Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Andaikan Ini Ramadan Terakhirku

12 April 2021   17:57 Diperbarui: 12 Mei 2021   09:42 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa itu hidup? | Ilustrasi oleh Pexels via Pixabay

Kamu tahu, Antreas? Langit menjadi sangat terang di bulan Ramadan. Bulan bisa menyerupai bola salju bersih yang melayang di ruang hampa. Dan para bintang bagaikan lampu neon yang bernyanyi untuk Bumi.

Barangkali karena pintu surga dibuka lebar-lebar, sedangkan pintu neraka dikunci rapat.

Jadi jika kamu mendapati langit begitu gelap, kamu melihat ke arah yang salah, Antreas. Atau barangkali matamu sedang sakit? Aku menyimpan obat mata di kotak obat.

Andaikan ini Ramadan terakhirku, aku akan mulai menangis histeris agar dunia bisa tahu betapa rindunya aku pada bulan Ramadan di waktu aku telah tiada. Sejauh yang kuketahui, bulan suci ini memang punya atmosfer yang istimewa.

Andaikan ini Ramadan terakhirku, aku ingin belajar lebih banyak lagi agar aku bisa bersama mereka yang tahu hal-hal indah tentang hidup ini.

Andaikan ini Ramadan terakhirku, aku akan berbicara pada mereka sebelum tenggat. Ini anomali, tapi mengertilah, Antreas.

Dunia! Aku takkan pernah datang ke sini lagi. Aku takkan pernah lagi menyaksikan misteri yang besar ini.

Ruang angkasa! Aku takkan pernah lagi bisa menengadahkan pandangan ke bintang-bintang yang gemerlap. Aku akan berada di antaranya.

Matahari! Aku takkan pernah lagi dapat menjejakkan kakiku di bebatuan laut yang hangat. Aku takkan pernah bisa lagi tenggelam di air yang benar-benar mengasyikkan.

Samudera! Aku takkan pernah bisa mempelajari kehidupanmu lagi. Dengan sedotan macam apakah seluruh samudera bisa mengering?

Sekarang aku bisa mengerti. Tiba-tiba aku melihat segalanya dalam lingkup yang luas. Baru sekarang aku mengerti dengan seluruh hidup dan jiwaku tentang arti ketiadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun