Mohon tunggu...
Muhamad Syaiful Rifki
Muhamad Syaiful Rifki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Maju Tanpa Merendahkan

Mahasiswa Jurusan Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menelisik Desa Cilembu: Surga yang Tidak Dikenal

24 Maret 2022   20:52 Diperbarui: 24 Maret 2022   21:08 2513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen Ubi Cilembu bersama petani dan penyuluh pertanian (Sumber/Dokumentasi pribadi)

Sebagian besar dari kita mungkin telah mengetahui atau bahkan mencicipi manis dan legitnya Ubi Cilembu. Ubi Cilembu telah dikenal oleh masyarakat luas sebagai ubi yang istimewa dibanding dengan ubi -- ubi lain. Kandungan cairan berwarna keemasan yang disebut oleh orang -- orang sebagai "madu" menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Dibalik semua keglamoran tersebut terdapat sebuah ironi, yaitu masyarakat hanya mengenal Cilembu sebagai nama ubi. Seringkali masyarakat masih keliru dengan mengatakan bahwa Ubi Cilembu berasal dari Bandung atau wilayah di sekitaran Sumedang. Padahal, kata Cilembu yang melekat di belakang nama ubi tersebut merupakan sebuah nama desa yang terletak di Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang, yaitu Desa Cilembu.

Menurut pendapat pribadi saya, Desa Cilembu dapat disebut sebagai salah satu surga yang tidak dikenal di Bumi Priangan. Udaranya yang sejuk, tanahnya yang subur, serta airnya yang melimpah membuat desa ini sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu wilayah prioritas pembangunan pertanian baik di Kabupaten Sumedang maupun di Provinsi Jawa Barat. Komoditas yang dapat dikembangkan di desa ini utamanya adalah ubi jalar yang kemudian dikenal sebagai Ubi Cilembu. Permintaan pasar yang tinggi terhadap ubi ini, membuat sebagian besar masyarakat membudidayakannya sebagai komoditas utama. Berdasarkan data dari pemerintah Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2021, ubi jalar varietas rancing di mana salah satunya adalah Ubi Cilembu berhasil diekspor ke berbagai negara dengan volume 8.047 ton dengan nilai 6,6 juta dollar AS. Di Desa Cilembu sendiri, ubi jalar yang dibudidayakan adalah varietas rancing dan nirkum dengan rata -- rata produksi 17 ton per hektar sehingga dapat menghasilkan 7.820 ton per tahun. Selain di jual langsung kepada pembeli, para petani ubi juga menjualnya kepada pengepul yang kemudian melakukan sortasi dan grading untuk menentukan kelas dan kualitas ubi. Setelah melalui pengepul, ubi -- ubi tersebut akan dikirim ke berbagai toko dan pasar yang ada di berbagai wilayah di Indonesia hingga pasar ekspor khususnya ke negara Asia Tenggara, Asia Timur, dan Timur Tengah.

Menariknya, terdapat sebuah keunikan dan mitos mengenai Ubi Cilembu ini. Menurut penuturan Pak Ndang dan Pak Dodo sebagai petani sekaligus tokoh masyarakat Desa Cilembu, Ubi Cilembu tidak akan terasa nikmat seperti ubi yang asli apabila tidak dicuci dan direndam menggunakan air asli serta dijemur di Desa Cilembu. Menurut penuturan kedua orang tersebut, bahkan banyak pengusaha Ubi Cilembu di luar daerah rela mengirimkan ubinya ke Desa Cilembu hanya untuk direndam di air asli desa dan dijemur untuk terkena angin. Proses tersebut berlangsung sekitar 1 -- 3 minggu. Pernyataan tersebut mungkin terdengar agak getir dan janggal mengingat Ubi Cilembu dapat tumbuh subur di berbagai daerah di Indonesia, misalnya Aceh, Lampung, Jawa Tengah bahkan Bali. Namun, setelah saya telisik dengan cara membaca berbagai literatur dari beberapa jurnal, memang air di Desa Cilembu memiliki keunikan sendiri. Air di Desa Cilembu mengandung mineral utamanya potassium yang menambah rasa manis pada ubi.  Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solihin (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran) dkk pada tahun 2017, letak geografis Desa Cilembu yang terletak di lembah Gunung Kareumbi memberi keuntungan tersendiri. Hal tersebut mengakibatkan angin gunung akan turun ke lembah pada malam hari, sehingga mengakibatkan penurunan suhu minimum menjadi 17 C pada malam hari dan 22 C pada siang hari. Suhu tersebut optimum bagi proses fotosintesis karena respirasi tanaman juga rendah. Akibatnya hasil fotosintesis akan ditimbun di dalam ubi lebih banyak. Selain itu rahasia lain mengapa Ubi Cilembu begitu manis adalah proses pemeraman yang dilakukan oleh petani dan pengepul di mana pemeraman tersebut dapat memecahkan pati yang terkandung di dalam ubi.

Meskipun ubi jalar "Cilembu" merupakan komoditas utama, sebenarnya masih banyak komoditas lain yang memiliki potensi untuk dibudidayakan di desa ini, baik itu tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Misalnya saja singkong. Kegemaran masyarakat terhadap tape dan permintaan pasar yang tinggi terhadap tepung tapioca membuat singkong dapat menjadi opsi bagi masyarakat Desa Cilembu untuk membudidayakannya. Singkong dapat menjadi tanaman selingan ketika ubi jalar selesai dipanen. Selain singkong, komoditas hortikultura seperti kol dan cabai juga dapat dikembangkan. Gaya hidup sehat yang sekarang sudah menjadi tren di masyarakat dapat dimanfaatkan oleh para petani untuk meraup keuntungan. Kondisi geoografis yang mendukung di mana udaranya yang sejuk dan tanah yang subur serta curah hujan yang cukup tinggi merupakan syarat utama bagi tanaman pangan dan hortikultura untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, Desa Cilembu memiliki ketiga syarat tersebut. Diversifikasi komoditas tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap satu komoditas serta membuat beberapa pilihan bagi masyarakat.

Untuk mencapai impian pembangunan tersebut, tentu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak serta sarana dan prasarana yang memadai bagi pembangunan pertanian di Desa ini. Menurut Saragih di dalam Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, terdapat empat syarat kesuksesan pembangunan pertanian, yaitu : (1) Anggaran yang tetap sasaran, (2) Aparatur dan kelembagaan penyuluh yang optimal, (3) Sarana dan prasarana yang memadai, dan (4) Adanya dukungan dari pihak swasta. Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Sumedang perlu mengalokasikan APBD-nya di bidang pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian di Desa Cilembu. Selain itu, Pemerintah Desa Cilembu juga dapat memanfaatkan Dana Desa (DD) yang telah dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk mendukung pembangunan pertanian. Anggaran yang tepat sasaran tersebut berkesinambungan dengan pengadaan sarana dan prasarana pertanian seperti saprodi dan alsintan yang berkualitas dan sesuai untuk diterapkan di Desa Cilembu. Pengadaannya harus melalui prosedur dan pengawasan yang ketat untuk menghindari adanya penyelewengan oleh oknum -- oknum nakal. Peningkatan alokasi anggaran tersebut merupakan bentuk investasi masa depan yang memerlukan waktu yang lama untuk mengetahui hasilnya, mengingat efek pembangunan utamanya bidang pertanian tidak dapat dilihat satu atau dua tahun saja.

Fokus selanjutnya adalah meningkatkan kapabilitas petani dalam menggunakan teknologi -- teknologi yang telah ditentukan. Menurut keterangan Kepala Desa Cilembu Asep Suhara dan PPL UPTD Pertanian Pamulihan Dadan Endi Sukmana, sebetulnya Desa Cilembu telah diberi bantuan alat pertanian berupa soil and weather sensor sebagai alat sensor otomatis pengukur keasamaan tanah dan prediksi cuaca dalam program smart farming yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang. Namun alat tersebut tidak memberikan dampak secara signifikan kepada petani karena kurangnya sosialisasi dan pemahaman petani. Semua teknologi terbarukan hanya akan sia -- sia apabila tidak terdapat kapabilitas petani untuk menggunakannya. Di sinilah peran penyuluh pertanian memiliki andil yang besar untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penyuluh pertanian sebagai garda terdepan dan ujung tombak diseminasi atau penyampaian informasi pertanian memiliki peran penting untuk menyebarluaskan informasi mengenai teknologi dan teknis pertanian kepada petani, karena meskipun era disrupsi teknologi sudah menyebar luas secara global di mana internet mampu menyampaikan informasi menembus ruang dan waktu, namun tidak semua petani mampu menggunakan internet untuk mengakses informasi tersebut. Penyuluh pertanian dapat bekerja sama dengan para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk melakukan sinergi agar minat petani terhadap kegiatan penyuluhan meningkat. Pemerintah desa juga perlu melakukan revitalisasi terhadap beberapa Pos Penyuluhan Desa (Posluhdes) di beberapa RT/RW untuk mendukung kegiatan tersebut.

Syarat terakhir adalah adanya dukungan dari pihak swasta. Pihak swasta ini merupakan aktor yang memberikan dukungan utamanya pada penyediaan modal dan pasar. Modal dapat diberikan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pengadaan sarana produksi misalnya benih, bibit, pupuk, dan alsintan. Di bidang pemasaran, biasanya pihak swasta sudah mempunyai konsumen dan pasar sendiri yang memiliki permintaan terhadap barang tersebut, dalam hal ini adalah Ubi Cilembu. Salah satu pihak swasta yang melihat potensi Ubi Cilembu sebagai komoditas ekspor sebagai satu peluang bisnis dengan prospek yang menguntungkan adalah CV. Mitra Abadi Parahyangan. Berdiri pada tahun 2002, CV. Mitra Abadi Parahyangan merupakan unit usaha yang bergerak di bidang general and trading. Selain itu, H. Asep Gunawan sebagai pemilik CV. Mitra Abadi Parahyangan berkomitmen untuk membantu masyarakat Desa Cilembu dengan ikut memasarkan Ubi Cilembu hingga ke luar negeri melalui ekspor. CV. Mitra Abadi Parahyangan juga berencana membina produk UMKM masyarakat Desa Cilemu agar memenuhi standar pasar hingga ekspor dan melakukan transfer ilmu kepada para pemuda desa dan mahasiswa untuk belajar. Saat ini, negara yang telah mencicipi manis dan legitnya Ubi Cilembu adalah Jepang dan beberapa negara di Timur Tengah. CV. Mitra Abadi Parahyangan juga terus memperluas pasar ekspor mereka dengan mengajak masyarakat untuk terus berinvoasi dalam membudidayakan dan menciptakan berbagai produk utamanya dari ubi jalar.

Pada akhirnya Desa Cilembu berpotensi menjadi surga yang dirindukan oleh masyarakat. Impian tersebut dapat diwujudkan dengan mensejahterakan masyarakatnya terlebih dahulu. Penyediaan sebuah eksositem pasar yang dengan harga yang kompetitif dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa, karena pada dasarnya peningkatan produksi cenderung terjadi setiap tahun. Sinergi dari berbagai pihak diperlukan untuk mendukung pembangunan pertanian di des aini. Ego sektoral harus dihindari, sehingga manis dan legitnya Ubi Cilembu tidak hanya dirasakan masyarakat lokal, namun juga masyarakat internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun