Mohon tunggu...
Muhammad maulidinasrulloh
Muhammad maulidinasrulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa nyell

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Pertunjukan

8 Mei 2021   22:40 Diperbarui: 8 Mei 2021   23:06 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemerlap lampu menari-nari, suara lagu religi terkenal terdengar mengalun dengan jelas sebagai pra-acara momen bersejarah tersebut, dentuman bass-nya mampu membuat kaca-kaca ruangan begetar hebat. Langit mendung menutupi sinar bulan yang sepenuhnya membentuk purnama. Tamu undangan mulai berdatangan ikut menyaksikan persembahan akhir terbesar yang diadakan setiap tahun itu.

Gadis-gadis yang sejak beberapa bulan lalu sudah mempersiapkan pertunjukan terbaik mereka terlihat sedang berdandan cantik didukung dengan pakaian modis di ruang ganti belakang panggung berukuran delapan kali duabelas meter itu. Sebagian ada yang menjadi perancang background panggung serta  semua dekorasi indah yang bertebaran sejak gerbang asrama.

Mereka adalah santriwati kelas akhir yang kini tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan acara besar yang ditujukan  sebagai bukti bahwa mereka bisa melakukan lebih dari apa yang orang lain kira.Beberapa ada yang terlihat gugup, degup jantungnya dapat terasa meski tak dapat dilihat orang lain. Salah seorang temannya terus menyemangati dan memotivasi agar tetap optimis dan percaya diri. Tak lama kemudian suara keras drum mulai bertalu-talu.

DUM!!.. DUM!!DUM!!                                                                                                                 DUM!!.. DUM!!DUM!!

Woaaaah, Ladies and gents this is the moment you've waited for                                                       Woaaaah, Youv'e been searching in the dark, your sweat soakin' trough the floor                     Woaaaah, And buried in your bones there's an ache that you can't ignore                                           Takin your breath, stealin your mind, and all that was real is left behind...

Soundtrack "The Greatest Show" itu menjadi pembukaan yang mengesankan. Seperti filmnya (The Greatest Showman) ada yang menjadi pemimpin di tengah tengah mereka. Gerakan energik yang ditampilkan menjadi semakin ciamik dengan adanya bendera dan properti pendukung lain yang mereka bawa.

Oh! This is the greatest show! Oh! This is the greatest show!

Setelah lagu itu berakhir, rentetan acara pun dimulai. Ada paduan suara, tari kontem-porer, hingga fasion show. Di samping panggung ada yang sibuk mempersiapkan penampilan berikutnya. Diantara para audiens terlihat salah satu gadis berkacamata tengah duduk di-samping lelaki yang sedang mengatur mixer dan lighting, sesekali memberi pengarahan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Acara besar itu berjalan dengan lancar meski di tengah tengah pertunjukan sempat turun hujan gerimis yang tampaknya dapat segera diredahkan dengan lantunan munajat para santri dan dewan asatidz malam itu.

Tiba pada puncak acara terdengar suara "YouTube Rewind Indonesia 2016" mengiringi gerakan kompak mereka yang lazim disebut flashmob. Ditengah tengah riuh kegembiraan mereka salah seorang terlihat sedang mengangkat kamera Fujifilm layaknya seorang konten kreator yang sudah terlatih untuk nge-vlog.

Acara selesai, kemeriahan kini berganti dengan beberapa penilaian dan evaluasi dari para judges yang tak lain adalah para asatid. Sesekali suasana menjad tegang dan hening sebelum akhirnya beubah menjadi sorak-sorai para santriwati. Karena seemua keringat dan letih yang mereka keluarkan kini telah terbayar dengan berbagai macam apresiasi positif dan membanggakan.

"Kalian generasi terang benderang, kalian semua luar biasa!!" sepenggal kata dari pimpinan madrasah itu akhirnya dapat memecah tangis bahagia. Bagi mereka itu adalah sebuah kata yang mewakili keberhasilan mereka dalam menyukseskan acara terakhir dan terbesar ini.

Sementara itu, di salah satu sudut pesantren terlihat para santriwan kelas akhir sedang menikmati indahnya malam meski mendung menutupi terang purnama. Nyala api unggun terasa menyelimuti kulit. Jagung dilapisi mentega terpanggang diatas nyala api, letupan dan harum baunya membuat mereka larut dalam syahdunya malam itu.

Seakan mereka lupa, dan mungkin memang ingin melupakan segala penyesalan yang sejak satu bulan yang lalu hadir secara tiba-tiba. Sebuah mimpi buruk yang tak pernah diingin-kan akhirnya menjadi kenyataan.

***

Satu bulan yang lalu

"BENERAN???" teriak salah seorang santri membuat kamarnya menjadi hening seje-nak. Seketika seluruh mata tertuju padanya. Ia tampak sangat terkejut dengan kabar yang baru saja didengarnya. Tak lama kemudian adzan pun terdengar, dan mereka bergegas untuk berangkat menunaikan ibadah.

Maghrib kala itu tak seperti biasanya, mendung terlihat menutupi senja, semilir angin membuat bambu-bambu bernyanyi dan bergoyang perlahan. Terlihat berjajar lengkap para asatidz kepengasuhan putra didepan masjid. Santri-santri mulai berhamburan keluar untuk sejenak mengambil wudhu. Masjid sesaat terasa penuh setelah semua santri dan asatidz memadati jamaah sholat maghrib kala itu.

Tiba di penghujung dzikir, seorang ustad senior masuk dari pintu ta'mir kemudian berdiri disamping mimbar membawa sebuah map biru berisikan selembar kertas. Wajah garangnya terlihat serius dan menakutkan, seperti tatapan burung hantu di malam hari. Mendadak suasana terasa amat menegangkan laksana sedang berlangsung sebuah eksekusi mati. Tangannya cakap membawa mikrofon bagai pedang yang siap dihunuskan.

Lalu apa isi map itu? Ya, tidak lain tidak bukan adalah surat pembatalan acara mahakarya seni putra. Acara terbesar itu dibatalkan karena banyaknya prosedur yang belum dapat ditepati. Alhasil segala yang berhubungan dengan acara itu diberhentikan, mulai dari latihan hingga bazar untuk mengumpulkan dana.

Di teras Masjid salah seorang santri kelas akhir nampak sedang mencoba untuk menegarkan temannya yang terlihat sangat terpukul dengan keputusan ini. Bagaimana tidak? Berbagai usaha yang telah mereka lakukan kini telah berakhir. Sia-sia hilang begitu saja bagai api yang melahap kayu bakar.

Hari hari berikutnya terasa melelahkan, tiada lagi euforia mahakarya, santri putra yang semula lazim terlihat semangat latihan menirukan gerakan tari dari instruksi pemimpinnya meskipun di dinginnya malam kini tiada lagi. Semua desain banner, umbul-umbul, stiker, hingga souvenir kini tak lagi dapat direalisasikan. Semua telah usai, kecuali beberapa bagian dekorasi yang tetap membantu santri putri menghias dan mendirikan background.

Awalnya mereka mulai merasa lapang menerima keputusan ini. Hingga tiba pada sehari sebelum mahakarya putri dilaksanakan. Pagi hari panggung mulai didirikan, mereka hanya bisa melihatnya dengan tatapan merana. Meski ada beberapa santri putri memberikan semangat, itu tetap terasa menyakitkan bagi mereka. Siangnya, seperangkat soundsystem akhirnya datang, beberapa jam kemudian ba'da ashar tes suara soundsystem mulai terdengar. Meskipun lagu yang terdengar adalah lagu ceria, itu terdengar bagai seruling kematian bagi mereka. Malamya, santri kelas akhir memilih untuk mencoba tidak mendengarkan suara gladi dengan meramaikan kamarnya menggunakan sound portable yang volumenya dikeraskan hingga suara gladi tu tak terdengar lagi.

***

Malam ini malam pertunjukan, kamar santri putra kelas akhir terlihat sepi, mereka bergegas meninggalkan kamar menuju salah satu sudut pesantren sembari meneguhkan langkah untuk melupakan hari-hari yang telah berlalu dan mulai menatap hari hari indah yang akan tiba. Beberapa alumni detang untuk berkunjung, salah seorang dari alumni itu terkejut dengan apa yang telah terjadi karena baru tahu kabarnya.

Api unggun dinyalakan, puluhan jagung mulai diolesi mentega kemudian dibakar. Mereka terlihat sedang saling menyemangati serta memotivasi yang lain, dan tak lupa juga mengevaluasi dan introspeksi diri mereka sendiri. Kini mereka yakin rencana Tuhan YME pasti adalah yang terbaik.

Tugas mata kuliah bahasa indonesia ( 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun