Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ibu Menyuruh Saya untuk Gagal

21 April 2021   17:07 Diperbarui: 23 April 2021   10:26 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegagalan adalah gerbang menuju pembelajaran, kemenangan yang sesungguhnya | Ilustrasi oleh Neil Dodhia via Pixabay

Perbaikan dalam segala bidang dilatarbelakangi oleh ribuan kesalahan kecil, dan besarnya kesuksesan kita berdasar pada berapa kali kita gagal melakukan sesuatu.

Jika seseorang lebih baik ketimbang Anda mengenai suatu hal, sepertinya itu karena dia telah mengalami kegagalan lebih banyak ketimbang Anda.

Jika seseorang lebih buruk daripada Anda, sepertinya itu karena dia belum mengalami semua pengalaman belajar yang menyakitkan seperti yang Anda rasakan.

Menghindari kegagalan adalah sesuatu yang banyak diajarkan dalam budaya masyarakat kita. Bahkan dari bangku sekolah dasar, kita telah didorong untuk tidak salah. Dan hadiahnya adalah bentakan menusuk hati.

Sistem pendidikan kita menilai dengan ketat berdasarkan kinerja dan menghukum mereka yang tidak menunjukkan performa baik.

Sumbangan lain datang dari orang tua yang gemar memaksa dan doyan mengkritik, yang tidak membiarkan anak-anaknya mengalami kegagalan yang cukup, dan menghukum mereka karena mencoba apa pun yang baru atau tidak seharusnya

Kemudian peran media massa yang hampir semuanya mengekspos kita dengan kesuksesan demi kesuksesan, namun tidak menampilkan ribuan jam yang monoton dan membosankan untuk bisa sampai ke puncak kesuksesan.

Masyarakat kita menjadi begitu terobsesi untuk sukses hingga tidak tahu atau barangkali lupa tentang bagian terpenting dari semuanya.

Ketika Ibu bertanya apa yang saya pelajari, saya hanya menggelengkan kepala dengan spontan. Kemudian beliau bernarasi, “Tapi, Nak, bukankah kamu menjadi tahu banyak hal karena mempersiapkan diri untuk lomba-lomba itu? Ibu melihatmu tertawa lepas saat menjalani proses itu. Kamu bahagia atas hal itu?”

“Ya, tentu,” jawab saya, “tapi hasilnya tidak membahagiakan.”

“Itulah kemenangan sesungguhnya. Itulah kesuksesan yang agung: momen ketika kamu mampu menikmati proses pendakianmu menuju puncak.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun