Fungsi utama guru dalam pandangan ahli bukan sebatas individu yang mentransfer knowledge saja, melainkan sebagai Penduan Moral-spiritual. Seperti yang diungkapkan oleh [5] Ikhlas dkk "Guru dipandang sebgai mentor moral dan spiritual, bertanggng jawab dalam penyampai pengetahuan dan nilai-nilai etikaÂ
Â
Status Murid
Â
      Dalam hal ini status murid bisa digolongkan kepada Tahalabul Ilmi (orang yang mencari ilmu. Sejatinya Orang yang mencari ilmu harus memiliki kesadaran penuh, kesungguhan hati yang tulus dan niat yang selalu diperbaharui. Al-Ghazl[6] membicarakan status penuntut ilmu: ilmu yang dibawa dengan adab dan niat yang benar memiliki keberkahan; ilmu tanpa adab atau dengan niat selain Allah bisa menjadi sumber bahaya. Ini mendukung bahwa murid tidak hanya memperoleh ilmu, tapi juga harus menjaga akhlak dan ikhlas. Disisi lain status murid adalah rasa hormat dan kerendahan hati, karena mereka didorong untuk mendekati pembelajaran dengan niat baik, memilih guru yang berpengetahuan luas, dan mempertahankan ketulusan dan ketekunan.[7] Maka dari itu siswa diharapkan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran mereka sambil mengikuti prinsip-prinsip sufi, yang menekankan pentingnya integritas moral.[8]
Â
Kontekstualisai Pendidikan Kontemporer
Â
Buah pemikiran dari Al-Jarnuzi tentang pentingnya pola hubungan harmonis antara guru dan murid. Hubungan yang harmonis memberikan ruang interaksi yang baik, sehingga proses pembentukan pengetahuan, karekter dan moral dapat tercapai dengan baik. Hal ini menjadi poin bahwa teori Al-Jarnuzi masih relevan dan bisa di integrasikan dengan kontek pendidikan kontemporer. Para Ahli Pendidikan sepakat bahwa peran guru tidak bisa digantikan dengan adanya teknologi AI, buku dan Aplikasi lainnnya. Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa penghargaan guru begitu tinggi, bahkan di nobatkan sebagai pewaris nabi dan rasul yang membawa misi ajaran Rasulullah Saw, pandangan ini mempengaruhi hubungan antara guru dengan murid guru yang dianggap sebagai penyalur berkah, pembimbing moral-spiritual. Dengan demikian murid diharapkan memberikan penghormatan penuh kepada guru dengan segala ketundukan, kerendahan hati dengan tujuan menyalurkan hubungan harmonis.
Â
Adapun beberapa ahli berpendapat mengenai hal ini pendidikan modern dapat belajar dari metode AlZarnj dengan memasukkan pelatihan adab secara sistematis: materi adab dalam silabus, regulasi sekolah/pondok pesantren yang mencakup etika interaksi gurumurid, pelatihan bagi guru menjadi teladan, dan refleksi rutin bagi murid tentang bagaimana mereka menghormati guru. Dengan cara ini, hubungan gurumurid tidak hanya menjadi formalitas tetapi menjadi bagian hidup pendidikan seharihari.Secara kontekstual, buku ini menganjurkan pendidikan yang melampaui pengetahuan duniawi belaka, mendesak siswa untuk mencari pertumbuhan spiritual dan pertobatan (taubah) untuk meningkatkan pengalaman belajar dan[9]