Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Penikmat kopi hitam

Biografi Ulama Tanah Banten (Rangkasbitung Pandeglang Serang Cilegon Tangerang)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Syaikh Tubagus Kuncung Kasunyatan Banten

11 Maret 2025   01:22 Diperbarui: 11 Maret 2025   01:22 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari media sosial dan di Edit menjadi dokumentasi pribadi 

7. Tubagus A. Khotib, dan

8. Ratu Mamah Musawwamah.

Beliau mendirikan Pesantren Alquraniyah Di Banten Lama. Tahun 1980 beliau menyerahkan kepemimpinan Pesantren Alquraniyah kepada anaknya KH. Tubagus Hafid.  wafat di usia muda, diteruskan oleh KH. Tubagus Sazili.

Tahun 1945, Tus Kuncung ikut Paman nya yaitu KH.Tubagus Achmad Khatib yang  menjadi Residen Banten. Karena kantornya di Serang, Tus Kuncung ikut ke Serang.

Tahun 1947 sampai 1948, ia kembali lagi ke Caringin Ke KH. Syahabuddin Ma'mun untuk khataman Alquran. Bersamaan dengan Agresi Belanda II.

Tahun 1948-1951 ia kembali ke Banten Lama, mendapat tugas khusus sebagai muadzin di Mesjid Agung.

Di usia muda tahun 1952, Tus Kuncung pernah menjadi guru qiraat di Majalawang Taktakan, Serang Banten. . Karena merasa ilmu tentang Alquran yang dimiliki masih kurang, sekitar tahun 1955 sampai 1960 ia kembali berguru Alquran ke Pesantren Lontar Kaujon Serang Banten dibawah asuhan KH. Tubagus Soleh Makmun.

Tahun 1962. Jawa Barat menggelar MTQ tingkat naional yang pertama. ia terpilih sebagai juara pertama. Sejak itu, namanya mulai dikenal sebagai qori.

Cerita tentang kemerduan suara Tubagus Kuncung sampai ke telinga Presiden Soekarno. dan beliau untuk membaca Alquran di Istana di acara  perayaan Maulid Nabi Muhamad SAW.

Pertemuan dengan Bung Karno di istana, menyisakan kesan mendalam pada diri Tus Kuncung tentang tokoh proklamator tersebut. Meski hanya bertemu beberapa menit di ruang khusus, Tus Kuncung menangkap kesan kecerdasan dan merasakan wibawa presiden pertama RI itu. Dalam obrolan singkat itu, Bung Karno bilng:

"Para Sultan Banten itu berasal dari Jawa. Tapi dalam perkembangan selanjutnya, bahasa resmi yang digunakan beragam yakni bahasa Sunda, Jawa, Arab, dan sebagainya. Soekarno heran, kenapa masyarakat Banten tidak menjadikan bahasa Jawa sebagai bahasa tunggal yang resmi?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun