Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cara Mengatasi Kebiasaan Menunda-nunda

15 Desember 2022   14:00 Diperbarui: 16 Desember 2022   20:00 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian dari kita menunda-nunda pada waktu tertentu, dan sebagian lagi terus menunda-nunda | Ilustrasi oleh Tookapic via Pixabay

Saya mengalaminya hampir setiap hari | Gambar oleh Brian Gordon via Fowllanguagecomics.com
Saya mengalaminya hampir setiap hari | Gambar oleh Brian Gordon via Fowllanguagecomics.com

Ada banyak sebab dan penjelasan mengapa orang suka menunda-nunda. Saking banyaknya, saya jadi terlalu malas untuk menyebutkannya satu per satu. Dan lucunya lagi, bagian inilah yang membuat saya menunda penulisan artikel ini selama berhari-hari.

Di sini saya hanya akan menguraikan tiga poin penting yang memang pada dasarnya relevan bagi diri saya sendiri.

Pertama, kita menunda-nunda karena takut identitas kita terancam. Semakin banyak sesuatu yang mengancam identitas kita, semakin kita enggan melakukannya. Kita semua punya seperangkat keyakinan tentang siapa kita, dan kita melindungi keyakinan itu.

Jika saya yakin bahwa saya adalah pria baik-baik, saya akan menghindari situasi yang berpotensi menentang keyakinan itu. Sebagai gantinya, saya akan cari kesempatan untuk berulang kali membuktikan kepada diri saya dan orang lain bahwa saya adalah pria baik-baik.

Seseorang tak menulis novel yang diimpikannya karena itu akan mempertanyakan identitasnya sebagai manajer perusahaan. Seseorang tak memberitahu temannya bahwa dia tak ingin bertemu lagi karena itu akan menentang identitasnya sebagai seorang pemaaf.

Kedua, kita menunda-nunda karena takut gagal. Inilah mengapa orang lebih banyak menunda-nunda dalam mengejar tujuan penting daripada yang kurang penting: meningkatnya nilai sesuatu dapat memperburuk penundaan.

Dalam kasus pribadi, saya telah menunda penulisan novel selama berbulan-bulan. Ketika menanyai diri sendiri, respons otomatis saya adalah bahwa saya sedang mencari momentum. Namun, itu hanyalah cara lain untuk mengatakan "saya takut gagal".

Dengan menunda sebuah tugas penting, kita mempersepsikan diri kita akan bekerja lebih baik di waktu nanti. Mungkin itu benar, tapi lebih mungkin lagi kita hanya beralasan. Kita hanya menyembunyikan suatu ketakutan yang bahkan tak begitu jelas asal-usulnya.

Ketiga, kita menunda-nunda karena dibebani terlalu banyak pilihan. Ini merupakan efek paradoks pilihan: semakin banyak pilihan, semakin besar pula biaya komplikasi yang mesti dicurahkan, dan kita pun jadi tak berdaya untuk memutuskan pilihan.

Misal, seseorang mungkin akan cepat membelanjakan uangnya jika hanya ada satu pilihan produk yang tersedia, tapi mungkin menunda jika dia ditawari menu pilihan dengan merek dan variasi produk yang beragam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun