Mohon tunggu...
Muhamad Saprudin
Muhamad Saprudin Mohon Tunggu... Guru - A Lifelong Learner

A Lifelong Learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bisnis, Profesi, dan Aspek Kesalehan Spiritual Masyarakat Kota

23 April 2021   21:52 Diperbarui: 24 April 2021   13:13 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhamad Saprudin (1906461332)

Mahasiswa Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam

Sekolah Kajian Stratejik dan Global - Universitas Indonesia

Para ulama tasawuf memberikan formulasi bahwa kehidupan Rasul bisa dilihat dari pandangan tasawuf. Hal itu merupakan pengejawantahan dari pengamalan tasawuf sebagaimana yang telah diformulasikan oleh para sufi, dan harus ditekankan bahwa Rasul tidak pernah menyatakan bahwa apa yang diamalkan itu merupakan pengamalan tasawuf, sebab istilah tasawuf saja lahir jauh setelah Rasul wafat. Namun, orang belakanganlah yang memformulasikan keilmuan dan istilah tasawuf.

Bila ditelaah kehidupan Rasulullah SAW., maka dapat dilihat bahwa ia hidup sederhana, jauh dari kesan kemewahan, tidak suka berlebihan dalam segala hal. Sebagaimana dikemukakan oleh Husein Haikal, bahwa semboyan hidup Rasulullah SAW. adalah, ”kami adalah kaum yang tidak makan kecuali apabila lapar, dan apabila makan tidak kenyang.’’ Semboyan ini merupakan indikasi kesederhanaan dan sikap yang tidak suka akan berlebih-lebihan.

Nabi Muhammad SAW. adalah sosok manusia yang patut dicontoh, karena ia dinyatakan sebagai manusia yang berakhlak mulia. Seluruh perilakunya selalu menjadi pelajaran bagi umatnya dulu, kini dan yang akan datang, baik dalam bidang agama, politik, ekonomi maupun sosial budaya.

Adapun sebagai pengejawantahan kehidupan zuhud Rasul SAW., para ahli sejarah mencatat perilaku sehari-harinya. Beliau sangat sederhana dalam segala hal. 

‘Umar ibn Khattab menceritakan kisah ketika ia menjadi misi perdamaian antara Nabi Muhammad dengan istri-istri beliau tentang sesuatu hal, “Pada waktu itu aku masuk ke dalam rumah Rasul, Rasul SAW. sedang berbaring di atas tikar, ketika beliau bangun, terlihat garis-garis merah pada tubuhnya, bekas tikar tersebut. 

Ketika aku melihat lemarinya, tidak aku dapatkan sesuatu kecuali dua genggam dari gandum dan buah qarz, dua atau satu aku lihat yang telah disamak. Emosiku tersentuh dan seketika itu aku menangis. Nabi bertanya, “Apakah gerangan yang menyebabkan engkau menangis hai ‘Umar?”

 Aku menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis karena melihat keadaanmu yang sederhana ini. Engkau adalah sebaikbaik manusia dan bahkan sebagai kekasih Allah SWT. sedangkan kaisar dan kisra dalam kemewahan.” Nabi berkata, “Hai ‘Umar, “tidak relakah engkau bagi kita negeri akhirat dan bagi mereka negeri dunia?”, “Betul, ya Rasulullah”. Lalu Nabi menambahkan, “bertahmîdlah kepada Allah ‘Azza wa jalla.” Berikut ini akan dipaparkan bagaimana relevansi ajaran tasawuf pada masa modern khususnya pada masyarakat kota.

Ekonomi, Bisnis dan Profesi dalam Pandangan Tasawuf Perkotaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun