Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Benarkah STEM Lebih Unggul Ketimbang Humaniora?

8 Agustus 2023   16:37 Diperbarui: 9 Agustus 2023   01:43 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora sama pentingnya dengan STEM untuk dunia kini dan nanti | Ilustrasi oleh Public Domain Pictures via Pixabay

Kreativitas dan inovasi bukan hanya masalah teknis, tapi lebih kepada pemahaman mengenai bagaimana individu dan masyarakat bekerja, apa yang mereka inginkan. Sebuah inovasi yang sukses selalu memenuhi pertanyaan “mengapa (humaniora) dan bagaimana (saintek)”.

STEM dan humaniora adalah dua sayap dari burung yang sama

Edward O. Wilson, ahli biologi Amerika, bercerita bahwa jika bumi pernah dikunjungi oleh alien, spesies kita akan memiliki satu hal yang layak mereka perhatikan: humaniora. Baginya, kebenaran sains berlaku di mana pun di alam semesta.

Alien yang datang dari jutaan tahun cahaya jauhnya mungkin secara ilmiah jutaan tahun lebih dulu (dan lebih cerdas) dari kita, yang berarti para ilmuwan kita tak punya banyak hal untuk dikatakan kepada mereka tentang sains.

Apa yang membuat para alien tertarik kepada kita adalah humaniora: sejarah alamiah budaya, warisan kita yang paling pribadi dan berharga. Humaniora menelusuri budaya manusia dengan segala kerumitan dan keistimewaannya.

Saya tak bilang bahwa humaniora lebih berharga daripada sains. Maksud saya adalah bahwa humaniora melakukan apa yang tak bisa dilakukan oleh sains, dan sebaliknya. Keduanya tak tergantikan dan tak bisa disingkirkan untuk yang lain.

Sains mengurai fenomena kompleks jadi prinsip-prinsip umum. Sains memecah dunia yang beraneka ragam ke dalam bagian-bagian penyusunnya: otak menjadi neuron, neuron menjadi molekul, molekul menjadi atom.


Itu membuat sains kerap dituduh sebagai reduksionis. Tapi dalam sains, reduksionisme adalah segalanya. Sains tak menyangkal kompleksitas; sains hanya menyingkirkannya untuk sementara agar beberapa aturan dan prinsip umum dapat terungkap.

Humaniora, di sisi lain, menginginkan jenis ketelitian yang berbeda. Mereka tak pernah bisa menghapus manusia dari penyelidikan mereka, karena mereka menelisik seluruh kerumitan dunia manusia yang sarat makna.

Humaniora tak bisa mereduksi segala sesuatu jadi esensi seperti halnya sains, karena mereka meneliti artefak yang semuanya unik, muncul dari (salah satu) objek paling kompleks di alam semesta: otak manusia.

Humaniora, dengan kata lain, tak menyaring dan memurnikan sebagaimana sains. Humaniora menerjemahkan, menafsirkan, dan menjelaskan. Ini mendorong orang untuk membaca kisah manusia dengan simpati imajinatif dan skeptis, serta menggoda asumsi-asumsi di baliknya.

Jika saintek menghasilkan berbagai kecanggihan dan kemudahan yang luar biasa kepada kita, humaniora akan masuk dengan cara lain, seperti bertanya apa artinya menjadi manusia di era tekno-humanis, dan apakah kita sedang menghancurkan diri sendiri dalam era baru ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun