Oleh: Farizal
Bertaruh Food Estate di Papua, Siapa Untung Siapa Buntung?
Papua, tanah surga di ujung timur Indonesia, kembali jadi sorotan. Bukan karena keindahan alamnya yang memesona atau kekayaan budayanya yang luar biasa, melainkan karena derap pembangunan yang kian kencang---mengusung nama besar: megaproyek. Salah satunya adalah proyek Food Estate, yang digadang-gadang bisa jadi solusi ketahanan pangan nasional, terselip kekhawatiran.Â
Food Estate: Lumbung Pangan atau Ladang Masalah?
Food Estate di Merauke dan wilayah Papua lainnya memang terdengar menjanjikan. Negara ingin memastikan perut warganya tidak kosong, dan tanah Papua---dengan luas dan kesuburannya---dianggap punya potensi besar. pertanyaan pentingnya : siapa yang sebenarnya untung dan siapa buntung?
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proyek ini banyak melibatkan investor besar dan tenaga kerja dari luar Papua. Sementara itu, masyarakat adat---yang hidup berdampingan dengan alam sejak turun-temurun---justru sering tidak dilibatkan secara aktif. Bahkan, tak jarang mereka merasa kehilangan, bukan hanya tanah, tapi harapan hidup dimasa depan.
Hutan yang Ditebang, Identitas yang Hilang
Hutan Papua bukan sekadar hamparan pepohonan. Ia adalah rumah, sumber kehidupan, dan simbol identitas bagi banyak suku asli Papua. Namun kini, demi membuka lahan pertanian skala besar atau memperlancar jalan tol trans-Papua, banyak hutan harus ditebang. Deforestasi ini bukan hanya mengancam satwa langka seperti cendrawasih atau kanguru pohon, tapi juga mengikis ruang hidup masyarakat adat.
Saya teringat ucapan seorang kepala suku dari Merauke dalam sebuah dokumenter: "Kalau hutan hilang, kami ini jadi siapa?" Kalimat sederhana, tapi menampar. Hutan bagi mereka bukan hanya soal lingkungan, tapi juga tentang harga diri.
Pembangunan, Tapi Untuk Siapa?
Sebagai warga Indonesia, tentu saya paham bahwa pembangunan itu penting. Infrastruktur, pangan, dan investasi dibutuhkan agar Papua tidak terus-menerus tertinggal. Tapi pembangunan seharusnya tidak berarti penggusuran. Harus ada keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian.