Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

AI Tidak (atau Belum) Bisa Mengatasi Kesepian

3 Juli 2025   20:31 Diperbarui: 4 Juli 2025   08:15 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambil contoh Replika, sebuah program chatbot AI dalam bentuk pendamping virtual. Sejak dirilis pada tahun 2017, aplikasi ini telah mengundang lebih dari 30 juta pengguna. Mereka menawarkan avatar yang bisa kita modifikasi sesuai selera, kemudian berinteraksi dengannya lewat pesan teks, panggilan video, atau bahkan melihat mereka dalam virtual reality dan augmented reality.

Selayaknya teman manusia, semakin banyak waktu dan tenaga yang kita investasikan untuknya, semakin mungkin pula avatar tersebut "mengenal" kita. Berkat large language models yang semakin canggih, setiap pesan kita akan dikonversi menjadi data bagi avatar untuk menyesuaikan diksi, nada, dan emosinya. Tak ada lagi penolakan sosial; avatar hanya ingin menjadi teman yang kita percaya.

Jadi, tidak seperti chatbot generasi awal yang menghasilkan percakapan kaku dan robotik, Replika mampu menciptakan percakapan yang lebih dinamis dan mengalir sampai-sampai sejumlah penggunanya memutuskan untuk "menikahi" avatar mereka. Pada awal 2023, saat fitur bertukar pesan erotis dihapus, perusahaan sampai harus menyematkan nomor layanan darurat bunuh diri karena banyaknya pengguna yang melaporkan terkena gangguan kesehatan jiwa.

Jika Replika memungkinkan pengguna untuk menciptakan sendiri karakter AI mereka, ada pula aplikasi yang menawarkan karakter AI berdasarkan orang sungguhan (biasanya selebriti, publik figur, dan atlet).

Pada Mei 2023, perusahaan Forever Voices menciptakan AI Caryn, "pacar AI" berwujud influencer Caryn Marjorie. Pengguna harus membayar satu dolar per menit untuk mengobrol dengan avatar Caryn di saluran Telegram pribadi, di mana bot akan membalas setiap pesan melalui memo suara yang diisi langsung oleh Caryn. Pada minggu pertamanya, AI Caryn berhasil mengumpulkan sekitar 72 ribu dolar.

Lantas, apakah Mark benar soal kekuatan AI untuk mengatasi kesepian?

Pada awal 2024, Bethanie Maples dan koleganya menerbitkan makalah di jurnal Nature, yang memuat survei terhadap lebih dari seribu mahasiswa pengguna Replika mengenai kesepian dan dukungan sosial yang mereka rasakan. Temuan menunjukkan bahwa sekitar setengah dari responden melaporkan penurunan kesepian dan kecemasan, salah satunya karena melihat Replika sebagai teman yang selalu bisa diajak bicara tanpa menghakimi.

Maples dan koleganya mewanti-wanti bahwa temuan mereka tidak bisa digeneralisasi. Dengan kata lain, efek Replika dan bot AI lainnya terhadap setiap orang tidak bisa dipukul rata, apalagi responden dalam penelitian mereka adalah mahasiswa yang pada dasarnya sudah cukup kesepian.

Namun, sekalipun gagal mengatasi kesepian, Maples dan koleganya cukup optimis bahwa "pacar AI" seperti Replika bisa menjadi alat berharga bagi orang-orang yang berada di ambang isolasi untuk mengasah keterampilan sosial mereka. Selayaknya gips dapat menopang tulang yang cedera, "pacar AI" diharapkan dapat mengurangi kesepian dengan meningkatkan perasaan harga diri dan keterampilan sosial.

Kesepian bukanlah kesedihan yang bisa disembuhkan oleh AI

Bagaimanapun, optimisme Mark dan peneliti-peneliti di atas masih meragukan. Masalah pertama adalah kelemahan metodologis dan konseptual. Dalam hal pengumpulan data, misalnya, hampir semua studi mengenai pengaruh AI terhadap kesepian didasarkan pada data yang diperoleh dalam jangka pendek, mulai dari satu sesi hingga beberapa minggu.

Itu berisiko memicu miopia temporal: ketidakmampuan mendeteksi bagaimana interaksi dengan AI dapat menyebabkan pembiasaan emosional atau bahkan peningkatan kesepian dari waktu ke waktu. Contohnya, sebuah studi terbaru dari MIT Media Lab menemukan bahwa penggunaan bot AI sebenarnya membuat orang yang sudah merasa kesepian lebih kesepian lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun