Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ibu Menyuruh Saya untuk Gagal

21 April 2021   17:07 Diperbarui: 23 April 2021   10:26 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bisa menyampaikannya dengan lebih sederhana: Anda tidak akan bisa merasakan sesuatu yang disebut sukses jika Anda tidak pernah mengalami sesuatu yang disebut gagal. Iya?

Coba bayangkan terdapat sebuah ajang balapan lari. Jika semua atlet mencapai garis finish pada waktu yang sama, siapakah di antara mereka yang menjadi pemenang? Tidak ada. Pemenang hanya dapat muncul jika ada pihak yang mengalami kekalahan.

Meskipun dalam balapan tersebut tidak ada pihak yang kalah, apakah mereka merasa bahagia? Apakah mereka menikmatinya? Kemungkinan terbesarnya, tidak sama sekali.

Mengapa?

Karena kenikmatan lahir dari dasar menuju puncak. Jika semua atlet memulai balapan dari garis start yang sama, kemudian mencapai garis finish bersamaan, mereka tidak mengalami peningkatan dari dasar menuju puncak. Mereka bergerak dengan sifat statis.

Ini sama seperti kenikmatan kita dalam mengonsumsi makanan. Anda mengatakan roti panggang itu enak karena Anda pernah suatu waktu memakan roti panggang yang tidak enak. Anda memuji-muji sup buatan pasangan karena Anda pernah memakan sup yang tidak enak.

Jadi, kita dapat mengapresiasi sebuah kesuksesan dan kemenangan hanya jika kita pernah mengalami kegagalan dan kekalahan. Inilah kunci utamanya. Inilah kerangka dasar dari pepatah “tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan”.

Barangkali pertanyaan sederhana dapat membantu.

Mana yang lebih sukses: A yang terlahir dari keluarga miskin dan sekarang menjadi direktur perusahaan atau B yang terlahir dari keluarga sultan dan sekarang mewarisi perusahaan besar ayahnya.

Ya, Anda mendapatkan jawabannya. Dan begitulah definisi kesuksesan. Kita dapat disebut sukses jika kita mengawalinya dari bawah menuju puncak, bukan tetap di bawah atau tetap di puncak.

Bagaimana jika kita terperosok dari puncak menuju dasar? Kita mengalami kegagalan dan kita membuka peluang untuk sukses kembali. Begitulah kehidupan berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun