Konon Di belahan bumi Banten Utara Tepatnya Di Kabupaten Pandeglang ada sepasang suami istri yang memiliki kesaktian yang amat luar biasa. nama sepasang suami isteri ini adalah Ki Jagur dan Nyai Amuk, kabar tentang kesaktian kedua orang ini langsung menarik perhatian sang Sultan Banten untuk mendatangi dan mengislamkan Mereka.
Adalah Maulana Hasanuddin Sultan Banten pada saat itu meminta bantuan ayahnya Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) sehingga dapat mengalahkan kesaktian Ki Amuk dan Nyai Jagur. setelah kalah kedua orang tersebut menyingkir ke daerah Pantai Carita di kecamatan labuan.
Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Kesultanan Banten semakin tertata dan dalam masa puncak kejayaannya. Tersiar kabar bahwa Banten akan diserang oleh Belanda, tidak berapa lama dari kabar yang beredar itu tiba-tiba dari arah Barat Kesultanan Banten terdengar suara dentuman yang sangat keras dan bunyinya terus menerus bersahutan.Â
Sultan Hasanuddin mengira Belanda telah memulai serangannya. namun para penasehatnya mengatakan satu hal yang mustahil jika Belanda menyerang Kesultanan Banten mulai dari Pantai Carita, karena menurut penasihat jaraknya terlalu jauh. Akhirnya ditugaskan lah beberapa orang kepercayaannya untuk menyelidiki dari mana  suara dentuman itu berasal. Maka berangkatlah para utusan ini kearah Pantai Carita, sesampainya disana rombongan bingung karena suara dentuman yang sangat keras ini ternyata hanya berupa suara tidak ada bentuknya darimana berasal.
Rombongan kemudian kembali menghadap Sultan Banten sambil menceritakan hasil penyelidikan. Sultan Hasanuddin meminta bantuan kepada seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Pandeglang yang bernama Syaikh Abdul Jabbar (makam keramatnya berlokasi di Jl.AMD lintas timur Kp.Kota Manik Pandeglang, makam ini selalu ramai dikunjungi bahkan dari luar daerah, terutama oleh para santri). Syaikh Abdul Jabbar dibantu oleh 40 orang santri nya berhasil membawa kedua benda yang menimbulkan suara dentuman keras itu.
Ada kisah menarik saat Maulana Hasanuddin Sultan Banten dan Syekh Abdul Jabar beserta rombongan diperjalanan, mereka sering berhenti untuk istirahat melepas lelah, anehnya setiap tempat yang mereka singgahi dan dijadikan tempat untuk beristirahat, semua pohon durian yang ada disekitar tempat tersebut tiba-tiba mendadak mati. sekarang daerah tersebut menjadi nama sebuah kampung yaitu Kp.Kadu Paeh (Kadu=Durian Paeh=Mati). setelah melanjutkan perjalanan dan rombongan kembali beristirahat, kali ini pepohonan terutama durian yang terletak dikedua barang tersebut tiba-tiba bertumbangan, daerah tersebut sekarang disebut orang dengan sebutan Kp.Kadu Bungbang (Kadu=Durian) (Bungbang=tumbang). Kadu Bungbang sekarang jadi sentra Kue Apem Putih. yang paling tenar namanya Apem Bohay.
Atas berkat upaya Syekh Abdul Jabbar, akhirnya diketahuilah bahwa sebenarnya kedua barang itu merupakan penjelmaan dari Ki Jagur dan Nyai Amuk. Setelah berkomunikasi, maka tercapailah satu kemufakatan bahwa Ki Jagur mau dibawa ke kesultanan Banten jika Sultan Hasanudin menghadiahi istrinya Nyi Amuk sebuah gelang dan Sultan mengiyakan dan akan menunaikan permintaan ki jagur setelah sampai di Keraton Kesultanan Banten nanti.
Setibanya di Keraton Kesultanan Banten, Sultan Hasanudin mengumpulkan beberapa pandai besi untuk membuatkan gelang nyai amuk. sayangnya tidak ada satupun pande yang sanggup membuatkan gelang itu. Hingga pada akhirnya ada seorang murid Syaikh Abdul Jabbar yang bernama Kibuyut Papak atau orang Pandeglang biasa menyebut Mas Papak Pandeglang.
Guru saya menyampaikan nama aslinya adalah Raden Agung Gumelar Papak Madang seorang santri yang diutus kerajaan Banten ke Pandeglang. sedangkan Almarhum Abah saya sendiri menyebutkan nama asli dari Kibuyut Papak ini adalah Raden Purba Jaksa Papak Agung Medang Singa Jaya Gumelar, masih kerabat kerajaan sekaligus tokoh penyebar Islam di Pandeglang. selain ulama, Kibuyut Papak ini juga seorang jawara Banten yang sakti mandraguna, dan mempunyai keahlian mande. adalah juga murid dari Syekh Abdul Jabar yang makamnya terletak di Kp.Kabayan Pandeglang. makam keramat ini juga biasa ramai di ziarahi semua kalangan.
Dalam proses pembuatan gelang Kibuyut mencari bahan untuk membuat gelang tersebut di sebuah rawa di daerah Kampung Kabayan Cikole Pandeglang. Setelah ia temukan bahannya, Buyut Papak segera membakar bahan tersebut pada sebuah batu yang oleh masyarakat disebut kampung Batu Ngamprak, (ngamprak=terhampar) batu bekas membakar bahan itu lokasinya sama di Cikole. Kemudian setelah bahan tersebut dibakar, Buyut Papak mulai bekerja layaknya seorang pande, diletakan pada sebuah batu siap  dibentuk menjadi sebuah gelang, karena teramat kuatnya bahan gelang tersebut batu itu tidak dapat menahannya dan berakhir pecah, lalu dipercaya oleh masyarakat tempat itu disebut dengan Kampung Batu Belah.