Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengiyakan Kehidupan

12 Oktober 2021   18:30 Diperbarui: 12 Oktober 2021   18:41 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber nestapa adalah ketika kita berharap kehidupan berjalan sebagaimana kita mengharapkannya. Maka ingatlah bahwa kehidupan tidak pernah punya kewajiban untuk berada dalam genggaman Anda.

Tetapi, Anda dapat menggenggamnya sekaligus memeluknya tanpa sedikit pun menaruh ekspektasi terhadapnya.

Dan itulah yang sebenarnya saya usahakan selama ini: saya tidak memaksakan kehidupan berjalan sesuai dengan harapan saya, tapi sayalah yang akan merangkulnya sebagaimana seorang ibu selalu lebih dulu melakukan pendekatan terhadap anaknya.

Bagaimana untuk menjadi demikian? Dengan mengiyakan kehidupan.

Mengiyakan kehidupan berarti mengonfirmasi secara sukarela bahwa kehidupan punya sisi gelapnya tersendiri dan bahwa segala sesuatu tidak berada dalam kendali kita.

Mengiyakan kehidupan juga berarti menganggukkan kepala dengan penuh kelembutan sebagai bukti bahwa kita menerima apa pun yang takdir suratkan kepada kita dan menghadapinya seperti seorang kaisar menatap serius medan pertempurannya.

Setidak-tidaknya, katakan "ya" dulu supaya kita sadar tentang keberadaan masalah yang menimpa kita. Bagaimana kita bisa mencari solusi apabila kita sendiri menolak dan tidak sadar bahwa kita memiliki masalah?

Refleksikan kembali tentang bagaimana permasalahan tertentu menghancurkan Anda karena pada mulanya Anda meremehkannya, atau pertama-tama Anda melarikan diri darinya dan kemudian datang kembali dengan frekuensi yang lebih berat.

Masalah adalah konstanta dalam kehidupan kita. Siapa pun yang menolaknya, berarti dia juga menolak kehidupan.

Mengiyakan kehidupan bukanlah bentuk kepasrahan kita dengan duduk manis bersama secangkir kopi tanpa bertindak sedikit pun untuk menghadapi keabsurdan hidup ini.

Justru dengan mengonfirmasi kehidupan yang absurd, kita menjadi terbiasa dan akrab terhadap apa yang sejatinya menunggu di depan kita. "Yang terpenting bukanlah apa yang terjadi pada Anda, melainkan bagaimana Anda bereaksi terhadapnya," urai Epictetus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun