Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Penikmat kopi hitam

Biografi Ulama Tanah Banten (Rangkasbitung Pandeglang Serang Cilegon Tangerang)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Syaikh Tubagus Kuncung Kasunyatan Banten

11 Maret 2025   01:22 Diperbarui: 11 Maret 2025   01:22 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari media sosial dan di Edit menjadi dokumentasi pribadi 

Tus Kuncung tidak berkomentar. Menikmati dan mengagumi pengetahuan Sang Presiden yang tahu banyak tentang Banten.

Ini pernyataan unik dari Presiden Soekarno. Ketia itu Presiden Soekarno dengan tegas menyatakan tidak suka dengan ulama yang menganggap ada hadist dhaif (lemah). Menurutnya, yang dhaif adalah rawi-nya (orang yang meriwayatkan), bukan hadistnya.

Selama malang melintang dalam dunia qori, Tus Kuncung menemui banyak pengalaman menarik. Pengalaman paling tidak bisa dilupakan, antara lain perkenalannya dengan Buya Hamka, pemuka Muhammadiyah. Dalam sebuah acara, Tus Kuncung pernah tidur satu kamar dengan Buya Hamka. Ketika datang waktu salat subuh, Hamka menjadi imam dan Tus Kuncung makmumnya. Betapa heran Tus Kuncung, dalam Salat Subuh itu Hamka memakai doa qunut. Padahal ketika itu, soal doa qunut menjadi salah satu sebab perseteruan antara pengikut Muhammadiyah dan NU.

Seusai salat Tus Kuncung bertanya padanya, "Kenapa memakai doa qunut?". Buya Hamka menjawab, "Ulama Banten dan ulama Padang satu aliran".

Jawaban filosofis Buya Hamka membuat Tus Kuncung terkagum-kagum. Jawaban itu dipandangnya sebagai diplomasi yang sangat luar biasa.

Selain dengan Buya Hamka, Tus Kuncung juga pernah satu acara dengan KH. Anwar  Musaddad dari Garut. Di mata Tus Kuncung, KH. Musaddad merupakan kiai unik. Ketika beliau berceramah, panitia wajib menyediakan papan tulis sebab isi ceramahnya selalu diperkuat dengan gambar di papan tulis. Jika cerita soal panasnya neraka jahanam misalnya, KH Musaddad menggambar neraka dengan apinya yang berkobar. Demikian pula ketika cerita soal surga, tangannya kreatif menggambar keindahan surga. Menurut Tus Kuncung, metoda ceramah KH Musaddad satu-satunya di Indonesia hingga saat ini.

Sebagai maestro MTQ, Tus Kuncung melihat ada perbedaan penilaian MTQ tahun baheula dengan sekarang. Zaman awal-awal MTQ, penilaian lebih mengutamakan kaidah-kaidah tajwid. Penilaian berikutnya baru soal suara, lagu dan akhlak. Tapi pada MTQ sekarang, yang diutamakan soal suara dan lagu. Sedang kaidah-kaidah tajwidnya menjadi nomor dua. Akibatnya, menurut Tus Kuncung banyak qori/qoriah yang tajwidnya minim tapi bisa lolos menjadi juara MTQ. Alasannya satu, suara dan lagunya bagus.

Meski memaklumi sebagai bagian dari perkembangan MTQ, namun ia menilai hal itu sebagai perkembangan yang kurang baik. Menurutnya, qori harus tetap berpegang pada kaidah-kaidah tajwid. Ia mengingatkan agar para qori tidak bisa mendalami tajwid.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun