitas harga.

Kapasitas produksi juga berperan besar di sini, yaitu ketika uang yang digelontorkan memang akan melipatgandakan kapasitas produksi. Jadi, jika dana tersebut berhasil disalurkan untuk pembangunan infrastruktur yang melancarkan logistik, investasi pada teknologi baru di pabrik-pabrik, atau peningkatan modal kerja UMKM sehingga usahanya bisa ekspansi, maka baik demand maupun supply di level mikro akan meningkat, sehingga secara agregat ekonomi pun meningkat. Peningkatan kapasitas produksi ini memungkinkan ekonomi untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi tanpa harus menaikkan harga secara drastis. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan inflasi yang relatif terkendali. Namun, jika dana lebih banyak mengalir ke sektor konsumtif (misalnya, kredit tanpa agunan untuk gaya hidup) daripada investasi produktif. Atau misalnya proyek yang didanai ternyata tidak efisien atau mangkrak, maka permintaan agregat melonjak tinggi, tetapi kapasitas produksi ekonomi tidak bertambah secara signifikan. Situasi yang sudah klasik pun kembali terjadi: "terlalu banyak uang mengejar terlalu sedikit barang". Inflasi melambung tinggi, kemudian menggerus daya beli masyarakat, lalu BI terpaksa untuk menaikkan suku bunga secara agresif, yang justru dapat memperlambat ekonomi di kemudian hari.

Maka dari itu, kebijakan  ini ibarat memberikan bahan bakar beroktan tinggi pada mesin ekonomi. Jika mesinnya (kapasitas produksi) mampu menangani dorongan tersebut, mobil akan melaju lebih kencang. Namun, jika mesinnya tidak siap, yang terjadi adalah overheating (inflasi). Jadi, suku bunga memang akan menyesuaikan, tetapi penyesuaian itu bisa terjadi dalam kondisi ekonomi yang sehat (inflasi terkendali) atau dalam kondisi ekonomi yang terpaksa "direm" karena sudah terlalu panas (inflasi tinggi). Semoga Pak Purbaya tetap melakukan pengawasan dan monitoring efektivitas penyaluran dana 200 triliun tersebut ke sektor-sektor yang benar-benar produktif dan program-program unggulan negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun