Oleh : Nur Muhamad Iqbal
Transportasi Umum milik pemerintah seolah bisa menjelma menjadi sebuah pusat perhatian masyarakat yang mudah, murah dan ramah. Sebut saja tramsportasi Kereta Api milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero yang bergerak pada bidang transportasi umum sejak 1864 dimulai di kota Semarang sebagai pusat perdagangan utama jaman kolonial Belanda, dimulai dari stasiun Kemijen dan Tanggung.Â
Pemerintah juga membangun untuk pertama kalinya jalur Surabaya-Pausruan-Malang pada tahun 1879 (Santoso 1983:3). Pembuatan rel kereta api difungsikan untuk mengantarkan hasil panen kepada setiap daerah peloksan jawa dengan cepat dan murah, hal ini menjadi rel kereta api dibuat sebagai jalur darat yang tepat.
Perekembangan perkeretapian membuat masyarakat merinding dengan berbagai kejadian yang menarik untuk disimak. Paslanya karena umur kereta yang cukup tua membuat para penumpang miris terhadap kejadian -- kejadian yang pernah dilalui oleh beberapa penumpang, sebut saja mak inem penumpang kereta api malam semarang -- sidoarjo yang bertemu sosok pemuda gelap dengan satu cahaya yang menandakan laju kereta berhenti, membuat mak inem penasaran dan terksima dengan integritas dan tanggung jawab kepada pelayanan penumpang kereta api, padahal cerita lain bernada gelisah tetapi nyatanya tidak seperti dongeng rumah hantu.
Mak inem berangkat ke tempat anaknya di sidoarjo untuk menemui karena rasa kangen yang tak bisa dibendung, dengan rasa hormat dan kasih sayang seorang anak menjemput kedatangan mak inem dari stasiun tujuan untuk beristirahat di tempat kediaman peristirahatan.Â
Mak inem bercerita kepada anaknya saat perjalan tadi menggunakan kereta, "begitu nyaman nan murah yah naik kereta itu, meskipun kata orang bicara yang buruk-buruk" tapi mak senang dalam perjalanan sentak seorang anak. "jelas senang lah nak, orang tidak mengalami masalah malahan dilayani dengan sepenuh hati" (dengan rawut wajah gembira emak). Setelah itu emak istirahat dengan santai  dan nyaman di rumah peristirahatan.
Bersambung.