Mohon tunggu...
Muhammad Nasir
Muhammad Nasir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

saya mahasiswa di UGM yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Sikapi Kenaikan Harga Rp 1.500 dengan Pemahaman

21 September 2014   03:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:05 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Alam semesta diciptakan oleh Sang Pencipta dengan penuh keteraturan dan keseimbangan yang proporsional. Ikan yang habitatnya di air memiliki struktur tubuh serta sistem organ yang berbeda dengan makhluk yang habitatnya di darat seperti manusia. Manusia tidak diciptakan dengan insang sebagai alat pernapasannya, karena dengan menggunakan insang tentu manusia tidak mampu bertahan hidup di darat. Makhluk hidup diciptakan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dengan proporsi yang sesuai, disinilah letak keadilan yang Maha Kuasa kepada makhluk ciptaannya.

“Saya kan warga Indonesia juga, ga ADIL dong kalau saya ga boleh beli elpigi 3 kg”, kata-kata ini tidak jarang terdengar dikalangan masyarakat, dan yang menjadi ironi kata-kata ini keluar dari mulut masyarakat yang berkategorikan ekonomi menengah ke atas. Keadilan sudah disalah artikan, substansial dari keadilan telah dimaknai dengan penyamaan dan pemerataan tanpa melatarbelakangi aspek proporsionalitas. Esensi dari keadilan telah diubah demi kepentingan pribadi.

Harga jual gas perkilogram di Indonesia merupakan harga jual yang paling rendah di bandingkan beberapa Negara di Asia. Harga gas di Jepang perkilogramnya adalah Rp 20.000, di Filipina harga gas perkilogram adalah Rp 24.000, di China harga perkilogram berkisar antara Rp 17.000 – Rp 21.000, di India harganya adalah Rp 12.500, sedangkan di Indonesia harga perkilogram gas berkisar antara Rp 7.700 – Rp 14.300.

Sepanjang tahun 2009 – 2013, akibat murahnya harga elpigi 12 kg PT Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp 17 triliun dan Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp 2,81 triliun selama semester pertama tahun ini, Jika harga tidak dinaikkan, Pertamina akan menderita kerugian sebesar Rp 5 triliun dalam setahun. Kerugian yang dialami pertamina yang merupakan Badan Usaha Milik Negara berdampak terjadinya defisit anggaran negara. Itu artinya keuntungan yang diperoleh dari penjualan elpiji 12 kg harusnya yang dapat dialokasikan untuk peningkatan kesejateraan rakyat baik di bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi menjadi tidak dapat dialokasikan karena kerugian ini.

Kenaikan harga elpigi non subsidi 12 kg sebesar Rp 1.500,00/kg menuai protes dari beberapa pihak. Muncul berbagai macam argumen yang melandasi protes ini. Kenaikan elpigi non subsidi 12 kg akan memacu peningkatan laju inflasi yang akan mengakibatkan beberapa barang hasil produksi akan menjadi mahal di pasar, selain itu kenaikan harga elpiji 12 kg juga akan memberatkan masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu.

Argumen-argumen tersebut harus dikaji ulang kebenarannya, karena argumen tersebut lahir dari pemikiran spontan dari pemahaman yang tidak mendalam tentang kenaikan harga elpigi 12 kg serta keuntungan yang akan diperoleh dari kenaikan harga yang relatif kecil tersebut. Argumen ini juga bahkan dipicu oleh profokasi dari pihak-pihak tertentu yang ingin menguntungkan diri sendiri tanpa memikirkan belenggu kemanusiaan yang akan diderita oleh masyarakat banyak.

Terkait dengan isu peningkatan inflasi, pertamina telah melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia dan diprediksikan inflasi hanya akan naik sebesar 0.1%. Harga elpigi yang naik hanyalah sebesar Rp 1.500 dan yang perlu diperhatikan bahwa kenaikan tidak dilakukan secara besar-besaran dalam satu waktu melainkan akan dilakukan 6 bulan sekali sampai harga gas berada pada titik keekonomiannya.

Kenaikan harga elpigi 12 kg tidak akan memberatkan masyarakat yang kurang mampu, melainkan akan membantu masyarakat yang kurang mampu karena keuntungan yang diperoleh dapat dialokasikan untuk peningkatan kesejateraan rakyat. Perlu diperhatikan bahwa harga elpigi yang bersubsidi 3 kg sama sekali tidak mengalami kenaikan, hanya harga elpigi 12 kg yang tidak bersubsidi yang mengalami kenaikan. Lebih dari 70% pengguna elpiji 12 kg di perkotaan adalah kelompok ekonomi atas (Upper Class) yang memiliki pendidikan tinggi (SMA - S2), memiliki perangkat komputer di rumah, memiliki lemari pendingin dan sumber air minum isi ulang bermerek tertentu. Lalu apakah hal ini masih membebani masyarakat kurang mampu?

Yang perlu diperhatian

Dengan adanya kenaikan harga tentu Pertamina juga harus lebih memperhatikan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan harus ditingkatkan, tabung serta perlengkapan penunjang harus mendukung masyarakat dalam menggunakan elpigi 12 kg serta stock gas elpigi 12 kg yang beredar di masyarakat tidak kurang sehingga masyarakat merasa lebih aman dan nyaman menggunakan elpigi 12 kg dan timbul paradigma bahwa penggunaan elpigi 12 kg lebih baik dan efisien dibandingkan 3 kg.

Namun demikian, hal tersebut tidak cukup untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan elpigi 12 kg. Pertamina menyatakan akan mengawasi agen agar masyarakat pengguna 12 kg tidak beralih menggunakan elpigi 3 kg yang bersubsidi. Ini merupakan langkah yang sangat baik yang ditempuh oleh pertamina. Tetapi perlu diketahui juga bahwa di kalangan pedagang eceran terdapat pihak-pihak yang mencoba menjual elpigi 12 kg dengan harga yang sangat mahal dari harga pada umumnya, sehingga pengwasan tidak boleh terbatas pada agen saja. Perlu adanya penetapan harga maksimal yang boleh dijual oleh pedagang eceran agar pedagang eceran tidak leluasa mencari keuntungan secara berlebihan. Harus ada hukum yang mengatur harga penjualan eceran ini, sehingga apabila terjadi penjualan melebihi harga yang ditentukan maka masyarakat bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib. Pemerintah juga harus ikut aktif membantu memperbaiki insfrastruktur, karena dengan adanya insfrastruktur yang bagus maka biaya transportasi yang dibutuhkan pedagang eceran bisa dikendalikan dan tidak menjadi alasan penjualan dengan harga mahal.

Hukuman sosial juga dapat menjadi cara yang cukup antisipatif dalam memperkecil kemungkinan masyarakat yang tergolong mampu agar tidak menggunakan elpigi 3 kg bersubsidi. Hukuman sosial tersebut dapat berupa sindiran, namun sindiran ini perlu di pacu dengan pemberian pemahaman kepada masyarakat, karena tidak sedikit masyarakat yang belum tau bahwa gas elpigi 3 kg telah disubsidi oleh pemerintah dan diperuntukkan untuk masyarakat kurang mampu, sedangkan elpigi 12 kg diperuntukkan untuk masyarakat yang mampu. Pemahaman ini dapat secara langsung disosialisasi kepada masyarakat dengan menempel poster kecil yang menjelaskan tentang hal tersebut sehingga setiap pembeli paham tabung elpigi mana yang harus dibeli. Poster dapat ditempel di tabung elpigi 12 kg maupun 3 kg. Selain poster juga perlu ada tulisan berupa sindiran di tabung elpigi 3 kg yang bertujuan agar orang yang berekonomi atas tidak membeli tabung tersebut, sedangkan ditabung elpigi 12 kg perlu adanya kata-kata berupa apresiasi kepada masyarakat yang membelinya.

Sosialisasi ke kampus-kampus juga harus sering dilakukan, dengan harapan mahasiswa paham dan ikut serta menggerakkan dan menyemarakkan semangat untuk penggunaan elpigi 12 kg bagi kelompok ekonomi atas dan mencegah adanya masyarakat ekonomi atas membeli gas elpigi 3 kg. Sosialisasi ke kampus-kampus menjadi sangat penting mengingat mahasiswa dapat menyemarakkan semangat ini dengan cukup efektif karena jumlah mahasiswa di Indonesia sangatlah banyak dan semuanya menggunakan media sosial. Dengan membuat media sosial ramai menyemarakkan tentang penjualan gas elpigi secara tepat, diharapkan masyarakat kelompok ekonomi atas akan merasa malu untuk membeli gas elpigi 3 kg.

Selain itu, agar tidak menyusahkan masyarakat, mengingat tidak semua masyarakat memperoleh pendapatan yang terus menerus sama. Harapannya, Pertamina dapat membuat ukuran tabung gas yang lebih bervariasi, sehingga masyarakat tidak selalu harus membeli elpigi 12 kg, tetapi dapat membeli elpigi yang lebih kecil dari itu. Variasi ukuran tabung gas akan sangat membantu masyarakat dalam menyusuaikan kebutuhan dengan keuangan yang dimiliki.

Meningkatnya harga gas elpigi 12 kg secara berkala harus didukung oleh setiap individu, mengingat harga gas di pasar internasional sangatlah tinggi. Jika harga penjualan gas di Indonesia tidak mencapai titik keekonomiannya, maka nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akan terus menerus melemah dan Pertamina bisa mengalami kerugian yang lebih besar dari yang sudah terjadi. Perlu pemahaman sari setiap individu terutama masyarakat yang tergolong mampu untuk sadar dengan apa yang dimilikinya dan tidak berjiwa miskin. Mari saling bahu-membahu demi terciptanya Indonesia yang lebih baik.

Sumber Data:
www.pertamina.com

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/08/16/111800/pertamina_sebut_lpg_12_kg_terpaksa_dinaikkan/

http://www.antaranews.com/berita/452744/menkeu-prediksi-dampak-inflasi-kenaikan-elpiji-tidak-besar

http://ayoikut.com/ayo-ikut-lomba-kerja-bisnis-beasiswa-sukses/ikut-lomba/kompasiana-pertamina-blog-competition

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun