Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Ikut Berbahagia atas Pencapaian Orang Lain

11 Januari 2022   07:20 Diperbarui: 15 Januari 2022   07:15 3022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbahagia atas pencapaian orang lain adalah jalan menuju kebebasan diri sendiri | Ilustrasi oleh Huu Thanh Cai via Pixabay

Hidup dalam masa kejayaan media sosial adalah sesuatu yang aneh bagi beberapa orang, termasuk saya. Sebelumnya, orang membutuhkan prestasi besar untuk masuk ke media massa dan lalu menjadi terkenal, sekurang-kurangnya di lingkup kampung.

Tetapi sekarang, seberapa kecil pun pencapaian seseorang, seperti bangun dari ranjang yang empuk atau seorang anak sultan yang baru belajar naik sepeda roda-tiga, kesempatan untuk menjadi populer amatlah besar.

Berkali-kali saya memeriksa video populer di YouTube atau Instagram, konten yang muncul sering tidak begitu mengesankan dan membuat saya berpikir bahwa "dunia sudah menjadi (sedikit) gila".

Saya terlahir di era teknologi, dan entah mengapa dalam beberapa kesempatan, saya benci itu.

Tentu ada beberapa alasan yang terkadang membuat saya rindu melihat dunia yang lebih natural dan "apa adanya", tetapi lebih-lebih lagi, saya tidak senang melihat media sosial dijadikan panggung pamer dan bunyi bising yang tanpa makna.

Ditambah lagi dengan fitur "anonim" atau akun palsu, orang menjadi lebih candu untuk memaki orang yang dibencinya. Tingkat penghormatan terhadap manusia tampaknya menjadi jauh lebih abu-abu daripada sebelumnya.

Di satu sisi, media sosial telah membuka jalan yang luas bagi orang-orang untuk menunjukkan keterampilannya. Ini adalah kesempatan langka di mana dunia, pada akhirnya, dapat melihat secara lebih jelas bahwa setiap orang terlahir dengan keunikannya tersendiri.

Namun di sisi lain, orang juga menjadi lebih mudah untuk bersikap sinis, yaitu menyalurkan berbagai jenis kebencian dalam selimut identitas yang tak jelas. Kedengkian ada di mana-mana dan agaknya lebih ambigu daripada zaman-zaman sebelumnya.

Sekarang banyak orang yang bahagia dengan cara menggasak kebahagiaan orang lain, dan itu jelas bukan demokrasi.

Mereka mengira bahwa memanfaatkan orang lain sebagai "sarana" untuk bahagia adalah bagian dari kebebasan demokrasi, tetapi saya katakan dengan jelas bahwa itu sama sekali bukan kebebasan, apalagi demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun