Mohon tunggu...
Muhamad Rifqi Rahman
Muhamad Rifqi Rahman Mohon Tunggu... Guru PAI SMPN 2 Kuningan

Long Life Education

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ikatan Suci : Murid-Guru dalam Perspektif Al-jarnuzi

15 Oktober 2025   06:21 Diperbarui: 15 Oktober 2025   06:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Biografi singkat

Siapa yang tak kenal dengan nama besar Al-jarnuzi, ia adalah salah satu tokoh klasik dalam dunia pendidikan islam, hingga kini namanya tetap harum dan sangat menginspirasi di berbagai kalangan baik dalam dunia pendidikan formal ataupun nonformal. Namanya mulai dikenal pada era dinasti Abbasiyah dengan salah satu karya monumentalnya "Kitab Ta'lim Muta'alim" .

Sebuah kitab klasik, namun isi dari kitab tersebut masih sangat relevan dalam dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan islam, dalam kitab tersebut Al-jarnuzi memfokuskan pada Tujuan Pendidikan, Peran Pendidik dan Siswa serta Metode Pembelajaran. Dengan  mengintegrasikan nilai moral, interaksi sosial serta  metode yang efektif sehingga mampu menjawab berbagai persoalan kontemporer,  karena tingkat relevansi kitab dengan konteks saat ini  begitu selaras dengan karakter dasar filosofis pedagogi Islam.

Tujuan pendidikan menurutnya dengan membentuk kepribadian holistik, tanggung jawab spiritual moral dan sosial.. Ini menyoroti peran pendidik sebagai panduan moral dan mempromosikan metode seperti nasihat, dialog, dan diskusi untuk pembelajaran yang efektif[1]. Adapun menurut Asrori menekan tujuan utama yakni pentingnya memperoleh pengetahuan untuk tujuan spiritual dan praktis, dengan fokus pada nilai-nilai agama dan pemilihan guru dan teman yang berbudi luhur untuk menumbuhkan karakter moral yang positif dan aktif pada peserta didik.[2]

 

Peran Pendidik dan Siswa, keduanya sangat berperan serta mempunyai peran yang berbada namun memiliki visi-misi yang sama[3] Interaksi sosial yang positif antara guru dan siswa meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam proses belajar. Maka dalam hal ini perlu penekanan bahwa guru yang mampu menciptakan suasana yang harmoni tentu akan sangat berpengaruh pada perkembangan peserta didik. Sisi lain Al Jarnuzi memfokuskan pada metode pembelajaran metode pembelajaran bagi pencari pengetahuan, menekankan faktor-faktor yang memfasilitasi hafalan, seperti niat tulus, disiplin, lingkungan yang kondusif, dan metode pembelajaran yang efektif seperti pengulangan dan pemahaman mendalam.[4]

 

Fungsi Guru

 

Fungsi utama guru ialah sebagai mitra murid dalam belajar. Dimana guru sebagai pembimbing dan murid sebgai orang yang dibimbing.  Memang betul, dalam kitab Ta'lim tidak dijelaskan secara langsung karakteristik dari seorang guru, namun pembaca di rekomendasikan untuk bisa lebih subjektif-selektif dalam memilih guru, setidaknya ada tiga landasan utama yang bisa menjadi karakteristik guru ideal. Pertama A'lim (memiliki Ilmu yang luas dan kompeten) Kedua Ketaqwaan (Wira'i) dan Ketiga Asann (Berpengalaman)

 

Fungsi utama guru dalam pandangan ahli bukan sebatas individu yang mentransfer knowledge saja, melainkan sebagai Penduan Moral-spiritual. Seperti yang diungkapkan oleh [5] Ikhlas dkk "Guru dipandang sebgai mentor moral dan spiritual, bertanggng jawab dalam penyampai pengetahuan dan nilai-nilai etika 

 

Status Murid

 

            Dalam hal ini status murid bisa digolongkan kepada Tahalabul Ilmi (orang yang mencari ilmu. Sejatinya Orang yang mencari ilmu harus memiliki kesadaran penuh, kesungguhan hati yang tulus dan niat yang selalu diperbaharui. Al-Ghazl[6] membicarakan status penuntut ilmu: ilmu yang dibawa dengan adab dan niat yang benar memiliki keberkahan; ilmu tanpa adab atau dengan niat selain Allah bisa menjadi sumber bahaya. Ini mendukung bahwa murid tidak hanya memperoleh ilmu, tapi juga harus menjaga akhlak dan ikhlas. Disisi lain status murid adalah rasa hormat dan kerendahan hati, karena mereka didorong untuk mendekati pembelajaran dengan niat baik, memilih guru yang berpengetahuan luas, dan mempertahankan ketulusan dan ketekunan.[7] Maka dari itu siswa diharapkan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka sambil mengikuti prinsip-prinsip sufi, yang menekankan pentingnya integritas moral.[8]

 

Kontekstualisai Pendidikan Kontemporer

 

Buah pemikiran dari Al-Jarnuzi tentang pentingnya pola hubungan harmonis antara guru dan murid. Hubungan yang harmonis memberikan ruang interaksi yang baik, sehingga proses pembentukan pengetahuan, karekter dan moral dapat tercapai dengan baik. Hal ini menjadi poin bahwa teori Al-Jarnuzi masih relevan dan bisa di integrasikan dengan kontek pendidikan kontemporer. Para Ahli Pendidikan sepakat bahwa peran guru tidak bisa digantikan dengan adanya teknologi AI, buku dan Aplikasi lainnnya. Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa penghargaan guru begitu tinggi, bahkan di nobatkan sebagai pewaris nabi dan rasul yang membawa misi ajaran Rasulullah Saw, pandangan ini mempengaruhi hubungan antara guru dengan murid guru yang dianggap sebagai penyalur berkah, pembimbing moral-spiritual. Dengan demikian murid diharapkan memberikan penghormatan penuh kepada guru dengan segala ketundukan, kerendahan hati dengan tujuan menyalurkan hubungan harmonis.

 

Adapun beberapa ahli berpendapat mengenai hal ini pendidikan modern dapat belajar dari metode AlZarnj dengan memasukkan pelatihan adab secara sistematis: materi adab dalam silabus, regulasi sekolah/pondok pesantren yang mencakup etika interaksi gurumurid, pelatihan bagi guru menjadi teladan, dan refleksi rutin bagi murid tentang bagaimana mereka menghormati guru. Dengan cara ini, hubungan gurumurid tidak hanya menjadi formalitas tetapi menjadi bagian hidup pendidikan seharihari.Secara kontekstual, buku ini menganjurkan pendidikan yang melampaui pengetahuan duniawi belaka, mendesak siswa untuk mencari pertumbuhan spiritual dan pertobatan (taubah) untuk meningkatkan pengalaman belajar dan[9]

 

ontekstualisasi melibatkan penerapan prinsip-prinsip ini pada pendidikan modern, menyoroti pentingnya pengembangan karakter di samping kecerdasan akademik, sehingga mengatasi tantangan pendidikan kontemporer.[10]

 

Kontekstualisasi ditekankan melalui pentingnya interaksi sosial yang meningkatkan tujuan pendidikan, memungkinkan siswa untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan karakter. Kerangka kerja ini menciptakan lingkungan pendidikan yang harmonis, penting untuk pertumbuhan pribadi dan sosial.[11]

 

Kesimpulannya, pola hubungan guru dan murid menurut AlZarnj adalah ikatan yang suci karena melibatkan dimensi spiritual, moral, dan sosial yang saling menopang proses pendidikan. Penghormatan murid terhadap guru dan keadaban sikap guru menjadi dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Jika kedua unsur ini dijaga, maka ilmu yang dipelajari akan membawa manfaat tidak hanya secara keilmuan tetapi juga secara kepribadian dan masyarakat. Oleh karena itu, memahami dan menghidupkan kembali prinsipprinsip dari Ta'lm alMuta'allim adalah suatu kebutuhan bagi pendidikan Islam kontemporer.

 

DAFTAR PUSTAKA 

 

Afidah, R N, and A Hafidzi, 'A Study of the Causes of the Ease of Memorizing: Review in the Book Ta'lim Muta'lim by Imam Al-Zarnuji', Muta Allim Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3 (2024), 42--47 <https://doi.org/10.18860/mjpai.v3i1.8342>

 

Al Ainiyah, N, and A Muhid, 'Konsep Interaksi Sosial Dalam Pendidikan Perspektif Kitab Ta'lim Muta'allim', INCARE, 5 (2025), 533--44 <https://doi.org/10.59689/incare.v5i5.1125>

 

Al-Ghazl, A H, Iy' 'Ulm Al-Dn (Kairo: Dr al-Khair, 1993)

 

Asrori, H A, 'Islamic Education Philosophy Development (Study Analysis on Ta'lim Al-Kitab Al-Zarnuji Muta'allim Works)', Journal of Education and Practice, 7 (2016), 74--81 <https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1092401.pdf>

 

Candra, W, A D Amda, and B Bariyanto, 'PERAN GURU DAN AKHLAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN: Perspektif Syekh Az-Zarnuji Kitab Ta'lim Muta'allim', Andragogi, 2 (2020), 262--79 <https://doi.org/10.36671/ANDRAGOGI.V2I2.100>

 

Efferi, A, 'Sufistic Value in the Book of Ta'lim Al Muta'alim Written by Al Zarnuji' <https://doi.org/10.21043/kr.v9i2.4630>

 

Fatoni, I, 'Taklim Muta'alim: Menanamkan Adab Dan Keberkahan Dalam Pendidikan', Al'ulum Jurnal Pendidikan Islam, 5 (2025), 73--81 <https://doi.org/10.54090/alulum.684>

 

Ikhlas, N, and E Dewi, 'Telaah Kritis Pemikiran Pendidikan Islam Al-Zarnuji Dalam Kitab Ta'lim Al-Muta'Allim', Taujih: Jurnal Pendidikan Islam, 7 (2025), 1--16 <https://doi.org/10.53649/taujih.v7i01.1083>

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun