KH. Ujang Sa'id al-Khudri ulama kharismatik Dari Cipanas Lebak Banten.
Lahir Rabu 14 Zulkaidah 1373 H/14 Juli 1954. Wafat di usia 63 tahun dan  dimakamkan Di Keramat Bungbas Desa Malangsari Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Banten.
Ia lahir & tumbuh di lingkungan Pondok Pesantren Riyadhul Mubarakah Cidodol Lebak Banten milik ayahnya yaitu Abuya Ahmad Widara bin Musa Mulafar al-Banbasi.
Abuya Ahmad Widara Cidodol adalah ulama yang disegani & Istrinya Hj. Upi binti H. Sardafi bin H. Qomali, cucu Syekh Abdullah Cieucit. Dan Syekh Abdullah sendiri generasi Ke 5 Prabu Wong Sagati Sajira, Lebak Banten.
Abi KH. Ujang Sa'id Al Khudri belajar nahwu sharaf fikih, tauhid & alQuran langsung dari Ayahnya, kemudian Ujang diberangkatkan ke Pondok Pesantren Daarunnuhat Al-Marbawi oleh ayahnya untuk memperdalam ilmu gramatika bahasa Arab.
Pondok Pesantren Al-Marbawi merupakan pesantren yang khusus mengkaji kitab-kitab nahwu Sharaf, utamanya Kitab Alfiyah Ibnu Malik. Pesantren tersebut didirikan oleh Mama KH. Ahmad bin Epe, di Kampung Maribaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
Mama Ahmad merupakan murid dari Syekh Ahmad Adzra'i, pimpinan Pondok Pesantren Bojong, Sukaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang tersohor sebagai "Syekhul Alfiyah Ibnu Malik di Tatar Sunda". Sanad Alfiyahnya bersambung kepada musanif melalui jalur Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani.
Dalam perjalanan ke Maribaya, sambil membawa perbekalan dalam karung dan kardus, Abi Ujang menempuh perjalanan beberapa kilometer dari Pasar Jasinga karena pada saat itu belum ada angkutan umum menuju Pesantren.
Setelah beberapa tahun menuntut ilmu di Syaikh Ahmad Adzrai Maribaya, Abi Ujang kemudian melanjutkan pendidikan keagamannya ke Pondok Pesantren Riyadhul Aliyah, pimpinan Mama KH. Raden Mukhtar bin Royani, Di Kampung Cisempur, Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Mama Mukhtar adalah putra Mama KH. Raden Royani bin Shiddiq, guru dari  Abuya Ahmad Widara Cidodol Lebak Banten, tak lain ayah Abi Ujang Sa'id Al Khudri. Bahkan, pada tahun 1950 Abuya Ahmad Widara menunaikan ibadah haji bersama gurunya tersebut. Namun, karena sakit, Mama Royani kemudian wafat di Mekkah dan dimakamkan di Pemakaman Jannatul Mu'alla.
Di Cisempur, selain mempelajari Alfiyah Ibnu Malik, Abi Ujang juga memperdalam berbagai cabang ilmu, seperti mantik, balagah, munazara, tauhid, fikih, dan lainnya.
Perjalanan keilmuan Abi Ujang tercatat hanya bermukim di dua tempat, yaitu Pondok Pesantren Daarunnuhat Al-Marbawi Maribaya dan Pondok Pesantren Riyadhul Aliyyah Cisempur. Maka, selain Ayahnya, guru utama Abi Ujang yang menggembleng dan mempengaruhi pemikiran keislamannya adalah Mama Ahmad Maribaya dan Mama Mukhtar Cisempur.
Selain kepada dua guru utama tersebut, Abi Ujang juga tercatat pernah berguru kepada beberapa ulama seperti Abuya KH. Ahmad Ghazali bin Abdulhaq di Pondok Pesantren Arraudlatul Baaqiyaat Nunggul, Desa Sukasari, Kecamatan Cipanas, Lebak Banten, lalu Abi Ujang memperdalam ilmu falak dan fikih kitab Bughyatul Mustarsyidin.juga kepada Abuya Ahmad Ghazali.
Selanjutnya di bidang tafsir, Abi Ujang mendapatkan pelajaran Tafsir al-Jalalain dari Abuya KH. Damanhuri bin Arman ketika di Mekkah dan Mama KH. Syahrowardi Kalong sawah di Kabupaten Bogor.
Sedangkan pelajaran Tafsir Marah Labid karya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dari langsung dari Mama KH. Muhammad Basri bin Abdurrahman di Pondok Pesantren Al-Bashriyyah Kadaung, Bogor Jawa Barat. Kepada Mama Basri, Abi Ujang berguru bersama ayahnya, Yaitu Abuya Ahmad Widara Cidodol Lebak BantenÂ
Sekitar usia 27 tahun tepatnya tahun 1981, Abi Ujang Sa'id Al Khudri berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama. Rencana di tanah air, awalnya Abi Ujang akan berguru kepada Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Namun, karena tidak membawa tanda rekomendasi atau sertifikasi dari otoritas ulama atau pesantren di mana Abi Ujang berasal, maka ia ditolak untuk berguru kepada Sayyid al-Maliki.
Hal tersebut tentu saja di luar dugaan Abi Ujang. Sebab sebelum berangkat ke Mekkah, ia sempat sowan serta meminta izin dan doa kepada gurunya di Cisempur yaitu mama . Oleh Mama Mukhtar, ia ditawari surat rekomendasi agar bisa berguru kepada Sayyid al-Maliki, namun Abi Ujang menolaknya. Alasannya karena ia sungkan, juga ia berpikir bahwa tidak mungkin berguru kepada seseorang harus membawa surat rekomendasi dari otoritas ulama setempat. Namun, situasi berbeda dari yang diperkirakan. karena memang pada saat itu di negara Arab Saudi sedang genting penentangan terhadap paham-paham keislaman ahlusunah waljamaah seperti yang dianut Sayyid al-Maliki, apalagi ia adalah orang yang berpengaruh di Mekkah saat itu. Maka, orang-orang yang berniat berguru kepadanya pun dibatasi oleh pihak terkait.
Setelah ditolak untuk berguru kepada Sayyid al-Maliki, Abi Ujang kemudain mencari guru lain di Mekkah. Ia tidak ingin perjalannnya ke Mekkah tidak dibarengi dengan rihlah keilmuan. Ia kemudian berguru kepada Abuya Damanhuri, ulama asal Cikadueun, Pandeglang, Banten. Kepada Abuya Damanhuri, Abi Ujang memperdalam kitab Tafsir al-Jalalain.
Sepulang dari Mekkah di usia 28 tahun tepatnya pada tahun 1982, Abi Ujang menikahi seorang gadis belia berusia 15 tahun bernama Siti Qamariyah binti H. Abdurrasyid Ardani asal kampung tetangga, yaitu Kampung Kadu bitung Lebak Banten. Dan dikarunia 9 orang anak, 6 laki-laki dan 3 perempuan.
Anak-anaknya yang kemudian tumbuh dewasa adalah:
1. Ahmad Fauzy Al-Khudri,
2. Ahmad Yasir Falah Al-Khudri,
3. Ahmad Luthfi Nafis Al-Khudri,
4. Ahmad Jawwad Shiddiq Al-Khudri,
5. Ahmad Kamal Ridho Al-Khudri,
6. Ahmad Raud Fuady Al-Khudri.
7. Dzihan Nurmala Al-Khudri dan
8. Fadhila Fauziah Al-Khudri.
Anak yang pertama meninggal waktu kecil.
Sekitar tahun 1992, Abi Ujang beserta istri dan anak-anaknya yang lahir di Cidodol kemudian pindah ke Kadubitung. Disana, Abi Ujang telah disediakan tanah depan Pemakaman Keramat Bungbas untuk dibangun rumah dan Pondok Pesantren. Kepindahan Abi Ujang ke depan Keramat Bungbas disambut antusias warga sekitar. Sebab, kakeknya, Abah KH. Musa Mulafar, merupakan seorang pria asal Bungbas, putra Syekh Mulafar Salim al-Banbasi, pendiri Pondok Pesantren Bungbas Cipanas Lebak Banten
Pada awal berdiri, pesantren yang didirikan Abi Ujang merupakan pesantren tanpa nama. Santri nya pun merupakan remaja lokal sekitaran kampung dan beberapa santri yang mengikutinya dari Pondok Pesantren Riyadhul Mubarakah Cidodol, dan ikut pindah ke Pesantren Kadubitung. setelah beberapa tahun berdiri, muncul gagasan untuk memberikan nama pada pesantren. Dan para santri pertama Abi Ujang mengusulkan nama Al-Khudriyah, yang diambil dari nama belakang Abi Ujang sendiri. Pondok Pesantren Al-Khudriyah Kadubitung pun resmi berdiri.
Abi Ujang mulai aktif menjadi pengkaji kitab Shahih al-Bukhari di Majelis Taklim Arraudlatul Mutaalimin Di Nunggul Cipanas Lebak Banten yang rutin dilaksanakan setiap Kamis pagi.
Majelis Taklim Nunggul adalah majelis ilmu dan wadah diskusi para ulama sekitar Kecamatan Cipanas, Sajira, Muncang, Lebak gedong, Sobang, dan daerah lain di Kabupaten Lebak yang didirikan oleh Abuya KH. Abdulhaq bin Abuhasan.
Ditengah padatnya aktivitas pengajian Abi Ujang juga mengadakan pengkajian rutin mingguan setiap selasa bakda dzuhur di Majelis Taklim Al-Khudriyah Kadubitung. Kitab yang dikajinya meliputi Tafsir al-Jalalain, Shahih al-Bukhari, dan Nihayatuz Zain.
Kabupaten Lebak berduka, Abi Ujang meninggal di usia 63 tahun pada tanggal 2 Zulkaidah 1438 Hijriah, bertepatan dengan 26 Juli 2017 M Di RSUD Â dr. Adjidarmo Rangkasbitung,Lebak, Banten. Dan dimakamkan di Pemakaman Keramat Bungbas, Malangsari, Cipanas, Lebak.
Abi Ujang wafat meninggalkan seorang istri, 6 orang putra, dan 2 orang putri. Salahsatu putranya Ahmad Fauzy Said Al-Khudri kemudian melanjutkan kepemimpinan almarhum di Pondok Pesantren Al-Khudriyah.
Putra keduanya, Ahmad Yasir Falah Al-Khudri, melanjutkan pengkajian kitab Shahih al-Bukhari di Majelis Taklim Arraudlatul Mutaalimin Nunggul Cipanas Lebak Banten.
Sedangkan pengkajian mingguan di Majelis Taklim Al-Khudiyah, untuk Tafsir al-Jalalain dilanjutkan oleh Abi KH. Shihabuddin Ahmad yang merupakan adik lelaki paling muda almarhum.
Informasi biografi ini didapat dari berbagai sumber bacaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI